Share

114. Strategi Summer

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-28 09:41:41
Begitu masuk ke kamar mandi, Summer langsung mengunci pintu. Kemudian, ia melihat sekeliling. Ternyata, itu adalah kamar mandi mewah yang dilengkapi shower dan bak mandi yang estetik.

"Kamar mandi untuk tamu saja semewah ini. Apalagi kamar mandinya sendiri. Ini pasti rumah singgahnya," gumam balita itu sambil berkedip-kedip.

Saat pandangannya melintasi jendela, matanya membulat. Ia senang karena dugaannya tepat.

"Itu dia! Aku harus segera memeriksa situasi di luar!" batinnya diiringi anggukan tegas.

Tanpa membuang waktu, Summer merangkak naik ke bak mandi. Sambil berpijak pada tepiannya, ia mengintip ke luar jendela.

Sayangnya, di luar terlalu gelap. Tidak ada petunjuk yang bisa ia dapat.

"Seandainya saja aku membawa ranselku, aku pasti sudah mengambil senter," desah Summer kecewa. Namun, detik berikutnya, ia mengerjap. "Oh?"

Summer berkedip-kedip, membiarkan mata abu-abunya beradaptasi dengan gelap. Keningnya ditekan lebih kuat ke kaca jendela, seakan-akan itu bisa
Pixie

Yuhuuu, Summer mulai beraksi. Apa rencananya? Tunggu bab selanjutnya.

| 6
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
puji amriani
sungguh mengagumkan 🤏🤏🤏🤏
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
mantaap.. anak louise nihhh.. akalnya banyakk
goodnovel comment avatar
Monika Anastasia Khim
Pintarrrr sekaliiiii...anak siapaa inii?? Hhhh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   115. Bergerak Cepat

    Setelah beberapa jam terpejam, Sky akhirnya mendapatkan kesadarannya kembali. Ia langsung tersentak, memeriksa keadaan sekeliling. Mendapati kamar yang asing, ia mendesah khawatir, "Apakah aku diculik?" Detik berikutnya, Sky tersentak lagi. Ia baru sadar, Summer ternyata sedang tidur sambil memeluknya. "Kami berdua diculik?" Kegelisahannya membukit. Mendengar suara sang ibu dan merasakan pergerakannya, Summer terbangun. Sambil mengucek mata, ia bangkit duduk. "Akhirnya, Mama bangun juga. Aku sudah menunggu Mama sejak tadi. Apakah Mama baik-baik saja?" bisiknya. Sky ikut duduk. Ia mengusap kepala sang balita. "Ya, Sayang. Mama baik-baik saja. Bagaimana denganmu? Kau tidak apa-apa, kan? Apakah mereka menyakitimu?" Summer menggeleng tipis. "Mereka tidak menyakitiku, Mama. Hanya saja, sikap dan bicara mereka kasar. Padahal, aku sudah menasihati mereka berulang kali, tapi mereka tetap tidak berubah. Sewaktu kecil, mereka semua pasti anak nakal." Wajah Sky berubah kusut. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   116. Menjebak Musuh

    Sementara tim darurat menyebar, Louis mulai menerbangkan drone-nya. Dengan bantuan night vision, ia bisa menghindari pohon-pohon dengan mudah. Selang beberapa saat, tidak ada lagi pohon yang terlihat dalam jarak dekat. "Kurasa kita sudah terbang di atas jurang," gumam Louis samar. "Kira-kira, di mana Kendrick membangun tempat rahasia itu?" Louis mulai mencari cahaya. Ia periksa berbagai sudut. Tidak menemukan apa-apa, ia turunkan drone-nya beberapa meter. "Tunggu. Apa itu?" Louis mendekatkan kepalanya ke monitor. Beberapa titik cahaya terlihat di sisi tebing yang agak jauh. Tanpa membuang waktu, Louis menerbangkan drone-nya ke sana. Begitu dronenya tiba, ia menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya bersamaan dengan tawa. Ada beberapa jendela di dinding tebing tersebut. Salah satunya memiliki gambar matahari dan awan-awan. "Ketemu," gumam Louis lega. Omega pun mendekat. Ia amati apa yang ada di layar. "Wah," desahnya takjub. "Apakah itu langit di musim panas

