Share

100. Tidur Bersama

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-21 08:38:35
"Terima kasih, Ma," bisik Sky lemah. Ia sadar perkataan sang ibu memang benar.

Alice mengelus rambut putrinya. "Sama-sama, Sayang."

Sementara Alice pergi menemui Edmund, Sky menghampiri pria yang baru saja berdiri "dengan bantuan seorang balita".

"Ayo, Paman Louis. Berjalanlah dengan hati-hati. Aku akan memegangimu sehingga kau tidak akan tersandung lagi," ujar Summer sambil memegangi tangan Louis yang disangkut ke pundaknya.

"Aku tidak apa-apa, Summer. Kamu tidak perlu mengeluarkan tenaga sebanyak itu untukku. Kamu baru saja pulih," Louis mengusap kepala Summer dengan tangannya yang lain.

Bibir sang balita langsung mengerucut. "Aku sudah sehat lagi, Paman. Tenagaku sudah kembali, jadi jangan khawatir. Tapi kalau memang kamu takut aku sakit lagi, bagaimana kalau Mama saja yang memapahmu?"

Alis Sky naik mendesak dahi. "Aku?"

"Ya, kemarilah Mama. Tolong gantikan posisiku!"

Sky mendadak canggung, sedangkan Louis tersenyum simpul. Saat itulah, pengawal yang sejak tadi mem
Pixie

Halooooo, guuuys! Maaf baru bisa update lagi. Semoga kalian suka, ya. Semangat hari Senin!

| 6
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
puji amriani
apa yang terjadi selanjutnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   101. Cepat Keluar!

    Begitu Edmund kembali masuk ke rumah, ia terbelalak. Hanya ada Omega yang berbaring di sofa. Louis tidak ada di sana. "Di mana bosmu?" Omega terperanjat. Ia langsung bangkit dari sofa, berdiri tegak seperti sedang mengikuti upacara. "Ya, Tuan?" tanyanya, setengah berbisik. "Apakah dia di kamar putriku? Dia tidak menghiraukan peringatan dariku?" Mata Edmund kembali terpelotot dan memerah. Omega menelan ludah. Belum sempat ia menjawab, Edmund sudah menderapkan langkah menuju kamar Summer dan Sky. "Kurang ajar sekali dia! Dia kira aku hanya bercanda? Ternyata dia belum mendapat cukup pelajaran," gerutunya samar. Khawatir tuannya bonyok lagi, Omega cepat-cepat menghadang Edmund. "Maaf, Tuan Hills. Tolong jangan salah paham. Tuan Louis tidak bermaksud untuk menentang perkataan Anda. Dia hanya ingin memenuhi keinginan Nona Kecil." "Tidak ada gunanya kau membela bosmu yang kurang ajar itu. Jadi menyingkirlah! Jangan coba-coba menghalangiku!" "Saya hanya mengatakan kebenaran, Tu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   102. Sarapan Bersama

    Setibanya di ruang makan, Summer langsung menghampiri Edmund. "Halo, Kakek. Apakah kamu sudah bosan menunggu?" Summer berjinjit, memberi Edmund kecupan di pipi. Mendapat perlakuan manis tersebut, pria paruh baya itu tersenyum. "Ya, Kakek sedikit bosan. Apa yang membuatmu begitu lama?" Summer menunjuk ransel kecil yang ia letakkan di ruang sebelah. "Aku harus menyiapkan perlengkapan dengan teliti, Kakek. Perjalanan hari ini penting. Maaf kalau aku sudah membuatmu bosan." Tiba-tiba, mata Summer membulat. "Nenek, apakah itu berat?" Summer menghampiri Alice yang sedang membawa sebuah panci besar. Saat ia hendak membantunya, sang nenek berkata, "Jangan dipegang, Sayang. Ini panas." Summer cepat-cepat menarik tangannya. "Ups, maaf, Nenek. Aku hanya berniat membantu." "Tidak masalah, Sayang. Lain kali berhati-hatilah dalam memegang sesuatu, oke?" tutur Alice sembari meletakkan panci di atas meja. Samar mengangguk manis. "Oke, Nenek." "Bagus. Sekarang duduklah. Kamu ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   103. Rencana Edmund

