Share

93. Summer Sakit

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-17 08:53:52
Begitu rekaman berakhir, Grace bergeming. Tatapannya menggantung, pikirannya tertuju ke masa lalu.

Dulu, sewaktu ia masih ditindas, ia selalu bertekad bahwa suatu hari nanti, ia akan menjadi orang hebat. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya layak dihargai dan tidak pantas dihina.

Tanpa ia sadari, tekadnya telah berubah menjadi ambisi. Ia tidak suka kalau ada yang menghalangi langkahnya. Ia tidak mau kembali ke masa suramnya lagi, berada di bawah kaki orang lain.

Sekarang, ia justru telah melewati batas. Supaya tidak diinjak, ia malah menginjak orang lain. Ia pikir itu hanyalah pertahanan diri. Namun ternyata, ia telah menempatkan orang lain di posisinya dulu.

"Apakah aku bodoh karena mempertahankan sepatu hak tinggiku? Aku juga cantik saat mengenakan sepatu kets. Haruskah aku membelinya satu?" renung Grace dengan mata berkabut.

"Lagi pula, sepatu hak tinggi memang kurang cocok untukku," gumamnya sebelum menghela napas berat.

***

Selesai mengganti pakaian, Louis turun
Pixie

Ke Kanada kita? Kira-kira, apa yang terjadi di sana nanti?

| 3
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Rosi Mauliana
woohoo satu tiket nya lagi buat siapa tuh
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
wooohoooo... petualangan lagi nih
goodnovel comment avatar
Pixie
Doakan Louis yaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   94. Louis Pasti Datang

    "Kau sudah memesan tiket ke Kanada untukku?" gumam Louis dengan nada ringan. Begitu Emily mengangguk, tawa Louis mengudara. Pria itu memeluk sang adik dari samping, mengecup kepalanya berulang kali. "Terima kasih banyak, Tuan Putri. Kau memang saudara perempuan terbaik di muka bumi," bisiknya hangat. Emily mendengus. "Kau hanya memujiku kalau ada maunya saja. Sekarang cepatlah bersiap. Pesawatmu akan segera berangkat. Ajak satu orang pengawal saja karena hanya dua kursi yang tersisa. Dan jangan khawatirkan perusahaan. Cayden dan Orion akan mem-backup pekerjaanmu. Kalau perlu, Russell juga kuseret agar tidak bersenang-senang terus bersama teman-temannya di luar sana." "Baiklah. Sekali lagi, terima kasih, Emily. Aku akan memberimu hadiah yang keren saat kau melahirkan nanti." Emily mengangguk-angguk sembari mendesah panjang. "Aku akan menantikan itu. Sekarang bersiaplah! Summer membutuhkanmu." "Oke. Omega!" Pengawal termuda berlari cepat menghampiri bosnya. "Ya, Tuan?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   95. Larangan Ayah

    Summer membuka pintu dengan penuh semangat. Ia tidak sempat lagi mengintai siapa yang ada di luar. Namun, begitu melihat siapa yang datang, keceriaannya memudar. Senyumnya mengendur, semangatnya meredup. "Kakek? Nenek?" "Halo, Summer. Apakah kau sudah sehat?" sapa Alice sembari mengelus kepala cucunya. Summer berkedip lugu. "Ya." "Tapi kenapa kau terlihat lesu? Apakah kamu tidak rindu kepada kami?" sambung Edmund sambil memasang tampang kecewa. Summer mendengus samar. Pundaknya turun sedikit. "Aku rindu." "Lalu kenapa kau tidak memeluk kami? Biasanya kau sudah melompat-lompat menyambut kami. Apakah kepalamu masih sakit?" Edmund mengusap kepala sang cucu sehingga rambutnya bertambah kusut. Tak ingin membuat kakek dan neneknya kecewa, Summer melangkah maju. Dengan dua lengan kecilnya, ia memeluk kaki mereka. "Aku senang bisa bertemu kalian lagi, Kakek, Nenek," ucapnya, kurang bersemangat. Mendengar itu, Alice dan Edmund pun bertukar pandang. Mereka berdiskusi ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   96. First Kiss

