Share

Part 131. Rasa yang Sama

Penulis: Rizka Fhaqot
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-11 21:11:10

Pelan tanganku mengusap dada bidang yang hanya tertutupi kaos tipis, menampakkan otot dada dari dada bidang Bang Amar. Bibir menyambut sentuhan dengan hal serupa membuat kami semakin terbawa suasana untuk menuntaskan hasrat yang seperti tak pernah habis.

Perlahan tangannya melepaskan satu persatu kancing piyama yang tengah kukenakan hingga tak bersisa. Membuat gairah di jiwa semakin membuncah, saat dengan lembut tangan kekarnya manjalar ke setiap inci tubuhku yang tanpa penghalang.

"Setelah merasakannya semalam, aku bahkan ingin selalu melakukannya setiap kali melihat wajahmu, Sayang," bisik Bang Amar lembut.

Sentuhan demi sentuhan yang mendarat di tubuhku menciptakan sensasi yang luar biasa, hingga bibir terasa kelu. Dalam beberapa saat tubuh kami menyatu yang hanya tertutupi selimut. Menyatukan cinta dan nafsu, menciptakan kenikmatan yang seperti tak pernah menimbulkan kejenuhan.

*****

Dua hari sudah Haikal mencari tahu tentang keberadaan Rania. Sejak melihatnya di pesta pernik
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 132. Cinta Itu Masih Sama

    Sinar matahari yang mulai menghangat turut menjadi saksi gumpal di relung sana yang ikut menghangat. Sosok yang selalu Rania rindukan kini kembali. Rania masih bergeming menikmati detak jantung yang berpacu semakin cepat. Serta mencari kata yang tepat untuk jawaban yang akan Ia berikan. Rasa itu masih begitu kuat hingga mampu menghadirkan kembali desir yang dulu pernah ada. Sekuat apa ia menahan nyatanya cinta itu masih terasa begitu besar pada sosok yang kini tengah tegak berdiri di hadapannya.Sosok yang berapa waktu lalu mengikat Janji Suci dengannya meski hanya secara siri. Teringat kembali bagaimana lembutnya perlakuan Sang suami saat bersama dulu. Memperlakukannya dengan penuh cinta, meski dirinya tahu ia hanyalah tempat pelarian. "Pulanglah bersamaku!" Kembali ajakan itu terdengar dari bibir yang sama. "Aku tak ingin mengulang kesalahan sebelumnya," ucap Rania dengan kepala masih tertunduk. Rasa cinta itu masih sama. Namun tetap saja sesal itu ini lebih mendominasi, membu

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 133. Beri Aku Waktu

    "A—aku, aku hanya ingin fokus mencari Harry dahulu. " Kalimat itu ke luar tanpa ia sengaja. "Ke—kenapa dengan Harry? Bukankah dia bersamamu?" Haikal tampak kaget. Selama ini yang iya tahu, Harry tinggal bersama sang Nenek atau bahkan mungkin bersama Rania—ibunya.Rania terlihat menghela nafas dalam. Beban di dadanya kembali terasa, ketika teringat Harry yang entah di mana rimbanya. "Bulan lalu, Mama ditangkap polisi." Rania mulai menceritakan penyebab Harry hilang dengan helaan napas dalam. Hingga tanpa mampu ia tahan, air mata menerobos keluar mengalir lembut di pipi mulusnya. Sesal yang selama ini bergelayut di dadanya karena telah menyia-nyiakan Harry belum juga reda, ditambah lagi Harry yang kini tidak ia ketahui bagaimana keadaannya. Melihat rasa bersalah dan kekhawatiran di wajah Rania menciptakan Rasa Bahagia di hati Haikal. Bukan, bukan rasa bahagia karena Harry hilang, melainkan bahagia mendapati rasa sayang Rania pada Harry yang kini mulai tumbuh dan berkembang. Namun d

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 134. Ketika Ragu Kembali Datang

    Tiga hari sudah aku resmi menjadi istri Bang Amar dan sejak kemarin, kami tinggal di rumah Bang Amar. Rumah yang ia beli dari jerih payahnya sendiri jauh sebelum kami menikah.Rumah yang kami tinggali cukup besar. Rumah berlantai dua yang terletak tidak begitu jauh dari pusat Kota. "Ayo sarapan, Sayang." Bang Amar berjalan masuk dan mendekat ke arahku berdiri. Di depan jendela kamar di lantai dua. Kamar yang Bang Amar tempati dulu, sekaligus kamar yang kami tempati untuk sementara sebelum kamar utama selesai dirapikan. Tangannya merangkul di pinggangku. "Zana belum laper." Kebiasaan waktu sarapanku memang sedikit berbeda. Aku terbiasa sarapan di jam sembilan pagi. Kebiasaan yang entah kapan datangnya, aku baru menyadarinya beberapa tahun terakhir. Seingatku, saat masih duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, aku dibiasakan oleh Ibu untuk sarapan lebih awal, mengingat setengah delapan pagi waktunya masuk sekolah. Mataku terpejam seraya menarik nafas panjang. Me