    Di depan danau biru yang dikelilingi oleh pegunungan, Summer merentangkan tangan dan menghirup napas dalam-dalam. Matanya terpejam, senyumnya mengembang. Ia suka menikmati udara pagi yang segar. Ketika pelupuknya kembali terangkat, ia langsung berputar menghadap pria di sampingnya. "Bagaimana, Paman Louis? Bukankah ini sangat menyegarkan?" Louis membuka mata. Saat ia menoleh, Summer telah menunggu jawabannya dengan wajah bercahaya. "Ya, paru-paruku terasa bersih sekarang. Terima kasih sudah mengajakku kemari, Summer. Aku jadi tahu bahwa keindahan tempat ini ternyata belum berubah." Summer terkikik bangga. "Sama-sama, Paman. Sekarang ...." Balita itu menarik tangan Louis, mengajaknya menghadap ke belakang. "Tunjukkan di mana kamu berada saat pertama kali melihat Mama. Mama bilang, waktu itu kamu sedang bermain bersama Bibi Emily dan Paman Russell." Louis dengan senang hati menggenggam tangan mungil Summer. Bersama-sama, mereka berjalan menelusuri tepian danau. "Ya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   104. Saingan Louis

    "Paman Freddy, aku senang sekali bisa bertemu denganmu lagi," ujar Summer di sela tawanya yang menggelitik. Ia tidak sadar bahwa tindakannya telah membuat Sky mengernyit dan Louis tersenyum miris. Hanya Edmund yang merasa bangga dan lega karena rencana yang ia atur tampaknya akan berhasil. "Aku juga senang bertemu denganmu lagi, Summer. Kau tahu? Aku terus terbayang-bayang akan petualangan kita dulu. Itu adalah petualang terbaik yang pernah kualami." Summer menjauhkan kepalanya dari Freddy. "Benarkah? Kamu tidak mengucapkan itu untuk menghiburku saja, kan? Beberapa bulan ini, kamu pasti mengalami banyak hal seru. Kurasa, salah satunya pasti lebih seru dari petualangan kita dulu." Freddy menggeleng dengan raut jenaka. "Tidak, Summer. Petualanganku akhir-akhir ini memang cukup seru, tapi terasa hampa tanpa kehadiran kamu dan ibumu." Pria itu melirik Sky dengan senyum penuh arti. Sky berpura-pura tidak tahu. Sementara itu, Summer memicingkan mata. "Memangnya kamu ke mana

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   105. Mendaki Bukit

    Louis senang saat Summer memilih untuk berjalan bersamanya di bukit. Ia merasa bahwa kehadiran Freddy tidak berpengaruh. Ia mulai percaya diri bahwa Summer tidak akan meninggalkannya. "Manusia Mungil, sudah berapa kali kamu mendaki bukit ini?" "Sudah tidak terhitung, Paman. Setiap kali kami kembali ke Kanada, kami menyempatkan waktu untuk datang ke sini," jawab sang balita dengan suara yang manis. "Apakah kalian tidak bosan?" Summer menggeleng cepat. "Itu mustahil. Ini adalah salah satu tempat favoritku. Selain karena pemandangannya yang luar biasa indah, aku juga suka setiap kali Mama menceritakan tentang pertemuan pertama kalian. Itu cerita terbaik yang pernah kudengar." Melihat bagaimana Summer mengacungkan jempol mungilnya, Louis tertawa. Hatinya terasa lebih ringan. Ia pun menoleh ke belakang. Sky sedang berjalan bersama Freddy. Edmund dan Alice tertinggal agak jauh di barisan akhir. "Sky, apakah kau tidak bosan mengulangi cerita itu?" tanyanya sambil meninggika

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   106. Berkemah

    Louis tersenyum melihat foto di ponselnya. Itu diambil di atas bukit dengan latar pemandangan yang sangat menakjubkan. Pegunungan di kejauhan tampak megah dengan lapisan salju tipis di puncaknya. Danau nun jauh di bawah tampak biru memukau dan seperti menyala. Pepohonan hijau yang berbaris rapat di sekeliling danau juga tak kalah mengesankan. Dan yang terpenting, subjek foto tersebut adalah dirinya bersama Sky dan Summer. Senyum mereka begitu lebar di sana. Meskipun gaya mereka agak kaku karena Edmund menghalangi mereka untuk terlihat akrab, mereka tetap terlihat seperti keluarga yang sempurna. "Bos, saya rasa, layar ponsel Anda bisa jebol kalau Anda terus menatapnya," bisik Omega. Louis mengerjap. Ia melirik tipis. Sang pengawal sedang nyengir. "Apakah saya akan mendapat bonus karena sudah memotret dengan sangat baik?" Sembari mendengus, Louis menyimpan ponsel ke dalam saku jaketnya. "Tadinya aku sempat berpikir begitu. Tapi karena kau juga mengambil foto mereka bersam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   107. Kontes Memenangkan Hati Summer