    Sky membuka pintu dengan jantung berdebar. Ia berencana untuk mendorong Louis menjauh dari situ, mengajaknya bicara di tempat yang lebih aman—tanpa sepengetahuan Edmund. Namun, begitu tatapan mereka bertemu, Louis langsung merengkuhnya ke dalam pelukan. Sky bahkan tidak punya kesempatan untuk menarik napas. "Sky, maafkan aku. Aku tidak pernah bermaksud untuk membuatmu menderita. Aku tidak sadar dengan apa yang kulakukan malam itu. Aku menyesal telah menjadi laki-laki berengsek yang menyakitimu." Sky berkedip-kedip bingung. Ia tidak tahu mana yang harus ia lakukan terlebih dulu. Menenangkan Louis atau membawanya pergi. Belum sempat ia membuat keputusan, Louis menangkup kedua pipinya. "Bagaimana keadaanmu sekarang, hmm? Apakah kau masih trauma? Apakah kehadiranku menakutimu? Seberapa besar kebencianmu terhadapku?" Sky menggeleng sebisanya. Kedua tangannya menggenggam lengan bawah Louis, mengisyaratkan sang pria bahwa ia tidak perlu menangkup pipinya begitu erat. "Aku tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   97. Kemarahan Seorang Ayah

    "Kurang ajar! Setelah apa yang kau lakukan kepada putriku 5 tahun yang lalu, kau masih berani menyentuhnya? Kau memang harus dihajar!" Sky tersentak mendengar suara Edmund yang menggelegar. Belum sempat ia bereaksi, ia telah ditarik ke belakang. Detik berikutnya, sebuah pukulan mendarat di rahang Louis. "Papa!" Sky cepat-cepat menarik ayahnya mundur. Sementara itu, Omega spontan memegangi lengan Louis. "Tuan, Anda baik-baik saja?Kenapa Anda tidak mengelak?" bisiknya, merasa iba. "Kau gila? Dia calon mertuaku. Mana mungkin aku menghindar dari pukulannya? Itu sama saja dengan menantang. Sekarang mundurlah tiga langkah. Jangan berbuat apa-apa. Biarkan aku menyelesaikan urusanku sebagai seorang pria." Louis menegakkan punggungnya. Meski rahangnya berdenyut-denyut nyeri, ia tidak mau terlihat lemah. Saat itulah, telunjuk Edmund meruncing di depan hidungnya. "Laki-laki ini sudah kurang ajar padamu, Sky. Kamu masih bertanya kenapa Papa memukulnya?" "Kurang ajar bagaimana, P

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   98. Penyelamat Louis

    "Sayang," Sky mengelus rambut sang putri dengan penuh harap. Wajahnya penuh kerutan, gelisah kalau Summer tidak mau bangun untuk menghentikan kakeknya. "Sayang, maaf kalau Mama membangunkanmu, tapi Louis sudah tiba. Kamu mau bertemu dengannya, kan?" Tidak mendapat reaksi, ia mulai mengguncang pundak sang putri. "Sayang, bangunlah. Paman Louis sudah tidak sabar ingin melihatmu. Dia mencemaskan kamu." Malangnya, Summer tetap bergeming. Balita itu terus terpejam dengan mulut yang sedikit menganga. Khawatir Louis kehabisan waktu, Sky akhirnya menggendong Summer. Awalnya, balita itu tidak terusik. Namun, saat ia mulai berlari, kelopak mata sayunya mulai bergerak. "Mama? Kita mau ke mana?" Mendengar suara kecil itu, Sky mendesah lega. "Kita mau menemui Paman Louis, Sayang. Dia sudah tiba. Dia menunggumu di depan." Mata Summer seketika melebar. "Benarkah? Kalau begitu, berlarilah lebih cepat, Mama." Sementara itu, di pekarangan, Alice masih kewalahan mengontrol suaminy

