Share

101. Cepat Keluar!

Author: Pixie
last update Last Updated: 2024-10-21 15:14:57
Begitu Edmund kembali masuk ke rumah, ia terbelalak. Hanya ada Omega yang berbaring di sofa. Louis tidak ada di sana.

"Di mana bosmu?"

Omega terperanjat. Ia langsung bangkit dari sofa, berdiri tegak seperti sedang mengikuti upacara.

"Ya, Tuan?" tanyanya, setengah berbisik.

"Apakah dia di kamar putriku? Dia tidak menghiraukan peringatan dariku?" Mata Edmund kembali terpelotot dan memerah.

Omega menelan ludah. Belum sempat ia menjawab, Edmund sudah menderapkan langkah menuju kamar Summer dan Sky.

"Kurang ajar sekali dia! Dia kira aku hanya bercanda? Ternyata dia belum mendapat cukup pelajaran," gerutunya samar.

Khawatir tuannya bonyok lagi, Omega cepat-cepat menghadang Edmund. "Maaf, Tuan Hills. Tolong jangan salah paham. Tuan Louis tidak bermaksud untuk menentang perkataan Anda. Dia hanya ingin memenuhi keinginan Nona Kecil."

"Tidak ada gunanya kau membela bosmu yang kurang ajar itu. Jadi menyingkirlah! Jangan coba-coba menghalangiku!"

"Saya hanya mengatakan kebenaran, Tu
Pixie

Terima kasih sudah membaca. Kira-kira, apa rencana Edmund?

| 3
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
puji amriani
semoga kakek Edmund cepet luluh
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
aduhhhh... menyeramkan aq ga sanggup membayangkannya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   102. Sarapan Bersama

    Setibanya di ruang makan, Summer langsung menghampiri Edmund. "Halo, Kakek. Apakah kamu sudah bosan menunggu?" Summer berjinjit, memberi Edmund kecupan di pipi. Mendapat perlakuan manis tersebut, pria paruh baya itu tersenyum. "Ya, Kakek sedikit bosan. Apa yang membuatmu begitu lama?" Summer menunjuk ransel kecil yang ia letakkan di ruang sebelah. "Aku harus menyiapkan perlengkapan dengan teliti, Kakek. Perjalanan hari ini penting. Maaf kalau aku sudah membuatmu bosan." Tiba-tiba, mata Summer membulat. "Nenek, apakah itu berat?" Summer menghampiri Alice yang sedang membawa sebuah panci besar. Saat ia hendak membantunya, sang nenek berkata, "Jangan dipegang, Sayang. Ini panas." Summer cepat-cepat menarik tangannya. "Ups, maaf, Nenek. Aku hanya berniat membantu." "Tidak masalah, Sayang. Lain kali berhati-hatilah dalam memegang sesuatu, oke?" tutur Alice sembari meletakkan panci di atas meja. Samar mengangguk manis. "Oke, Nenek." "Bagus. Sekarang duduklah. Kamu ha

    Last Updated : 2024-10-22
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   103. Rencana Edmund

    Di depan danau biru yang dikelilingi oleh pegunungan, Summer merentangkan tangan dan menghirup napas dalam-dalam. Matanya terpejam, senyumnya mengembang. Ia suka menikmati udara pagi yang segar. Ketika pelupuknya kembali terangkat, ia langsung berputar menghadap pria di sampingnya. "Bagaimana, Paman Louis? Bukankah ini sangat menyegarkan?" Louis membuka mata. Saat ia menoleh, Summer telah menunggu jawabannya dengan wajah bercahaya. "Ya, paru-paruku terasa bersih sekarang. Terima kasih sudah mengajakku kemari, Summer. Aku jadi tahu bahwa keindahan tempat ini ternyata belum berubah." Summer terkikik bangga. "Sama-sama, Paman. Sekarang ...." Balita itu menarik tangan Louis, mengajaknya menghadap ke belakang. "Tunjukkan di mana kamu berada saat pertama kali melihat Mama. Mama bilang, waktu itu kamu sedang bermain bersama Bibi Emily dan Paman Russell." Louis dengan senang hati menggenggam tangan mungil Summer. Bersama-sama, mereka berjalan menelusuri tepian danau. "Ya,