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 135. Semua karena Cinta

    "Na, Apa kau pikir Aku menginginkanmu hanya karena hasrat lelaki dewasa?" tanya bang Amar dengan nada hati-hati. "Jika keturunan yang menjadi yang utama, mungkin bukan kau yang menjadi Pilihanku." Tangan kekarnya kini merengkuh tubuhku, merapatkan di dadanya hingga tak berjarak. Aku hanya bergeming. Menikmati usapan hingga kecupan lembut dari Bang Amar di kepalaku. "Jangan berpikir yang bukan-bukan! Cukup temani aku dan jadi istri yang baik untukku." Bang Amar kembali menghujaniku dengan ciuman. " Mungkin setelah ini, Abang akan semakin sering merinduimu dan tak betah jauh darimu karena memang kau milik Abang dan hanya akan menjadi milik Abang. Pernikahan bukan hanya tentang keturunan dan menuntaskan syahwat saja, Sayang."Aku hanya mengangguk dengan kepala sedikit tertunduk. Rasa yang belum biasa membuat kekhawatiran kerap kali kembali menderaku. Bang Amar kembali menarikku dalam pelukannya. Menghujaniku dengan ciuman tanpa mampu kutolak.Bibirnya dengan lembut menyusuri setiap in

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 136. Sesal

    Beberapa hari ini semburat bahagia kembali menghiasi wajah tampan Haikal. Wajah yang selalu terlihat tak bersemangat itu kini kembali menampakkan rona bahagia. Semua bermula saat pertama kali melihat Rania di pesta pernikahan Fikri. Rasa penasaran memenuhi rongga dadanya, hingga ia pun berinisiatif untuk mencari tahu di mana dan dengan siapa Rania tinggal, serta apa yang membuat Rania berubah menjadi berbanding terbalik dengan Rania yang ia kenal. Di mata Haikal, Rania memang tak secantik Zana. Namun setelah melihat perempuan itu dalam balutan gamis dan kerudung panjang, sudut hatinya bergetar. Rania begitu anggun dengan penampilan barunya. Begitulah yang Haikal lihat. Ada rasa tak rela jika istri kedua yang kini menjadi satu-satunya itu sampai meninggalkannya seperti yang dilakukan Zana padanya. Beberapa hari lalu sebelum ia memberanikan diri untuk bertemu Rania, Haikal sempat menemui pemilik panti. "Anda Haikal? Suami Rania?" Puji spontan menutup mulut dengan tangannya ketika

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 137. Aku Ingin Bahagia

    Keduanya larut dalam haru karena orang yang sama. Rania. Perempuan itu banyak menyimpan luka, hingga ia merasa tak mampu lagi menanggungnya. "Rania sangat mencintai anda. Sering kali ia menceritakan hal-hal menyenangkan yang kalian lewati. Namun harus berakhir dengan air mata, ketika ia kembali menyesali semuanya. Ia sangat menyesal karena telah membohongi anda dan menyia-nyiakan Harry." Beberapa saat ruangan tempat mereka berada hening. Tersisa hanyalah suasana haru yang menyesakkan dada. "Aku datang karena ingin memperbaiki kesalahanku," ucap Haikal mantap. Ia tak ingin mengulangi kesalahan yang sama seperti dulu ia kehilangan Zana, meski nyatanya kali ini dengan alasan yang berbeda. "Rania perempuan yang baik, hanya saja trauma masa lalu membuatnya melampiaskan pada hal yang salah. Bawa kembali kebahagiaannya ynag sempat hilang. Aku percaya, kau mampu melakukannya."Hingga pukul dua dini hari Baru lah mata Haikal mampu terpejam. Bibirnya menyungging senyum ketika bayangan Rania