    "Sayang sekali, ini masih terlalu awal untuk melihat aurora," gumam Summer sembari mendongak ke angkasa. "Bagaimana kalau dua bulan lagi, kamu datang lagi ke sini, Paman Louis? Kita bisa menari-nari sambil mengikuti pergerakan cahayanya." Mendengar itu, Louis tersenyum. Ia berhenti mengatur teleskopnya, menoleh ke arah si gadis kecil. "Itu ide bagus, Summer. Kita bisa menari-nari bertiga. Aku bisa memakai jas, sedangkan kau dan ibumu mengenakan gaun yang indah. Itu akan menjadi pesta bintang yang menyenangkan." "Kurasa itu ide yang kurang bijak, Tuan Louis Harper," celetuk Freddy tanpa terduga. Saat Louis menoleh, ia memasang senyum yang terkesan meremehkan. "Dua bulan lagi, di sini sudah musim gugur. Udara terlalu dingin untuk Summer dan Sky mengenakan gaun cantik. Mereka bisa membeku. Lagi pula, mereka lebih suka hangat." Wajah Louis sontak berubah kaku. "Kau kira aku tega membiarkan mereka kedinginan? Aku bisa saja membangun gedung berdinding dan beratap kaca yang dilengk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   108. Ancaman

    Mendengar pekikan Summer, Sky langsung melepas kursi yang sedang disusunnya. Ia berlari ke tenda, disusul oleh Louis, Freddy, dan yang lain. "Sayang, ada apa?" tanya Sky spontan dari pintu tenda. Ternyata, Summer telah berdiri di pojokan. Ia tidak berani bergeser ke mana-mana. Kakinya kaku, tubuhnya gemetar. Pundaknya naik begitu tinggi, terdesak oleh ketakutan. "Mama ...." Gadis kecil itu bahkan tidak berani bersuara kencang. Dagunya berkedut menahan tangis. Sambil mencebik, ia melihat ke arah lantai yang penuh dengan barang-barang berserakan. Sky pun melihat ke arah yang sama. Menemukan seekor ular yang sedang menggoyangkan ekor dan menatap ke arah putrinya, wajahnya langsung memucat. "Astaga! Kenapa bisa ada ular di situ?" desahnya spontan. Sedetik kemudian, ia memajukan tangan. "Sayang, tetaplah menjadi patung di situ, oke? Ular itu tidak akan menyerang kalau kamu tetap diam. Jangan membuat dia merasa terancam." Sang balita mengangguk lambat. "Oke, Mama. Tapi ku

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25

Bab terbaru

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   198. Pasangan yang Manis

    Merasakan Summer bergerak-gerak di sampingnya, River pun terbangun. Ia bangkit duduk, berbisik sambil mengusap mata, "Summer, ada apa? Apakah kamu mimpi buruk?" Summer menggeleng lemah. Matanya masih mencari-cari. "Tidak." "Apakah kamu takut ada ular yang masuk? Kamu masih trauma dengan pengalaman buruk buruk yang tadi kamu ceritakan kepadaku?" "Tidak, River. Bukan itu." "Apakah kamu merindukan orang tuamu?" Summer akhirnya menatap River dengan wajah lusuhnya. "Tidak juga. Aku bersama kamu dan yang lain di sini. Untuk apa aku merindukan orang tuaku yang sedang berbulan madu? Biarkan saja mereka bersenang-senang berdua." River menggaruk-garuk kepala. "Lalu apa yang membuatmu resah?" "Aku mencari kantung tidurku. Aku selalu memakainya setiap kali camping. Aku tidak bisa tidur nyenyak kalau tidak ada dia," sahut sang balita, serak. Dengan penerangan dari lampu cas yang sudah sangat redup, River pun membantu Summer mencarinya. Ternyata, kantung tidur Summer masih terlipa

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   197. Pembawa Kehangatan

    Briony tidak mampu lagi berkata-kata. Kejujuran Summer sudah seperti skakmat baginya. Melihat diamnya sang bibi, keresahan Summer kembali meradang. Ia maju sedikit, berbisik, "Tapi sekarang, aku sudah sadar kalau tindakanku itu salah, Bibi. Aku tidak seharusnya ikut campur persoalan orang dewasa. Karena itu, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Bibi mau kan memaafkan aku?" Briony mengerjap. Matanya terpaku pada wajah bulat yang mengharapkan maafnya. "Kamu janji tidak akan menjodoh-jodohkan aku dengan siapa pun lagi?" tanyanya, memastikan. Summer mengangguk. "Ya. Seperti yang Paman Brandon bilang, Bibi butuh waktu untuk memulihkan hati. Kesedihan Bibi tidak bisa langsung hilang hanya dengan memiliki pasangan. Aku sudah mengerti tentang itu." Alis Briony melengkung tinggi. "Brandon bilang begitu?" Summer mengangguk. "Karena itu, tolong jangan marah padaku lagi, Bibi. Aku sudah bertobat. Aku tidak akan mengulangi kesalahan." Briony terdiam sejenak, mencerna keadaan.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   196. Kepedulian yang Tulus