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   99. Hanya Mau Louis

    "Summer Hills, apakah kau sadar dengan apa yang sedang kau lakukan? Kau membiarkan orang jahat untuk masuk ke rumahmu!" seru Edmund, penuh penekanan. "Sebelum kau menyesali keputusanmu, jaga jaraklah darinya. Biarkan dia pergi dari sini agar kita bisa hidup tenang. Kau tidak boleh membiarkan dia membuat kamu dan ibumu sengsara lagi," tambahnya kemudian dengan suara serak yang mengharapkan pengertian. Bukannya takut atau merasa bersalah, Summer malah memiringkan kepala. "Aku heran, kenapa Kakek menyebut Paman Louis jahat?" Sambil mengerucutkan bibir, Summer mengingat kembali momen-momen yang ia lewati bersama Louis. "Selama aku berada di T City, Paman Louis merawatku dengan baik. Dia mentraktirku makanan lezat, dia mencuci mukaku dengan lembut, menyisir rambutku dengan sabar. Dia juga mengobati lukaku dengan hati-hati dan membacakan cerita sampai aku tertidur pulas." "Lihat?" sela Edmund, agak mengagetkan. "Dia sudah membuatmu terluka. Kakek sudah memeriksamu tadi. Ada ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   100. Tidur Bersama

    "Terima kasih, Ma," bisik Sky lemah. Ia sadar perkataan sang ibu memang benar. Alice mengelus rambut putrinya. "Sama-sama, Sayang." Sementara Alice pergi menemui Edmund, Sky menghampiri pria yang baru saja berdiri "dengan bantuan seorang balita". "Ayo, Paman Louis. Berjalanlah dengan hati-hati. Aku akan memegangimu sehingga kau tidak akan tersandung lagi," ujar Summer sambil memegangi tangan Louis yang disangkut ke pundaknya. "Aku tidak apa-apa, Summer. Kamu tidak perlu mengeluarkan tenaga sebanyak itu untukku. Kamu baru saja pulih," Louis mengusap kepala Summer dengan tangannya yang lain. Bibir sang balita langsung mengerucut. "Aku sudah sehat lagi, Paman. Tenagaku sudah kembali, jadi jangan khawatir. Tapi kalau memang kamu takut aku sakit lagi, bagaimana kalau Mama saja yang memapahmu?" Alis Sky naik mendesak dahi. "Aku?" "Ya, kemarilah Mama. Tolong gantikan posisiku!" Sky mendadak canggung, sedangkan Louis tersenyum simpul. Saat itulah, pengawal yang sejak tadi mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   101. Cepat Keluar!

    Begitu Edmund kembali masuk ke rumah, ia terbelalak. Hanya ada Omega yang berbaring di sofa. Louis tidak ada di sana. "Di mana bosmu?" Omega terperanjat. Ia langsung bangkit dari sofa, berdiri tegak seperti sedang mengikuti upacara. "Ya, Tuan?" tanyanya, setengah berbisik. "Apakah dia di kamar putriku? Dia tidak menghiraukan peringatan dariku?" Mata Edmund kembali terpelotot dan memerah. Omega menelan ludah. Belum sempat ia menjawab, Edmund sudah menderapkan langkah menuju kamar Summer dan Sky. "Kurang ajar sekali dia! Dia kira aku hanya bercanda? Ternyata dia belum mendapat cukup pelajaran," gerutunya samar. Khawatir tuannya bonyok lagi, Omega cepat-cepat menghadang Edmund. "Maaf, Tuan Hills. Tolong jangan salah paham. Tuan Louis tidak bermaksud untuk menentang perkataan Anda. Dia hanya ingin memenuhi keinginan Nona Kecil." "Tidak ada gunanya kau membela bosmu yang kurang ajar itu. Jadi menyingkirlah! Jangan coba-coba menghalangiku!" "Saya hanya mengatakan kebenaran, Tu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21