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   117. Kabur dari Penjahat

    "Eagle? Jaguar? Apa yang terjadi di dalam sana?" tanya seseorang di sela suara ketukan pintu. Sky dan Summer bertukar pandang. Mata mereka sama-sama lebar. Alis mereka melengkung tinggi. "Mama, gawat! Kita terlambat keluar. Tuan Jahat yang lain sudah keburu datang," bisik Summer, panik. Sky mengembuskan napas cepat. Saat ia hendak menimpali, si Sangar menginterupsi dengan bunyi aneh, "Hmmph hmmph hmmph!" Merasa risih, Summer berkacak pinggang. "Kamu ini berisik sekali! Apakah kamu tidak mendengar kalau aku dan Mama sedang berbicara? Memotong pembicaraan orang lain itu tidak sopan," omelnya. Akan tetapi, si Sangar malah semakin berisik. Merasa kesal, Summer mengentakkan kaki. "Kuingatkan sekali lagi. Diam!" "Hmmmph hmmmph ...." Summer mendengus. Ia dekati pria yang sedang meronta-ronta itu. "Kubilang diam!" Ia layangkan pukulan keras ke bagian belakang kepala sang pria. Tanpa terduga, si Sangar langsung tergeletak di lantai. Tidak ada bunyi mengganggu yang keluar dari mu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   118. Negosiasi

    "Berjalanlah satu langkah lagi. Aku tidak akan segan melubangi kepala kalian," ancam Kendrick dengan suara menggelegar. Summer tidak berani lagi macam-macam. Ia sadar, apa yang diucapkan Kendrick sudah bukan lagi gertakan, melainkan ancaman. Dengan gerakan yang sangat lambat, ia menoleh kepada sang ibu. Suara kecilnya berbisik, "Mama, kita harus bagaimana?" Sky meringis. Ia sendiri bingung dengan apa yang harus mereka lakukan. "Sayang, jangan takut. Sewaktu Mama seusiamu saja, Mama sudah berhasil mengalahkan para pemburu liar. Sekarang, Mama sudah jauh lebih tua, dan ada kamu bersama Mama. Bersama-sama, kita pasti bisa mengalahkan Kendrick." "Oke," jawab Summer ragu, "tapi bagaimana?" Sky menggigit bibir. Selang perenungan kilat, ia kembali berbisik, "Mama akan berbalik menghadapnya. Tugasmu adalah bersembunyi di belakang Mama dengan gerakan yang sangat lambat. Mengerti?" "Mengerti, Mama." Summer pun memperhatikan sang ibu. Ia berniat untuk mengikuti kecepatannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   119. Tertembak

    Summer menautkan alis. Sambil berpikir, ia mendongak ke arah Sky. Sang ibu memberinya petunjuk lewat gelengan kepala. Melihat itu, Kendrick buru-buru bersuara, "Bagaimana? Kau masih mau hidup, kan? Kalau kau mau menuruti perkataanku, aku tidak akan melemparmu ke jurang." Summer menatap pria itu lagi. Bibirnya menguncup, bingung harus menjawab apa. "Memangnya," ia ragu sesaat, "kau mau aku melakukan apa?" Kendrick menggerakkan kepala, mengisyaratkan Summer untuk datang ke sisinya. "Kemarilah. Aku akan membisikkannya kepadamu." Kerutan di wajah Summer semakin banyak. Selang perenungan singkat, ia menggeleng lambat. "Tidak mau. Kau pasti berencana untuk menipuku. Begitu aku menghampirimu, kau bisa saja menembakku," tolak balita itu tegas. "Aku masih membutuhkanmu. Mana mungkin aku membunuhmu?" Kendrick menggerakkan kepalanya lagi. "Kemarilah." "Kalau begitu, jatuhkan senapanmu ke lantai, lalu tendang agak jauh. Hanya dengan begitu aku bisa percaya kalau kau tidak aka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   120. Pahlawan Kami

