Share

119. Tertembak

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-31 13:14:50
Summer menautkan alis. Sambil berpikir, ia mendongak ke arah Sky. Sang ibu memberinya petunjuk lewat gelengan kepala.

Melihat itu, Kendrick buru-buru bersuara, "Bagaimana? Kau masih mau hidup, kan? Kalau kau mau menuruti perkataanku, aku tidak akan melemparmu ke jurang."

Summer menatap pria itu lagi. Bibirnya menguncup, bingung harus menjawab apa.

"Memangnya," ia ragu sesaat, "kau mau aku melakukan apa?"

Kendrick menggerakkan kepala, mengisyaratkan Summer untuk datang ke sisinya. "Kemarilah. Aku akan membisikkannya kepadamu."

Kerutan di wajah Summer semakin banyak. Selang perenungan singkat, ia menggeleng lambat.

"Tidak mau. Kau pasti berencana untuk menipuku. Begitu aku menghampirimu, kau bisa saja menembakku," tolak balita itu tegas.

"Aku masih membutuhkanmu. Mana mungkin aku membunuhmu?" Kendrick menggerakkan kepalanya lagi. "Kemarilah."

"Kalau begitu, jatuhkan senapanmu ke lantai, lalu tendang agak jauh. Hanya dengan begitu aku bisa percaya kalau kau tidak aka
Pixie

Bab selanjutnya besok lagi, ya. Nantikan kelanjutannya. Terima kasih sudah membaca.

| 5
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
puji amriani
huhuhu sekarang cuma 1 bab
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   120. Pahlawan Kami

    "Oh, tidak ...." Sky membungkuk, memeriksa putrinya. Tangannya memegang pundak sang balita dengan penuh kecemasan "Sayang, di mana yang sakit? Di mana?" Sky meneliti tubuh Summer dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sambil mengerutkan alis, Summer mencebik. Kedua tangan mungilnya masih memeluk senapan yang berhasil ia rebut tadi. "Aku baik-baik saja, Mama. Peluru itu tidak mengenaiku," gelengnya lambat. "Kamu yakin? Coba Mama periksa punggungmu." Tepat ketika Sky hendak memutar badan sang putri, Kendrick mengerang, "Arrgh! Kenapa nasib tidak pernah berpihak kepadaku? Tahu begini, aku seharusnya membunuh kalian sejak awal!" Sky dan Summer kompak menoleh. Melihat Kendrick meringis sembari mengacungkan pistol lagi, mata mereka terbelalak. Sadar bahwa mereka tidak bisa ke mana-mana, Sky pun memeluk Summer dan me-reload pistolnya. Belum sempat ia menarik pelatuk, suara tembakan kembali terdengar. Peluru berdesing dari belakang, melesat menembus pundak sang pria. "Aaa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   121. Pulang

    Louis tersenyum memperhatikan balita yang tertidur di pangkuannya. Sesekali, tangannya mengelus wajah bulat yang menggemaskan itu. Sesekali, bibirnya turun mengecup hidung mungil yang manis itu. "Summer pasti sangat lelah. Lihatlah," Louis menyentuh dagu sang balita. Matanya melirik wanita yang duduk di sampingnya. "Mulutnya terbuka, persis denganmu kalau sedang kelelahan." Sky tersenyum malu-malu. "Ya, dalam beberapa hal, Summer memang mirip denganku." "Kurasa bukan beberapa saja, tapi banyak hal. Mungkin karena selama ini, dia tumbuh bersamamu." Tiba-tiba, tatapan Louis berubah sendu. Sambil tersenyum kecut, ia meraih jemari Sky. "Aku tahu, ayahmu masih belum merestui hubungan kita. Tapi, setelah apa yang baru saja terjadi, aku semakin sadar bahwa aku tidak bisa hidup tanpa dirimu dan Summer. Karena itu ...." Louis menarik napas dalam-dalam. "Tolong bersabarlah sebentar. Aku akan mencari cara untuk meluluhkan hati ayahmu. Setelah aku berhasil melakukan itu, mari hidup b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   122. Restu Edmund