    Last Updated : 2024-10-22
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   104. Saingan Louis

    "Paman Freddy, aku senang sekali bisa bertemu denganmu lagi," ujar Summer di sela tawanya yang menggelitik. Ia tidak sadar bahwa tindakannya telah membuat Sky mengernyit dan Louis tersenyum miris. Hanya Edmund yang merasa bangga dan lega karena rencana yang ia atur tampaknya akan berhasil. "Aku juga senang bertemu denganmu lagi, Summer. Kau tahu? Aku terus terbayang-bayang akan petualangan kita dulu. Itu adalah petualang terbaik yang pernah kualami." Summer menjauhkan kepalanya dari Freddy. "Benarkah? Kamu tidak mengucapkan itu untuk menghiburku saja, kan? Beberapa bulan ini, kamu pasti mengalami banyak hal seru. Kurasa, salah satunya pasti lebih seru dari petualangan kita dulu." Freddy menggeleng dengan raut jenaka. "Tidak, Summer. Petualanganku akhir-akhir ini memang cukup seru, tapi terasa hampa tanpa kehadiran kamu dan ibumu." Pria itu melirik Sky dengan senyum penuh arti. Sky berpura-pura tidak tahu. Sementara itu, Summer memicingkan mata. "Memangnya kamu ke mana

    Last Updated : 2024-10-23
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   105. Mendaki Bukit

    Louis senang saat Summer memilih untuk berjalan bersamanya di bukit. Ia merasa bahwa kehadiran Freddy tidak berpengaruh. Ia mulai percaya diri bahwa Summer tidak akan meninggalkannya. "Manusia Mungil, sudah berapa kali kamu mendaki bukit ini?" "Sudah tidak terhitung, Paman. Setiap kali kami kembali ke Kanada, kami menyempatkan waktu untuk datang ke sini," jawab sang balita dengan suara yang manis. "Apakah kalian tidak bosan?" Summer menggeleng cepat. "Itu mustahil. Ini adalah salah satu tempat favoritku. Selain karena pemandangannya yang luar biasa indah, aku juga suka setiap kali Mama menceritakan tentang pertemuan pertama kalian. Itu cerita terbaik yang pernah kudengar." Melihat bagaimana Summer mengacungkan jempol mungilnya, Louis tertawa. Hatinya terasa lebih ringan. Ia pun menoleh ke belakang. Sky sedang berjalan bersama Freddy. Edmund dan Alice tertinggal agak jauh di barisan akhir. "Sky, apakah kau tidak bosan mengulangi cerita itu?" tanyanya sambil meninggika

    Last Updated : 2024-10-23
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   106. Berkemah

    Louis tersenyum melihat foto di ponselnya. Itu diambil di atas bukit dengan latar pemandangan yang sangat menakjubkan. Pegunungan di kejauhan tampak megah dengan lapisan salju tipis di puncaknya. Danau nun jauh di bawah tampak biru memukau dan seperti menyala. Pepohonan hijau yang berbaris rapat di sekeliling danau juga tak kalah mengesankan. Dan yang terpenting, subjek foto tersebut adalah dirinya bersama Sky dan Summer. Senyum mereka begitu lebar di sana. Meskipun gaya mereka agak kaku karena Edmund menghalangi mereka untuk terlihat akrab, mereka tetap terlihat seperti keluarga yang sempurna. "Bos, saya rasa, layar ponsel Anda bisa jebol kalau Anda terus menatapnya," bisik Omega. Louis mengerjap. Ia melirik tipis. Sang pengawal sedang nyengir. "Apakah saya akan mendapat bonus karena sudah memotret dengan sangat baik?" Sembari mendengus, Louis menyimpan ponsel ke dalam saku jaketnya. "Tadinya aku sempat berpikir begitu. Tapi karena kau juga mengambil foto mereka bersam