    "Oh, tidak ...." Sky membungkuk, memeriksa putrinya. Tangannya memegang pundak sang balita dengan penuh kecemasan "Sayang, di mana yang sakit? Di mana?" Sky meneliti tubuh Summer dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sambil mengerutkan alis, Summer mencebik. Kedua tangan mungilnya masih memeluk senapan yang berhasil ia rebut tadi. "Aku baik-baik saja, Mama. Peluru itu tidak mengenaiku," gelengnya lambat. "Kamu yakin? Coba Mama periksa punggungmu." Tepat ketika Sky hendak memutar badan sang putri, Kendrick mengerang, "Arrgh! Kenapa nasib tidak pernah berpihak kepadaku? Tahu begini, aku seharusnya membunuh kalian sejak awal!" Sky dan Summer kompak menoleh. Melihat Kendrick meringis sembari mengacungkan pistol lagi, mata mereka terbelalak. Sadar bahwa mereka tidak bisa ke mana-mana, Sky pun memeluk Summer dan me-reload pistolnya. Belum sempat ia menarik pelatuk, suara tembakan kembali terdengar. Peluru berdesing dari belakang, melesat menembus pundak sang pria. "Aaa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   121. Pulang

    Louis tersenyum memperhatikan balita yang tertidur di pangkuannya. Sesekali, tangannya mengelus wajah bulat yang menggemaskan itu. Sesekali, bibirnya turun mengecup hidung mungil yang manis itu. "Summer pasti sangat lelah. Lihatlah," Louis menyentuh dagu sang balita. Matanya melirik wanita yang duduk di sampingnya. "Mulutnya terbuka, persis denganmu kalau sedang kelelahan." Sky tersenyum malu-malu. "Ya, dalam beberapa hal, Summer memang mirip denganku." "Kurasa bukan beberapa saja, tapi banyak hal. Mungkin karena selama ini, dia tumbuh bersamamu." Tiba-tiba, tatapan Louis berubah sendu. Sambil tersenyum kecut, ia meraih jemari Sky. "Aku tahu, ayahmu masih belum merestui hubungan kita. Tapi, setelah apa yang baru saja terjadi, aku semakin sadar bahwa aku tidak bisa hidup tanpa dirimu dan Summer. Karena itu ...." Louis menarik napas dalam-dalam. "Tolong bersabarlah sebentar. Aku akan mencari cara untuk meluluhkan hati ayahmu. Setelah aku berhasil melakukan itu, mari hidup b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   122. Restu Edmund

    Louis mematung dalam dekapan Edmund. Kedua tangannya melayang, tak tahu harus ke mana. Bukankah akan canggung kalau mereka berdua mendadak akrab? Namun, kalau ia tidak membalas pelukan Edmund, sopankah sikapnya? "Terima kasih," bisik Edmund tanpa terduga. Mata Louis semakin lebar dibuatnya. Bahkan Sky dan Freddy ikut terperangah. "T-terima kasih untuk apa, Tuan?" balas Louis seperti orang bodoh. "Terima kasih sudah menyelamatkan cucu dan putriku," ujar Edmund sembari mengembalikan jarak dan menepuk pundak Louis. "Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau kau tidak bertindak. Aku mungkin saja sudah kehilangan dua permata dalam hidupku." Louis tertegun menatap air mata yang menggenang di pelupuk pria paruh baya itu. Ia masih tidak percaya dengan telinganya sendiri. Apakah ia menangkap kata-kata yang tepat? Menerima ucapan terima kasih dari Edmund tidak pernah terbersit dalam benaknya. "Maaf, Tuan. Apakah Anda sungguh-sungguh berterima kasih kepada saya? B