Bab terbaru

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   227. Perhatikan Aku

    "Yuck! Itu sangat menjijikkan! Kenapa kalian menginjaknya? Apakah kalian tidak tahu bahwa itu kotoran penguin?" tanya River, tak habis pikir. "Itulah rute yang harus kami lalui kalau mau mengelilingi pulau," Sky mengedikkan bahu. "Kalau kalian berkunjung ke sana nanti, kalian juga akan melewatinya," ujar Louis dengan nada menakut-nakuti. Summer mengerucutkan bibir. "Kalau begini, kita harus menggencarkan kampanye perubahan iklim. Saat kita ke sana nanti, kuharap es dan salju sudah menebal lagi. Dengan begitu, para penguin punya lebih banyak tempat untuk membuang kotoran. Tidak perlu menumpuk di satu pulau!" "Apakah tidak ada rute yang aman dari kotoran? Itu sangat licin dan lengket. Bisa berbahaya kalau kita terpeleset di sana. Aku tidak bisa membayangkan betapa kotor dan bau baju kita," gumam River, was-was. "Tenang, River," Summer memegangi pundaknya lagi. "Kita bisa membeli sepatu roda dan berlatih keseimbangan setelah ini. Jadi, begitu kita ke sana nanti, kita tidak akan t

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   226. Keseruan di Antartika

    Summer mengamati oleh-oleh yang ia dapat selama beberapa saat. Begitu ia selesai, ia langsung berlari menuju Sky yang kebetulan baru kembali dari membagikan hadiah. "Mama, terima kasih banyak! Aku suka semua barang yang Mama beli!" serunya seraya memberikan pelukan hangat. River mengangguk sepakat. "Ya, terima kasih banyak, Nyonya Harper. Oleh-oleh ini sangat keren! Terima kasih juga, Paman Louis." Dari sofanya, Louis terkekeh. "Sama-sama, River." Sedetik kemudian, Summer berlari dan melompat ke pangkuan sang ayah. Louis dengan sigap menangkapnya. "Terima kasih, Papa! Aku tahu, Papa pasti membantu Mama memilih barang-barangnya," ujar Summer sembari menempelkan pipinya di pundak sang ayah. "Ya, beberapa barang itu adalah pilihan Papa. Mana yang paling kamu suka?" Bibir Summer mengerucut. Telunjuknya mulai mengetuk dagu. "Itu pertanyaan sulit. Tapi kalau harus memilih, kalender itu yang paling berguna bagiku. Aku bisa memakainya untuk menentukan jadwal bersama River. Kurasa

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   225. Oleh-Oleh dari Kutub

    "Ya, kau sebaiknya fokus saja dengan kegiatan di penjara ini, Kendrick. Siapa tahu, kau bisa mendapat keringanan karena perilaku baik," Summer mengedikkan bahu santai. Akan tetapi, Kendrick malah semakin menggila. Ia mulai mengguncang pintu, memohon kepada para petugas untuk membukanya. Saat Orion mendekat, ia berteriak ketakutan. "Tidak! Menjauhlah dariku! Aku masih mau hidup! Jangan kau apa-apakan kepalaku!" Tiba-tiba, bunyi aneh terdengar dari pantat Kendrick. Bau busuk pun menyebar. Summer dan River cepat-cepat memencet hidung mereka. "Uuuh, Kendrik, kau jorok sekali!" tutur Summer, meledek. "Cepat sana ke kamar mandi! Dan jangan lupa dengan chipmu!" River terkekeh usil. "Dia tidak perlu membawanya, River. Chip ini yang akan datang sendiri kepadanya. Maksudku, petugas kepolisian yang akan memasukkan chip ke dalam otaknya!" Membayangkan kepalanya dibelah, Kendrick terkesiap. Mulutnya mulai bergetar. Saat pintu besi dibuka, lututnya ikut gemetar. Ia mencoba untuk melari