    Last Updated : 2024-10-24
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   107. Kontes Memenangkan Hati Summer

    "Sayang sekali, ini masih terlalu awal untuk melihat aurora," gumam Summer sembari mendongak ke angkasa. "Bagaimana kalau dua bulan lagi, kamu datang lagi ke sini, Paman Louis? Kita bisa menari-nari sambil mengikuti pergerakan cahayanya." Mendengar itu, Louis tersenyum. Ia berhenti mengatur teleskopnya, menoleh ke arah si gadis kecil. "Itu ide bagus, Summer. Kita bisa menari-nari bertiga. Aku bisa memakai jas, sedangkan kau dan ibumu mengenakan gaun yang indah. Itu akan menjadi pesta bintang yang menyenangkan." "Kurasa itu ide yang kurang bijak, Tuan Louis Harper," celetuk Freddy tanpa terduga. Saat Louis menoleh, ia memasang senyum yang terkesan meremehkan. "Dua bulan lagi, di sini sudah musim gugur. Udara terlalu dingin untuk Summer dan Sky mengenakan gaun cantik. Mereka bisa membeku. Lagi pula, mereka lebih suka hangat." Wajah Louis sontak berubah kaku. "Kau kira aku tega membiarkan mereka kedinginan? Aku bisa saja membangun gedung berdinding dan beratap kaca yang dilengk

    Last Updated : 2024-10-24
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   108. Ancaman

    Mendengar pekikan Summer, Sky langsung melepas kursi yang sedang disusunnya. Ia berlari ke tenda, disusul oleh Louis, Freddy, dan yang lain. "Sayang, ada apa?" tanya Sky spontan dari pintu tenda. Ternyata, Summer telah berdiri di pojokan. Ia tidak berani bergeser ke mana-mana. Kakinya kaku, tubuhnya gemetar. Pundaknya naik begitu tinggi, terdesak oleh ketakutan. "Mama ...." Gadis kecil itu bahkan tidak berani bersuara kencang. Dagunya berkedut menahan tangis. Sambil mencebik, ia melihat ke arah lantai yang penuh dengan barang-barang berserakan. Sky pun melihat ke arah yang sama. Menemukan seekor ular yang sedang menggoyangkan ekor dan menatap ke arah putrinya, wajahnya langsung memucat. "Astaga! Kenapa bisa ada ular di situ?" desahnya spontan. Sedetik kemudian, ia memajukan tangan. "Sayang, tetaplah menjadi patung di situ, oke? Ular itu tidak akan menyerang kalau kamu tetap diam. Jangan membuat dia merasa terancam." Sang balita mengangguk lambat. "Oke, Mama. Tapi ku

    Last Updated : 2024-10-25
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   109. Jauhi Putriku!

    Edmund menyeret Louis ke arah jalan setapak dengan tampang sangar. Meskipun Alice berusaha untuk menghentikan, ia tetap meneruskan aksinya. "Kesabaranku sudah habis. Aku tidak mau melihatmu lagi di sini. Enyahlah dari kehidupan putri dan cucuku!" Ia mendorong Louis sehingga pria malang itu terhuyung-huyung. Setelah menemukan keseimbangannya, Louis malah berdiri di hadapan Edmund lagi. "Tuan Hills, mari kita bicarakan persoalan ini dengan kepala dingin. Mengusirku bukanlah solusi terbaik. Aku justru harus tetap di sini. Bagaimana aku bisa melindungi Sky dan Summer kalau Anda memaksaku pergi?" Edmund mendengus sinis. "Menjaga mereka, katamu? Kaulah yang memberi mereka musibah! Ular tadi tidak akan pernah mengancam Summer kalau kau tidak ada di sini. Karena itu, cepat pergi!" Edmund meruncingkan telunjuk ke arah jalan. Matanya menyala oleh amarah. "Menjauhlah dari putri dan cucuku! Aku tidak mau mereka menderita karena ulahmu lagi!" Menyaksikan hal itu, Sky akhirnya me