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02

Bab terbaru

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   184. Rahasia tentang Burung Pipit

    "Selamat pagi, semuanya!" sapa Summer saat memasuki ruang makan. Semua yang telah berada di sana sontak menoleh ke arahnya. "Selamat pagi, Summer," sapa mereka ramah. Namun, detik berikutnya, mereka semua mengerjap. Gigi Summer terlihat begitu putih di antara kulit wajahnya yang dipenuhi coretan hitam. "Astaga, Summer! Apa yang terjadi pada wajahmu?" seru Kara spontan. Sambil memeluk sang nenek, Summer terkekeh. "Maaf, Nenek. Aku tidak bermaksud menakutimu. Apakah kau terkejut?" "Tentu saja. Cucuku biasanya sudah bersih dan wangi jam segini. Tapi sekarang, kenapa wajahmu dipenuhi coretan? Apa ini? Cat? Kau habis melukis?" selidik Kara sembari memeriksa noda di pipi sang cucu. "Bukan, Nenek. Kemarin aku mengobrol dengan Kakek Lucas. Dia mengajariku tentang pentingnya ber-kamu-flase saat mengamati hewan-hewan di alam. Caranya adalah dengan menggunakan pakaian berwarna sama dengan lingkungan sekitar, dan mencoret wajah dengan arang. Karena aku tidak punya arang, aku menggunakan

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   183. Belajar Menahan Diri

    "Louis, kau dengar itu? Sepertinya, Summer mengetuk pintu. Dia memanggil kita," bisik Sky di sela desah napasnya. Bukannya berhenti untuk menyimak, Louis malah melanjutkan kegiatannya di bawah selimut. "Itu halusinasimu saja, Sayang. Dia tidak mungkin mencari kita sepagi ini. Paling-paling, dia sedang di pekarangan belakang mengintai Papoy," balas Louis dengan suara yang menggelitik telinga. "Louis, aku serius. Coba dengar! Summer memanggil kita," bisik Sky, mulai mengernyitkan wajah. Tak mendapat respons dari suaminya, ia pun mengangkat tangan. Namun, belum sempat ia menyibak selimut yang menutupi mereka, Louis menangkap pergelangan tangannya dan menekannya ke bantal. "Jangan bergerak. Aku sedikit lagi klimaks," pintanya serak. "Tapi—" "Tenang saja. Kalaupun itu Summer, dia tidak akan masuk. Kurasa aku sudah mengunci pintu semalam. Jadi, mari kita lanjutkan. Satu menit saja." Sementara Louis membungkam mulut Sky, di luar pintu, Summer menunggu dengan raut kebingungan.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   182. Burung yang Aktif

    "Lihatlah putri kita, Louis. Bukankah dia sangat lucu? Dia terlihat begitu kecil dibandingkan anak-anak lain, dan cara duduknya manis sekali," bisik Sky sembari mengintip dari jendela. Louis yang berdiri di sisi Sky pun melebarkan senyum. Matanya juga tertuju pada satu-satunya balita di kelas itu. "Ya, dia sangat menggemaskan. Apakah kamu yang mengajarinya untuk duduk seperti itu?" bisiknya seraya melirik wajah haru sang istri. Sky menggeleng. "Tidak. Tapi Summer memang sering melipat tangan di atas meja kalau sedang menyimak sesuatu. Tidak kusangka dia akan membawa kebiasaannya ke dalam kelas. Oh, lihat! Dia mengangkat tangan." Sky menepuk-nepuk lengan Louis. Pandangan Louis pun kembali ke depan. Menyaksikan bagaimana Summer menjawab pertanyaan guru dan mendapat tepuk tangan dari murid-murid lain, rasa bangga juga terbit dalam hatinya. "Putri kita bukan hanya lucu, tapi juga cerdas. Kamu berhasil mengajarinya. Terima kasih, Sayang," Louis mengecup pelipis sang istri. "Kamu m