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 138. Dilema

    Tok! Tok! Tok! Suara pintu kamar di ketuk. Puji berjalan mendekat. Perempuan berusia tiga puluh tahun itu menguar senyum, membuat wajah cantiknya semakin menawan. Perempuan muda dengan wajah teduh itu berjalan pelan mendekat ke arah Rania. "Sejak habis subuh nggak keluar kamar lagi. Kenapa?" tanya Puji pada Rania. Ia menangkap wajah gamang dari perempuan yang pernah ia tolong dulu. Rania menarik tangan Puji agak mendekat. Puji duduk menghadap Rania yang kini ikut duduk. Untuk beberapa saat keduanya terdiam beberapa saat, hanya helaan napas berat dari mulut Rania yang terdengar. "Bagaimana menurutmu, jika Bang Haikal memintaku kembali?" Suara Rania terdengar lirih. Ada beban yang berusaha ia uraikan."Oh, ya. Itu bagus, dong." Puji berpura-pura terkejut saat mendengar pertanyaan Rania. Sesungguhnya ia pun sudah menyangka hal itu akan terjadi, mengingat pembicaraannya dengan Haikal beberapa waktu lalu. Rania tersenyum sesaat. Namun setelahnya air muka bahagia itu menghilang. "Ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 139. Meminta Kembali

    "Iya, Na. Ternyata Bang Haikal sempat melihatku di pernikahan Farah waktu itu. Dan sejak saat itu, dia berusaha mencariku." Gurat canggung terlihat jelas di wajah Rania. Sekilas aku melirik Bang Amar yang tengah duduk sendiri, di tempat yang sama. Lelakiku itu kini tengah menikmati jus mangga sambil memainkan ponselnya."Dia memintamu kembali?" tebakku, membuat Rania mengangguk pelan. "Aku minta waktu untuk memutuskannya, apakah aku akan kembali atau tidak." "Kenapa? Bukankah kau menginginkan hal serupa?"Aku tahu itu dari Sinta dulu, jika Bang Haikal adalah lelaki pertama yang membuat Rania jatuh hati karena perlakuannya. Apakah aku cemburu? Tidak. Luka itu masih membekas. Namun aku tak boleh egois. Masa lalu Rania sudah sangat berat untuk ia lalui. Sudah sewajarnya sesama perempuan, aku mendukung jalan kebahagiaannya karena aku sendiri sudah merasa sangat bahagia dengan pilihanku sekarang. Rania menenganggukkan kepala. Menarik sudut bibir membentuk bulan sabit. Ia tersenyum den

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11

Bab terbaru

  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 167. Semua Dengan Jalannya Sendiri

    Aku tersenyum lalu mengangguk pelan. Ya, Rania akan menikah dengan Hendri. Lelaki itu telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Atas permintaan Rania, aku dan Bang Amar bercerita banyak tentang masa lalu beserta perubahan Rania pada Hendri, berharap Hendri bisa menerima apa adanya dan lebih mampu memahami Rania saat Hendri mengutarakan niatnya untuk serius pada Rania. Bahkan aku dan Bang Amar lah yang menjadi penyatu keduanya. Tentang Bang Haikal, kabar terakhir yang kudengar dari Kak Naima, mantan suamiku itu masih sendiri setelah Rania menolak untuk kembali. "Semoga sakinah hingga maut memisahkan." Do'a Farah. "Jujur, Na. Aku pun merasa iba pada Rania. Tapi saat mengingat wajah angkuhnya dulu, rasa itu memudar." "Semua pernah melakukan kesalahan, Fa, pun dengan Rania. Aku merasa aku masih di bawahnya. Aku tak tahu harus bagaimana jika aku yang berada di posisi Rania. Ia sangat butuh dukungan. Luka yang kurasakan karena sebuah penghianatan kurasa tak sebanding dengan luka yang ia

  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 166. Akhir Kisah

    "Tak apa, aku hanya heran melihatmu yang tak seperti biasa." Amar berusaha mengalih perhatian Hendri. "Apa kau sudah jatuh cinta pada pandangan pertama?" Amar menggoda anak buahnya itu. Di luar keduanya memang terlihat tak ubah seperti teman. Amar sangat pintar menempatkan posisi. Ia tak begitu suka jika di luar kantor, Hendri atau anak buah yang lain menganggapnya seformal di kantor. Meski untuk panggilan, Hendri memanggilnya dengan embel-embel yang sama. Pak. Hendri menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia terlihat salah tingkah. Malu jika dirinya harus mengakui rasa yang tiba-tiba datang tanpa permisi. "Sudah sewajarnya kamu cari pengganti almarhumah istrimu, Hen. Kamu masih sangat muda dan memiliki seorang putri yang sangat butuh sosok ibu."Hendri begeming, hatinya membenarkan perkataan Amar barusan. Namun rasanya terlalu cepat untuk mengatakan jika dirinya menaruh hati pada perempuan bergamis hitam yang baru saja ia lihat. Ia bahkan belum tahu nama perempuan itu. "Kau menar