    Louis mematung dalam dekapan Edmund. Kedua tangannya melayang, tak tahu harus ke mana. Bukankah akan canggung kalau mereka berdua mendadak akrab? Namun, kalau ia tidak membalas pelukan Edmund, sopankah sikapnya? "Terima kasih," bisik Edmund tanpa terduga. Mata Louis semakin lebar dibuatnya. Bahkan Sky dan Freddy ikut terperangah. "T-terima kasih untuk apa, Tuan?" balas Louis seperti orang bodoh. "Terima kasih sudah menyelamatkan cucu dan putriku," ujar Edmund sembari mengembalikan jarak dan menepuk pundak Louis. "Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau kau tidak bertindak. Aku mungkin saja sudah kehilangan dua permata dalam hidupku." Louis tertegun menatap air mata yang menggenang di pelupuk pria paruh baya itu. Ia masih tidak percaya dengan telinganya sendiri. Apakah ia menangkap kata-kata yang tepat? Menerima ucapan terima kasih dari Edmund tidak pernah terbersit dalam benaknya. "Maaf, Tuan. Apakah Anda sungguh-sungguh berterima kasih kepada saya? B

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   123. Ayah vs Papa

    Louis meninggikan alis. "Ada apa dengan Summer?" Sky mengembuskan napas berat. "Kurasa," ia ragu sejenak, "Summer membencimu." Louis terbelalak. Telunjuknya teracung menekan dada. "Summer membenciku? Kenapa kau bisa berkata begitu? Aku justru merasa dia sangat sayang kepadaku. Bukankah dia berharap aku menikahimu supaya dia bisa memanggilku Papa?" Sky meringis. Kedua tangannya saling meremas di depan perut. "Ya, Summer memang berharap begitu. Tapi ...." Sky menggigit bibir. Ia tidak tega menghancurkan harapan Louis yang sudah tumbuh tinggi. "Saat berbicara dengan Kendrick, Summer mengungkapkan sesuatu," tuturnya lirih. Mata Louis terbuka lebih lebar. Keseriusan di wajah Sky telah membuat sarafnya menegang. "Mengungkapkan apa? Apakah Kendrick mencuci otaknya? Tapi Summer anak yang cerdas. Dia tidak mungkin terpengaruh oleh kata-kata orang jahat." "Tidak, Louis. Bukan itu. Kendrick hanya memancing Summer untuk bicara. Dari situlah, Summer mengungkapkan isi hatinya. Te

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   124. Jika Aku Ayahmu

    Semua mata tertuju pada Louis. Mereka penasaran dengan tanggapan pria itu terhadap omongan sang balita, terutama Edmund. Edmund baru saja memberi Louis restu. Siapa sangka, orang lain kini menggantikan posisinya sebagai penghalang, dan itu cucunya sendiri? Namun ternyata, Louis memilih untuk tidak menganggapnya masalah. Ia memaksakan tawa walaupun kesannya tidak natural. "Kenapa ...." Louis nyaris tersedak oleh kekhawatiran. "Kenapa kamu tidak mau turuti saja keinginan Kendrick? Kamu bisa mengakui bahwa aku ayahmu, Summer. Itu lebih aman. Lagi pula, bukankah kau mau aku menikahi ibumu?" "Ya, kamu memang harus menikahi Mama, Paman. Tapi waktu itu, aku ingin membuat Kendrick kesal. Jadi, aku menolak untuk mengakui kalau kamu adalah ayahku. Dengan begitu, aku bisa menuduhnya sebagai ayahku yang tidak bertanggung jawab!" Lidah Louis semakin kelu. "Lalu, kau berhasil membuatnya kesal?" "Ya!" angguk Summer bangga. "Dia bilang dia tidak sudi punya anak sepertiku. Padahal aku in

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   125. Kenangan yang Terlewatkan