    Briony menghela napas cepat. Sebelum gadis itu kembali bertengkar dengan keponakannya, Brandon menyela, "Summer, sudah berapa jauh progres kalian?" "Sedikit lagi kami selesai, Paman!" "Ya, tersisa tiga lilitan lagi. Tapi kurasa ini akan memakan waktu lebih lama. Tali yang terulur sudah sangat panjang," imbuh River sambil terus bekerja. Keringat telah membutir di keningnya. Briony memutar bola mata. Ia benar-benar sudah tak nyaman. Ia ingin keluar dari situasi itu dengan segera. Karena itu, begitu lilitan tali terlepas, ia cepat-cepat bangkit dan melangkah pergi. Melihat sikap dingin sang bibi, Summer kembali diliputi rasa bersalah. "Oh, tidak. Bibi sungguh-sungguh marah kepadaku," gumamnya sambil mencebik. "Jangan berpikiran negatif dulu, Summer. Siapa tahu bibimu pergi karena malu," River mencoba untuk menenangkan. "Tapi Bibi tidak pernah mengabaikan aku begitu. Paman Brandon, apakah sikapku tadi sudah keterlaluan?" tanya Summer dengan mata berkaca-kaca. Saat ini,

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   195. Briony Kesal

    "Paman Brandon dan Bibi Briony kan sudah dewasa. Kalian sama-sama belum mempunyai pasangan. Bukankah tidak apa-apa kalau kalian berdua berciuman?" tanya Summer sambil menahan tawa. Meski demikian, kegelian tetap lolos dari mulutnya.Mendengar pernyataan semacam itu, Briony menghela napas tak percaya. "Summer, apakah kau lupa berapa umurmu? Kamu itu masih kecil. Belum saatnya kamu membicarakan tentang pasangan dan ciuman!""Apa masalahnya, Bibi? Bukan aku yang akan berciuman, tapi Bibi dan Paman Brandon!"Pipi Briony semakin memanas. "Kami tidak akan berciuman, Summer. Kami hanya berteman!" tegasnya, kesal.Sementara itu, Brandon melirik River. Ia merasa ulah keponakannya itu sudah melewati batas. "River, apakah ini idemu? Kau mengajari Summer hal yang tidak pantas lagi?" "Tidak, Paman. Bukan aku! Itu ide Summer!" Sambil tertawa, Summer mengaku. "Tolong jangan memarahi River, Paman. Ini memang ideku. Aku sedang bereksperimen tentang cinta. Aku ingin membuktikan apakah dua orang yang

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   194. Jebakan untuk Briony dan Brandon

    "Wow! Eksperimen kalian memang keren! Selamat, Summer, River. Kalian berhasil melakukannya dengan benar. Menyusun stik es krim agar reaksi berantainya tidak putus bukanlah hal yang mudah," puji Brandon, membuat mata para bocah berbinar-binar. "Paman benar! Susunan stiknya memang rumit dan sulit untuk dilakukan!" seru River sambil mengangguk yakin. "Untung saja kerja sama kami baik. Eksperimen terselesaikan dengan sempurna!" lanjut Summer bangga. "Omong-omong, Paman, Bibi, apakah kalian punya waktu untuk kami? Masih ada satu eksperimen yang perlu kami lakukan, tapi kami tidak bisa melakukannya berdua." Brandon dan Briony mengangkat alis. "Eksperimen apa?" tanya mereka bersamaan. Summer dan River saling lirik dan bertukar senyum. Selang beberapa saat, Brandon dan Briony telah berdiri di tengah pekarangan. Mereka menghadap satu sama lain dengan jarak sekitar 10 meter. Masing-masing dari mereka menggenggam ujung dari seutas tali. "Hei, Summer, apakah tali itu tidak kepanjanga

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   193. Kisah Cinta yang Miris