    Last Updated : 2024-10-25

Latest chapter

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   227. Perhatikan Aku

    "Yuck! Itu sangat menjijikkan! Kenapa kalian menginjaknya? Apakah kalian tidak tahu bahwa itu kotoran penguin?" tanya River, tak habis pikir. "Itulah rute yang harus kami lalui kalau mau mengelilingi pulau," Sky mengedikkan bahu. "Kalau kalian berkunjung ke sana nanti, kalian juga akan melewatinya," ujar Louis dengan nada menakut-nakuti. Summer mengerucutkan bibir. "Kalau begini, kita harus menggencarkan kampanye perubahan iklim. Saat kita ke sana nanti, kuharap es dan salju sudah menebal lagi. Dengan begitu, para penguin punya lebih banyak tempat untuk membuang kotoran. Tidak perlu menumpuk di satu pulau!" "Apakah tidak ada rute yang aman dari kotoran? Itu sangat licin dan lengket. Bisa berbahaya kalau kita terpeleset di sana. Aku tidak bisa membayangkan betapa kotor dan bau baju kita," gumam River, was-was. "Tenang, River," Summer memegangi pundaknya lagi. "Kita bisa membeli sepatu roda dan berlatih keseimbangan setelah ini. Jadi, begitu kita ke sana nanti, kita tidak akan t

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   226. Keseruan di Antartika

    Summer mengamati oleh-oleh yang ia dapat selama beberapa saat. Begitu ia selesai, ia langsung berlari menuju Sky yang kebetulan baru kembali dari membagikan hadiah. "Mama, terima kasih banyak! Aku suka semua barang yang Mama beli!" serunya seraya memberikan pelukan hangat. River mengangguk sepakat. "Ya, terima kasih banyak, Nyonya Harper. Oleh-oleh ini sangat keren! Terima kasih juga, Paman Louis." Dari sofanya, Louis terkekeh. "Sama-sama, River." Sedetik kemudian, Summer berlari dan melompat ke pangkuan sang ayah. Louis dengan sigap menangkapnya. "Terima kasih, Papa! Aku tahu, Papa pasti membantu Mama memilih barang-barangnya," ujar Summer sembari menempelkan pipinya di pundak sang ayah. "Ya, beberapa barang itu adalah pilihan Papa. Mana yang paling kamu suka?" Bibir Summer mengerucut. Telunjuknya mulai mengetuk dagu. "Itu pertanyaan sulit. Tapi kalau harus memilih, kalender itu yang paling berguna bagiku. Aku bisa memakainya untuk menentukan jadwal bersama River. Kurasa

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   225. Oleh-Oleh dari Kutub

    "Ya, kau sebaiknya fokus saja dengan kegiatan di penjara ini, Kendrick. Siapa tahu, kau bisa mendapat keringanan karena perilaku baik," Summer mengedikkan bahu santai. Akan tetapi, Kendrick malah semakin menggila. Ia mulai mengguncang pintu, memohon kepada para petugas untuk membukanya. Saat Orion mendekat, ia berteriak ketakutan. "Tidak! Menjauhlah dariku! Aku masih mau hidup! Jangan kau apa-apakan kepalaku!" Tiba-tiba, bunyi aneh terdengar dari pantat Kendrick. Bau busuk pun menyebar. Summer dan River cepat-cepat memencet hidung mereka. "Uuuh, Kendrik, kau jorok sekali!" tutur Summer, meledek. "Cepat sana ke kamar mandi! Dan jangan lupa dengan chipmu!" River terkekeh usil. "Dia tidak perlu membawanya, River. Chip ini yang akan datang sendiri kepadanya. Maksudku, petugas kepolisian yang akan memasukkan chip ke dalam otaknya!" Membayangkan kepalanya dibelah, Kendrick terkesiap. Mulutnya mulai bergetar. Saat pintu besi dibuka, lututnya ikut gemetar. Ia mencoba untuk melari