  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 165. Usaha Haikal

    "Semakin ke sini aku semakin merasa bersalah pada Zana. Aku tak ingin terus-terusan dihantui perasaan yang sama, atau bahkan lebih. Aku yakin, hanya dengan melihatku saja, Zana masih merasakan luka yang dulu kuciptakan, jadi kumohon, jangan membuatku merasa lebih tak nyaman karena aku sangat menikmati kehidupanku sekarang. Kehidupan yang tak lepas dari peran Zana di dalamnya."Apa yang dikatakan Rania benar adanya. Ia sangat menikmati saat sekarang, saat Harry mulai bisa menerimanya, membuat hatinya dipenuhi haru. "Jika Abang sayang aku dan Harry, maka akhirilah hubungan yang menyakiti banyak pihak ini. Mari kita mulai semuanya dari awal. Aku tak ingin tersiksa saat mengingat kembali caraku menghancurkan perasaan Zana dulu."Haikal membatu. Ia tak menyangka jika Rania akan mengatakan hal yang tidak pernah ia sangka seperti saat ini. "Kau tak perlu memikirkan orang lain, pikirkan saja perasaan kita berdua. Aku tau kau masih sangat mencintaiku." Haikal berusaha membujuk, berharap Rani

  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 164. Kita Berpisah Saja

    Aku menatap Bang Amar yang terhalang sandaran kursi menatapnya dengan tetapan heran. "Bukankah jika Rania yang datang, Harry tak perlu merasa khawatir kalau kita akan meninggalkannya di panti?""Kita bisa mengantar Harry ke panti, Sayang. Atau bisa juga denga mempertemukan mereka berdua di mana saja. Aku hanya ingin menghargaimu, dengan tidak adanya tamu asing lawan jenis yang datang ke rumah. Abang tak ingin istri Abang merasa tak nyaman." Senyum mengembang di wajahnya. Alasan Bang Amar ada benarnya juga. Mengapa aku tak memperhatikan hal sepenting itu? "Sayang, bagaimana pun dekatnya kau dengan Harry, mereka tetaplah orang asing bagi kita dan Harry bukanlah mahrammu."Aku pun paham kemana arah pembicaraan Bang Amar. Ini hanyalah langkahku untuk menyelamatkan tumbuh kembang Harry. Memberikan hak-haknya setelah terlahir menjadi seorang anak."Abang berharap, kelak Harry akan tinggal bersama Rania secara utuh. Tak apa kau menginginkan dia seperti anak sendiri seperti sekarang, yang

  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 163. Membawa Harry

    Kalimat Harry barusan menegaskan jika aku tak akan bisa pergi tanpa membawanya. "Masih betah?" bisik Bang Amar di telingaku saat aku tengah asik bercengkrama dengan Harry. Aku kembali melirik jam tangan. Pukul 05.25, kemudian beralih menatap sendu bocah tiga setengah tahun yang tengah bergelayut manja di pangkuanku. "Sayang, kita ke depan, yuk," ajakku pada Harry yang ia sambut dengan anggukan. Kaki kecil itu melangkah riang, menapaki langkah demi langkah melewati satu persatu keramik lantai menuju teras depan, di mana Rania dan Puji duduk bersama beberapa anak panti. Harry menggenggam erat telunjukku saat kami berjalan bersisian, seolah tak memberiku kesempatan untuk jauh darinya. Pertanyaan demi pertanyaan sesuatu yang baru ia lihat tak henti keluar dari bibirnya. "Ran, kami pamit dulu, ya, titip Harry, Ran," ucapku dengan berat hati. Tak rela rasanya meninggalkan Harry di sini. Namun harus bagaimana lagi, meski sedari kecil aku lah yang telah merawat Harry, hati kecilku meng