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   181. Perempuan Paling Berharga

    "Sepertinya, bukan hanya Gigi yang perlu meminta maaf kepada Summer di sini, tapi ibunya juga. Bukankah Anda juga sempat menghina putri saya, Nyonya?" Louis menaikkan sebelah alis. Mulut Gloria ternganga. Ia masih kesulitan mengucapkan kata. "Y-ya, saya juga bersalah." Ia menghampiri Summer, membungkuk untuk memeluk tubuh mungilnya. "Tolong maafkan aku, Summer. Aku tidak seharusnya mengajarkan putriku untuk menyudutkanmu. Maaf karena aku telah meremehkanmu." Berbeda dari perlakuannya terhadap Gigi, Summer tidak langsung memaafkan wanita itu. Ia melepaskan diri dari pelukannya. Sambil menjauh sedikit, ia berkacak pinggang. "Apakah Anda sungguh-sungguh menyesal, Nyonya?" tanyanya membuat Gloria tersentak. "T-tentu saja," jawab wanita itu dengan wajah memelas. "Entah kenapa, aku merasa kalau kamu meminta maaf hanya karena takut kepada Papa," tutur Summer sembari memicingkan mata. Mendengar penilaian tersebut, Gloria membeku. Matanya berkedip-kedip, mencari petunjuk.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   180. Semua Orang Setara

    "Siapa nama Anda?" tanya Louis sembari memicingkan mata. Bibir Gloria bergetar saat menjawabnya, "Gloria Brown." Sambil tersenyum miring, Louis mengangguk-angguk. Tatapannya kemudian bergeser turun. "Dan kamu? Siapa namamu?" tanya Louis dengan sebelah alis naik mendesak dahi. "Georgina Brown. Semua orang biasanya memanggilku Gigi," jawab gadis kecil itu tanpa rasa takut. Ia terlalu bodoh untuk mengerti konsekuensi apa yang sedang menantinya. "Georgina Brown," gumam Louis seraya bergerak maju. Setibanya di hadapan anak itu, ia memiringkan kepala. "Siapa yang mengajarimu untuk berbicara seperti itu?" "Mama yang mengajariku. Mama bilang, semua orang punya status yang berbeda-beda. Aku hanya boleh berteman dengan anak-anak dari level atas." Summer terkesiap. Ia mendongak menatap Sky, berbisik, "Mama, bukankah itu ajaran yang salah?" Sky menempatkan telunjuk di depan mulut. "Sayang, mari kita serahkan hal ini kepada Papa. Saat ini, kita simak saja," bisiknya. "Oh, oke,"

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   179. Dia Sungguh Anak Louis?

    Gloria mendengus jijik. Sorot matanya penuh hinaan. "Apakah kau mengatakan bahwa status orang tuamu lebih tinggi dariku?" Summer menggeleng lugu. "Tidak. Aku tidak suka membanding-bandingkan. Aku hanya ingin mengatakan kalau kau tidak bisa meremehkan Papa begitu saja." Gloria tertawa kesal. Sambil melipat tangan di depan dada, ia menantang, "Memangnya siapa ayahmu?" "Orang-orang menyebutnya pria nomor satu di L City!" sahut Summer dengan mata berbinar. Semua orang tahu ia merasa bangga karena senyumnya sangat lebar. Sementara itu, mata Gloria menyipit. "Maksudmu, Louis Harper?" Summer mengangguk mantap. "Ya, itulah nama papaku. Apakah kau mengenalnya? Mungkin kalian berteman. Papaku dan suamimu sama-sama memimpin perusahaan besar." Bukannya takut, Gloria malah tertawa datar. "Louis Harper? Yang benar saja? Tuan kepala sekolah, Anda percaya dengan kebohongannya?" "Nyonya, apakah Anda tidak mengikuti berita selama liburan? Tuan Louis Harper memang ayah dari Summer," tutur sang