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   224. Seperti Psikopat

    Khawatir sandiwaranya terbongkar, Summer cepat-cepat mengobrol dengan River. Ia bertanya tentang penilaiannya terhadap roti lapis itu dan apa yang perlu mereka perbaiki ke depannya. Setelah Kendrick menghabiskan makanan dan minumannya, barulah ia meraih kotak besar di atas meja. "Apakah kau sudah kenyang?" tanya Summer yang kini berlutut di atas kursi. Kalau tidak, kotak besar itu pasti sudah menutupi wajahnya dari Kendrick. Narapidana itu mendengus. "Apa pedulimu?" "Apakah kau lupa? Aku sudah menjawab pertanyaan itu. Berapa kali pun kau bertanya, jawabanku akan tetap sama. Aku mengkhawatirkan kondisimu karena keluargakulah yang memasukkanmu ke dalam penjara itu," Summer menunjuk pintu besi yang dijaga oleh dua orang petugas kepolisian. Kendrick memutar bola mata. "Jangan berpura-pura peduli padaku. Aku tahu, kau dan orang tua berengsekmu itu berpesta setelah kalian melemparku ke tempat terkutuk ini." Summer terkesiap. Mata bulatnya berkilat oleh keterkejutan. "Tolong perhat

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   223. Misi Dadakan Summer

    "Tolong jangan disebut. Itu berbahaya!" ujar Summer lantang. River menyingkirkan tangan Summer dari mulutnya. "Kenapa?" "Pokoknya, itu berbahaya. Mari kita masukkan itu sebagai kata terlarang. Jangan membahasnya lagi sampai kita dewasa," tutur Summer dengan penuh keseriusan. River pun menghela napas kesal. Namun, melihat ketegasan di wajah Summer, ia akhirnya mengalah. "Baiklah, aku akan melupakannya. Anggap itu tidak pernah kudengar," ia memutar telinga seolah sedang memutar pita kaset ke belakang. Louis akhirnya bisa kembali bernapas lega. Sky terkekeh melihatnya mengelus dada. Setelah itu, perbincangan berlangsung normal. Tidak ada hal aneh lagi yang mereka bahas. Mereka hanya bertukar kabar. Saat perbincangan mereka berakhir, Summer memekik gembira, "Oh, aku sungguh tidak sabar ingin menyambut Papa dan Mama pulang! Mereka pasti akan membawa banyak cerita!" "Ya, aku juga. Aku tidak sabar ingin melihat oleh-oleh apa yang mereka bawa dari Antartika!" sahut River, tak

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   222. Agen Khusus yang Manis

    Sang kapten tersenyum simpul. "Dia mengaku bernama Summer." Louis dan Sky terbelalak. "Summer?" Lengkung bibir sang kapten melebar. "Ya. Summer Harper. Awalnya, saya berpikir bahwa itu hanyalah panggilan iseng. Tapi setelah mendengar caranya berbicara dan mengetahui namanya, saya percaya bahwa situasinya serius. Saya sarankan Anda untuk segera menghubunginya. Dia sangat resah." Sky mengangguk cepat. Di sisinya, Louis berkata, "Terima kasih, Kapten Alvarez. Kami akan segera menghubungi putri kami." Seperginya sang kapten, Sky melakukan panggilan video. Begitu Summer menerimanya, suara manisnya langsung bergema, "Mama, kenapa baru meneleponku sekarang? Ke mana saja dari tadi? Apakah Angelica mengganggu kalian lagi?" Melihat wajah cemberut sang putri, Sky dan Louis tertawa lirih. Mata mereka berkaca-kaca, terlapisi oleh keharuan sekaligus rasa bangga. "Maaf, Sayang. Mama dan Papa ada urusan mendesak. Kami terpaksa menghidupkan mode pesawat sebentar," timpal Sky, agak serak. "A