  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 162. Melepas Rindu

    Beberapa menit aku bahkan tak mampu melepaskan pelukan pada Harry. Aku tergugu di tubuh mungil itu hingga Bang Amar masuk setelah Rania ke luar. Kurenggangkan pelukan di tubuh Harry, membingkai wajahnya, memindai setiap lekuk wajahnya dengan mata yang masih mengabur. Bang Amar mengusap lembut kepala hingga punggung Harry, wajahnya terlihat sendu. "Sayang, udah, ya, nangisnya. Bunda lagi sakit, lho, kasian kalau Bunda nangis terus, nanti tambah sakit," bujuk Bang Amar dengan mengusap lembut kepala Harry yang tengan membelai wajahku. Anak kecil itu mengangguk cepat."Kita ke doktel, ya, Bunda." Harry mencium kedua pipiku kemudian kedua mataku. Benar-benar tak ada yang berubah. Perlakuan Harry masih seperti dulu. Ia adalah anak pintar yang memperlakukanku dengan lembut dan penuh kasih. "Iya, sayang. Maafin Bunda, ya, kemarin nggak bisa jemput Harry. Yang penting sekarang, Harry sudah dekat Bunda," ucapku dengan senyum bercampur air mata. Air mata haru. "Sayang, jangan banyak nangis

  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 161. Bertemu Kembali

    Bang Amar tak langsung menjawab, tangannya mengusap lembut perutku. "Bilang sama, Ummi, kita berangkat sekarang, Dek." Aku tertawa geli melihat ulah Bang Amar. Kini, aku seolah kehilangan sosok jual mahalnya yang dulu. "Yakin? Trus kerjaan Abang gimana?" Aku masih tak enak hati. "Tenang, Abang udah suruh Hendri buat handle. Sekarang siap-siap, gih."Hendri adalah asisten Bang Amar di kantor, duda anak satu yang istrinya meninggal saat melahirkan dua tahun lalu. "Oke, Zana siap-siap."Aku tersenyum senang menanggapi ucapan Bang Amar. Mimpi memeluk Harry akan segera menjadi nyata. *****Jantungku berdegub kencang tatkala menatap punggung mungil Harry yang tengah meringkuk di atas ranjang. "Ia tertidur setelah kelelahan menangis, Na," lirih Rania sendu. Aku duduk di sisi ranjang di belakang Harry dengan dada mulai sesak. Beban berat menahan rindu pada bocah mungil itu seakan tak mampu lagi kubendung. Rasa tak puas membuatku berpindah posisi di depan Harry untuk memindai setiap ga

  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 160. Kecewa Tak Beralasan

    Haikal membuang muka. Pemandangan di hadapannya membuat hatinya meringis. Nek Rahima nyatanya begitu berarti bagi Harry setelah Zana. Harry masih terus menarik tangan Nek Rahima untuk masuk mobil, Nek Rahima mematung. Pelan ia berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh mungil Harry. "Sayang, Nenek di sini saja dulu, nanti Nenek bisa jenguk Harry di rumah Bunda atau Harry yang ke sini bersama Bunda.""Nenek ikut, kita jenguk Bunda.""Harry pulangnya sama Ayah dan Mama Rania, ya. Nanti Nenek nyusul."Harry mencebik. Ia ingin segera menjenguk bundanya, tapi ia pun tak ingin meninggalkan Nek Rahima. Dilema, itu lah yang ia rasakan. Haikal segera mendekat, Rania mengikuti dari belakang. Tak banyak yang bisa perempuan itu lakukan sekarang karena Harry masih belum menganggapnya penting. *****"Lagi ngapain?" tanya Bang Amar lewat sambungan telpon. Jam dinding baru saja menunjukkan pukul 10.15. Bang Amar memang selalu menyempatkan menghubungiku ketika dia berada di kantor di saat se

  • Menjadi Babysitter Anak Suamiku   Part 159. Akhirnya Luluh

    "Boleh Rania tanya sesuatu ke Ibu?" Nek Rahima menoleh pada Rania di sampingnya lalu mengangguk. "Nenek ikhlas melepaskan Harry bersamaku?"Beberapa saat hanya desiran angin malam yang terdengar berembus. Kedua perempuan itu saling terpaku, sibuk dengan hati dan pikiran masing-masing. "Ikhlas ataupun tidak, Harry tetaplah anakmu, Nak, Ibu tidak memiliki alasan untuk menahannya di sini."Nek Rahima sangat sadar, jika dirinya hanyalah orang yang Allah pilihkan untuk menjaga dan merawat Harry sebentar saja. Ia tak memiliki alasan untuk berontak."Ibu cuma sendirian di rumah ini?""Iya. Anak-anak Ibu tinggal di kota dan hanya akan pulang bergiliran menjenguk Ibu." Nek Rahima menerawang, rindunya pada anak-anaknya dan cucu-cucunya terobati setelah Harry hadir menemaninya. "Apa Ibu tak memiliki keinginan untuk tinggal bersama mereka?" Rania berkata dengan hati-hati. Embusan napas panjang keluar dari bibir keriput itu. Setiap berbicara tentang hal yang sama, ia merasakan dilema. Rasa r

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status