    Selama beberapa saat, Summer membiarkan River mengamati hasil eksperimennya. Setiap bocah laki-laki itu berdecak kagum, hati Summer berbunga-bunga. Ia merasa bangga pada dirinya sendiri karena telah berhasil membuat percobaan yang mengagumkan. "Wow, apakah ini kertas daur ulang?" River menyentuhkan telunjuk mungilnya pada sebuah kertas tebal dengan permukaan tak rata dan warna yang agak kusam. Summer mengangguk mantap. "Ya, itu adalah percobaan ketigaku, tapi hasilnya belum memuaskan. Aku akan mencoba untuk membuatnya lagi sampai hasilnya sebagus kertas biasa." "Apakah kalau sudah berhasil, kau mau menjualnya?" Bibir Summer mengerucut. "Entahlah, aku belum yakin tentang itu. Mungkin, aku akan menggunakannya untuk mencetak buku-bukuku terlebih dahulu. Setelah itu, baru aku akan memperluas penggunaannya. Aku berharap, dengan adanya kertas daur ulang ini, penebangan pohon bisa berkurang. Orang-orang tidak perlu menggunakan kertas baru. Kertas-kertas lama juga bisa." River men

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   192. Eksperimen Summer

    Tiba-tiba, Summer dan River melangkah mundur. Namun, setelah hitungan ketiga, mereka malah berlari maju. Mereka tanpa ragu menabrak Brandon dan Briony. Saat mereka terpental dan jatuh ke lantai, mereka malah tertawa terpingkal-pingkal. "Summer, kamu benar! Kita terpental karena gaya dorong yang kita berikan kembali kepada kita!" ujar River seraya mengatur napas. "Itulah Hukum Newton ke-3. Aksi sama dengan reaksi! Sekarang, bagaimana kalau kita beralih ke agenda selanjutnya? Ayo ke ruang eksperimen dan memulai eksperimen yang sesungguhnya!" "Ayo!" Kedua bocah itu bergegas bangkit dan berlari ke pekarangan barat. Melihat kecepatan mereka, Brandon dan Briony hanya bisa berkedip-kedip dengan mulut ternganga. "Astaga .... Apa yang salah dengan mereka? Apakah mereka mengira kita ini benda mati? Mereka bahkan tidak sempat meminta maaf sebelum pergi," desah Briony, tak habis pikir. Ia tidak sadar jika tubuhnya masih menempel pada Brandon. Sambil menghela napas, Brandon mengusi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   191. Dijodohkan

    "Sampai jumpa, Mama, Papa! Semoga perjalanan kalian lancar! Bersenang-senanglah bersama penguin di Kutub Selatan!" ujar Summer sembari melambaikan tangan dengan sekuat tenaga. Senyumnya semringah, kakinya sesekali melompat. Louis dan Sky balas melambai dari jendela mobil mereka. "Sampai jumpa nanti, Sayang. Jangan lupa pesan Mama! Jadilah anak baik. Jangan membuat masalah selama Mama dan Papa pergi, oke?" pesan Sky dengan mata berkaca-kaca. "Tenang, Mama. Aku ini anak baik. Aku tidak mungkin membuat masalah. Mama dan Papa fokus pada bulan madu saja!" angguk Summer sambil berkacak pinggang. Dari sisi Sky, Louis menunjuk sepupunya. "Briony, tolong awasi Summer dengan baik. Kami percayakan dia kepadamu," tuturnya serius. "Kurasa tidak ada yang perlu kuawasi, Louis. Putrimu adalah anak yang cerdas dan manis. Lagi pula, bukan hanya aku orang dewasa yang ada di rumah ini," celetuk Briony ringan. "Ya, ada Kakek, Nenek, Bibi Emily, Paman Cayden, Paman Russell, dan Paman Brand

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   190. Rencana Bulan Madu

    Louis meringis. Sambil mengelus kepala sang putri, ia memberi penjelasan, "Papa dan Mama tidak mau mengganggu pikiranmu. Kami berencana untuk membicarakannya setelah kamu memutuskan untuk lanjut bersekolah atau belajar mandiri." "Papa dan Mama seharusnya tidak perlu menunggu. Itu sama sekali tidak mengganggu pikiranku," geleng Summer lucu. "Jadi, kau tidak keberatan kalau ayah dan ibumu pergi berbulan madu?" selidik Brandon, penasaran. Summer mengangguk. "Tentu saja tidak. Orang yang baru menikah memang seharusnya pergi berbulan madu, seperti Paman Cayden dan Bibi Emily. Gerry dan Merry juga." "Benarkah? Kamu tidak keberatan kalau Mama dan Papa berpergian berdua, sedangkan kamu di rumah?" tanya Sky spontan. Summer mengerjap. "Oh? Aku tidak ikut?" Para orang dewasa sontak menggigit bibir menahan geli. Sementara itu, River menjawab, "Tentu saja kau tidak boleh ikut, Summer. Itu bulan madu, bukan liburan. Hanya pengantin baru yang akan berangkat. Kehadiran orang lain hanya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status