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   221. Seorang Penyelamat

    Pablo kembali tertawa. Sambil menggaruk alis, ia bergumam lirih, "Mengapa orang kaya suka sekali semena-mena?" Detik berikutnya, ia menatap Louis dengan kesan meremehkan. "Anda pikir dengan kekayaan yang Anda miliki, Anda bisa bertindak sesuka hati di sini? Maaf, Tuan Harper. Ini bukan L City. Di sini, Kapten Alvarez-lah yang memegang kendali. Dan lewat saya, beliau sudah menyampaikan perintah. Tahan Louis Harper dan sang istri. Karena itu ...." Pablo melihat rekan-rekannya dan menggerakkan kepala sekali. Para petugas mendekati Louis dan Sky lagi. Secepat kilat, Louis menarik Sky ke balik punggungnya. "Siapa yang berani menyentuh istriku, akan kupastikan dia tidak bisa berjalan lagi!" hardiknya, mengancam. Para petugas seketika menahan langkah. Louis pun menambahkan, "Daripada kalian bersikeras ingin menangkap kami, kalian lebih baik menghubungi kapten kalian." "Untuk apa?" sela Pablo dengan nada menjengkelkan. "Untuk mengulur waktu? Maaf, Tuan Harper. Kami sudah menghabi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   220. Salah Tangkap

    Draco menggertakkan geraham. Ia ingin sekali menghajar Louis. Saat itulah, Sky berbisik, "Apakah Pablo, si petugas keamanan itu? Dia yang membantu kau dan Angelica melancarkan misi untuk menggangguku dan Louis?" Draco tersentak. Mulutnya tanpa sadar menimpali, "Dari mana kau tahu kalau itu Pablo?" Sky tersenyum lebar. Ia sumpal mulut Draco dengan kain. "Terima kasih atas kejujuranmu." Kemudian, ia bangkit berdiri. Sementara Louis menahan Draco agar tidak macam-macam, Sky berhenti merekam suara di ponselnya. Saat ia memutarnya ulang, pengakuan Draco terekam jelas. "Emmhh .... Emm emmmh ...." Draco terus meronta-ronta. Louis yang masih berlutut di dekatnya pun berdesus. Telunjuknya teracung meminta waktu. "Apa yang kau ributkan?" gerutu Louis. "Kau takut Pablo membunuhmu karena gagal menjaga rahasianya? Tenang. Kami akan menangkapnya sebelum dia bisa membunuhmu." Setelah menepuk pipi Draco dengan kasar dua kali, Louis bangkit berdiri. Ia menghampiri Sky. Sang istr

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   219. Menangkap Draco

    Begitu Pablo pergi, Sky dan Louis keluar menghampiri pelayan tadi. "Kami sudah siap," seru Sky, ceria. Sang pelayan menyambut mereka dengan tawa. "Kalian memang sangat unik. Baru kali ini ada pasangan bulan madu yang ingin belajar menjadi pelayan." "Kami ingin mencoba pengalaman baru. Setelah ini, kami berencana untuk pergi ke ruang kemudi. Kapan lagi kami bisa belajar menjadi nahkoda di perairan Antartika. Benar begitu, Louis?" "Ya, benar. Sebelum lanjut ke situ, ayo kita selesaikan misi ini," Louis memakaikan masker di wajah Sky. "Kami tidak ingin membuat kehebohan di sini. Orang-orang bisa histeris kalau tahu kami yang mengantarkan makanan mereka," terangnya seraya mengernyit. Sang pelayan mengangguk. "Ya, saya paham. Memang lebih baik begitu. Nanti, tolong ikuti arahan saya." "Siap, Tuan!" Sky menegakkan badan dan mengentak lantai dengan sepatu. Melihat semangat sang istri, Louis tersenyum geli. Didampingi oleh pelayan baik hati itu, mereka mulai menjalankan misi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status