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   224. Seperti Psikopat

    Khawatir sandiwaranya terbongkar, Summer cepat-cepat mengobrol dengan River. Ia bertanya tentang penilaiannya terhadap roti lapis itu dan apa yang perlu mereka perbaiki ke depannya. Setelah Kendrick menghabiskan makanan dan minumannya, barulah ia meraih kotak besar di atas meja. "Apakah kau sudah kenyang?" tanya Summer yang kini berlutut di atas kursi. Kalau tidak, kotak besar itu pasti sudah menutupi wajahnya dari Kendrick. Narapidana itu mendengus. "Apa pedulimu?" "Apakah kau lupa? Aku sudah menjawab pertanyaan itu. Berapa kali pun kau bertanya, jawabanku akan tetap sama. Aku mengkhawatirkan kondisimu karena keluargakulah yang memasukkanmu ke dalam penjara itu," Summer menunjuk pintu besi yang dijaga oleh dua orang petugas kepolisian. Kendrick memutar bola mata. "Jangan berpura-pura peduli padaku. Aku tahu, kau dan orang tua berengsekmu itu berpesta setelah kalian melemparku ke tempat terkutuk ini." Summer terkesiap. Mata bulatnya berkilat oleh keterkejutan. "Tolong perhat

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   223. Misi Dadakan Summer

    "Tolong jangan disebut. Itu berbahaya!" ujar Summer lantang. River menyingkirkan tangan Summer dari mulutnya. "Kenapa?" "Pokoknya, itu berbahaya. Mari kita masukkan itu sebagai kata terlarang. Jangan membahasnya lagi sampai kita dewasa," tutur Summer dengan penuh keseriusan. River pun menghela napas kesal. Namun, melihat ketegasan di wajah Summer, ia akhirnya mengalah. "Baiklah, aku akan melupakannya. Anggap itu tidak pernah kudengar," ia memutar telinga seolah sedang memutar pita kaset ke belakang. Louis akhirnya bisa kembali bernapas lega. Sky terkekeh melihatnya mengelus dada. Setelah itu, perbincangan berlangsung normal. Tidak ada hal aneh lagi yang mereka bahas. Mereka hanya bertukar kabar. Saat perbincangan mereka berakhir, Summer memekik gembira, "Oh, aku sungguh tidak sabar ingin menyambut Papa dan Mama pulang! Mereka pasti akan membawa banyak cerita!" "Ya, aku juga. Aku tidak sabar ingin melihat oleh-oleh apa yang mereka bawa dari Antartika!" sahut River, tak

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   222. Agen Khusus yang Manis

    Sang kapten tersenyum simpul. "Dia mengaku bernama Summer." Louis dan Sky terbelalak. "Summer?" Lengkung bibir sang kapten melebar. "Ya. Summer Harper. Awalnya, saya berpikir bahwa itu hanyalah panggilan iseng. Tapi setelah mendengar caranya berbicara dan mengetahui namanya, saya percaya bahwa situasinya serius. Saya sarankan Anda untuk segera menghubunginya. Dia sangat resah." Sky mengangguk cepat. Di sisinya, Louis berkata, "Terima kasih, Kapten Alvarez. Kami akan segera menghubungi putri kami." Seperginya sang kapten, Sky melakukan panggilan video. Begitu Summer menerimanya, suara manisnya langsung bergema, "Mama, kenapa baru meneleponku sekarang? Ke mana saja dari tadi? Apakah Angelica mengganggu kalian lagi?" Melihat wajah cemberut sang putri, Sky dan Louis tertawa lirih. Mata mereka berkaca-kaca, terlapisi oleh keharuan sekaligus rasa bangga. "Maaf, Sayang. Mama dan Papa ada urusan mendesak. Kami terpaksa menghidupkan mode pesawat sebentar," timpal Sky, agak serak. "A