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   178. Tidak Bisa Diremehkan

    Summer duduk di kursi dengan kepala tertunduk. Kedua tangannya saling meremas di depan perut. Sekilas, ia tampak bersalah. Namun sebenarnya, ia sedang menahan kesal. Itu adalah hari kedua ia bersekolah. Ia berniat untuk belajar dengan sungguh-sungguh, membuat orang tuanya bangga. Namun ternyata, ia malah terlibat masalah. Saat ia sedang merenung itulah, tiba-tiba, suara berisik datang dari luar. "Di mana anak itu? Mana anak yang sudah berani mengganggu putriku?" Semua orang sontak menoleh ke arah pintu. Beberapa detik kemudian, Gloria Brown masuk dengan raut tak senang. Saat itu pula, tangisan Gigi kembali bergema. "Mama," ia berlari menuju Gloria. Belum sempat ia memeluk sang ibu, kedua lengannya ditahan. "Astaga, Sayang. Apa yang terjadi pada gaunmu?" tanya Gloria dengan mata terpelotot. Gigi meruncingkan telunjuk ke arah Summer. "Dia menumpahkan yogurt di gaunku. Guru-guru sudah berusaha untuk membersihkannya, tapi nodanya tidak mau hilang." Gloria sontak melirik

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   177. Pertengkaran Summer dan Gigi

    Bibir Summer menguncup. Sorot matanya tampak bingung. "Kenapa kamu berpikir kalau aku miskin?" "Bajumu jelek. Tasmu juga sepertinya sudah tua. Kamu harus pulang dengan menumpang mobil River karena orang tuamu malu menampakkan diri," terang Gigi dengan nada meremehkan. Summer mendesah berat seperti orang dewasa. "Gigi, kita tidak boleh menilai seseorang dari luarnya saja. Itu bukan perbuatan baik. Selain itu, kita juga tidak boleh membeda-bedakan teman berdasarkan kekayaan. Mama bilang, yang harus kita lihat dari diri seseorang itu adalah kepribadiannya. Kita seharusnya mencari teman yang baik, bukan teman yang kaya." Gigi memasang raut angkuh. "Kamu berani menasihatiku? Apakah kamu tidak tahu siapa aku?" Summer mengangguk. "Aku tahu. Kamu Gigi. Georgina Brown." "Apakah kamu tahu siapa ayahku?" Gigi menaikkan sebelah alis. "Kalau itu, aku tidak tahu. Haruskah aku berkenalan dengannya?" jawab Summer santai. "Ayahku adalah pemimpin Brown Group! Dia salah satu pengusaha p

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   176. Kenapa Aku Harus Malu?

    Louis dan Sky bertukar pandang. Mereka sama-sama khawatir pada putri kecil mereka. "Apa saja yang anak bernama Gigi itu katakan padamu, Sayang?" selidik Sky dengan nada serius. Summer pun berkacak pinggang. Ia ulangi semua perkataan Gigi dengan nada suara dan mimik wajah yang sama. Yang lain dengan serius memperhatikan. "Lalu, apa lagi yang dia katakan selain itu?" tanya Louis setelah Summer berhenti. "Tidak ada, Papa. Dia hanya mengatakan itu saja," geleng Summer lugu. "Apakah dia melakukan sesuatu yang buruk padamu?" selidik Sky lagi. Bibir Summer menguncup. Kepalanya condong ke kiri sedikit. "Tidak ada, Mama. Dia hanya menegaskan itu saja. Dia mau aku berhenti datang ke sekolah." "Lalu, apa yang kamu katakan padanya?" River juga penasaran. Tiba-tiba, suara Summer terdengar garang, "Aku berkata dengan tegas kalau dia tidak berhak mengatur hidupku. Meskipun dia melarangku untuk belajar di Sekolah Savior, aku tetap akan datang. Karena itu sudah menjadi rencanaku. Aku mem

DMCA.com Protection Status