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   221. Seorang Penyelamat

    Pablo kembali tertawa. Sambil menggaruk alis, ia bergumam lirih, "Mengapa orang kaya suka sekali semena-mena?" Detik berikutnya, ia menatap Louis dengan kesan meremehkan. "Anda pikir dengan kekayaan yang Anda miliki, Anda bisa bertindak sesuka hati di sini? Maaf, Tuan Harper. Ini bukan L City. Di sini, Kapten Alvarez-lah yang memegang kendali. Dan lewat saya, beliau sudah menyampaikan perintah. Tahan Louis Harper dan sang istri. Karena itu ...." Pablo melihat rekan-rekannya dan menggerakkan kepala sekali. Para petugas mendekati Louis dan Sky lagi. Secepat kilat, Louis menarik Sky ke balik punggungnya. "Siapa yang berani menyentuh istriku, akan kupastikan dia tidak bisa berjalan lagi!" hardiknya, mengancam. Para petugas seketika menahan langkah. Louis pun menambahkan, "Daripada kalian bersikeras ingin menangkap kami, kalian lebih baik menghubungi kapten kalian." "Untuk apa?" sela Pablo dengan nada menjengkelkan. "Untuk mengulur waktu? Maaf, Tuan Harper. Kami sudah menghabi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   220. Salah Tangkap

    Draco menggertakkan geraham. Ia ingin sekali menghajar Louis. Saat itulah, Sky berbisik, "Apakah Pablo, si petugas keamanan itu? Dia yang membantu kau dan Angelica melancarkan misi untuk menggangguku dan Louis?" Draco tersentak. Mulutnya tanpa sadar menimpali, "Dari mana kau tahu kalau itu Pablo?" Sky tersenyum lebar. Ia sumpal mulut Draco dengan kain. "Terima kasih atas kejujuranmu." Kemudian, ia bangkit berdiri. Sementara Louis menahan Draco agar tidak macam-macam, Sky berhenti merekam suara di ponselnya. Saat ia memutarnya ulang, pengakuan Draco terekam jelas. "Emmhh .... Emm emmmh ...." Draco terus meronta-ronta. Louis yang masih berlutut di dekatnya pun berdesus. Telunjuknya teracung meminta waktu. "Apa yang kau ributkan?" gerutu Louis. "Kau takut Pablo membunuhmu karena gagal menjaga rahasianya? Tenang. Kami akan menangkapnya sebelum dia bisa membunuhmu." Setelah menepuk pipi Draco dengan kasar dua kali, Louis bangkit berdiri. Ia menghampiri Sky. Sang istr

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   219. Menangkap Draco

    Begitu Pablo pergi, Sky dan Louis keluar menghampiri pelayan tadi. "Kami sudah siap," seru Sky, ceria. Sang pelayan menyambut mereka dengan tawa. "Kalian memang sangat unik. Baru kali ini ada pasangan bulan madu yang ingin belajar menjadi pelayan." "Kami ingin mencoba pengalaman baru. Setelah ini, kami berencana untuk pergi ke ruang kemudi. Kapan lagi kami bisa belajar menjadi nahkoda di perairan Antartika. Benar begitu, Louis?" "Ya, benar. Sebelum lanjut ke situ, ayo kita selesaikan misi ini," Louis memakaikan masker di wajah Sky. "Kami tidak ingin membuat kehebohan di sini. Orang-orang bisa histeris kalau tahu kami yang mengantarkan makanan mereka," terangnya seraya mengernyit. Sang pelayan mengangguk. "Ya, saya paham. Memang lebih baik begitu. Nanti, tolong ikuti arahan saya." "Siap, Tuan!" Sky menegakkan badan dan mengentak lantai dengan sepatu. Melihat semangat sang istri, Louis tersenyum geli. Didampingi oleh pelayan baik hati itu, mereka mulai menjalankan misi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status