    Sekembalinya ke rumah Sky, Edmund dan Alice terbelalak. Ruang tamu telah penuh dengan potongan kardus berisi pesan-pesan. Sky dan Louis sedang sibuk menghiasinya. "Sky, apa yang sedang kalian lakukan?" selidik Alice, berbisik. Ia tahu bahwa sang cucu masih tertidur. Kalau tidak, tidak mungkin suasana begitu tenang. Sky mengembangkan senyum. "Kami sedang menyiapkan kejutan untuk Summer. Mama dan Papa mau membantu?" Alice duduk di sisi sang putri. "Kejutan apa?" "Kejutan untuk memperkuat ikatan antara Louis dan Summer." Mendengar jawaban tersebut, Edmund melirik Louis. Lengkung bibirnya misterius. "Kau mau memulai pendekatan dengannya?" Louis mengangguk. "Ya," jawabnya singkat. Ia tidak berani menerka apa yang dipikirkan oleh calon mertuanya itu. "Sayangnya, ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu," tutur Edmund dengan nada menguji. "Apakah kau keberatan meninggalkan pekerjaanmu sebentar?" Tatapan Louis langsung tertuju pada sebuah kotak di tangan Edmund. Ia me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   126. Permainan yang Menyenangkan

    Itu adalah gabungan dari dua foto. Foto pertama menunjukkan Sky dan Summer yang sedang duduk di kursi. Mereka menghadap depan, tersenyum ke arah kamera. Di foto kedua, Louis juga sedang duduk. Posisinya agak miring, tetapi matanya tetap tertuju pada kamera. Bibirnya melengkung tipis. Kedua gambar direkatkan pada kertas alas. Posisi Louis berada di samping Summer sehingga mereka bertiga terlihat seperti dalam satu frame. "Apakah Summer yang membuat ini?" tanya Louis sembari mengelus karya seni yang menyentuh hatinya itu. "Ya. Dia membuatnya baru-baru ini. Aku tidak sengaja menemukannya. Karena saat itu aku masih marah padamu, aku menyitanya," jawab Edmund tanpa merasa bersalah. Ia bahkan mengedikkan bahu seolah-olah apa yang ia lakukan merupakan hal yang biasa. Keharuan Louis seketika tertutupi oleh kebingungan. "Lalu, kenapa foto ini bisa ada di sini? Kalau Anda membenci saya, Anda pasti sudah membuangnya." Edmund tersenyum kecut. "Aku tidak tega. Summer tampak sangat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   127. Misi Terakhir

    Setelah mengeringkan tangan dan wajah, Summer kembali ke ruang makan. Toby masih duduk manis seolah menunggunya di sana. "Hai, Toby! Apakah kau melihat kertas seperti ini?" Ia tunjukkan kertas hadiahnya tadi. Saat itulah, matanya tak sengaja menangkap sudut kertas yang mencuat dari bawah piring. "Oh? Ketemu! Untung saja aku kembali. Kalau tidak, hadiahku bisa hangus. Apa yang tertulis di sini?" Summer memeriksa tulisan Louis sambil terkikik. Ia gembira karena hadiah lain berhasil ia kantongi. "Apakah kau menemukan kertas ini karena ingin membereskan piring dan gelas kotor? Wah! Ternyata kau bukan hanya petualang cilik, tapi juga anak yang manis. Atas keteladananmu, kau berhak menukar kertas ini dengan makanan apa saja yang kau mau. Louis akan mentraktirmu!" Usai membaca, tawa Summer langsung tertahan. Pundaknya naik menjepit leher. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri. Tidak menemukan siapa-siapa, ia bergegas membawa piring dan gelasnya ke wastafel dapur. "Aku memang a

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06

Bab terbaru

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   228. Kehebohan di Taman

    Emily hanya bisa mengangguk. Sambil menggenggam tangan Sky, ia menggigit bibir. Summer dan River pun berhenti bercanda. Mereka menghampiri Emily. "Ada apa, Bibi?" tanya mereka kompak. "Dia mengalami kontraksi lagi," sahut Sky pelan. Wajah Summer berubah sendu. Ia berjongkok di dekat kaki Emily. "Apakah ini bisa membuat Bibi lebih baik?" tanyanya seraya memijat. Di sisi Emily yang lain, River melakukan hal yang sama. "Mungkin para bayi merasa gerah akibat senam tadi. Jadi, mereka meronta. Perut Bibi jadi berkontraksi?" "Kalau begitu, Bibi jangan melanjutkan senam lagi," simpul Summer tegas. "Istirahat saja di sini. Anggap kita sedang piknik. Mama, kita membawa bekal, kan? Bagaimana kalau kita membentang karpet dan mulai menata? Begitu Bibi selesai kontraksi, dia bisa menikmati makanan dan minuman yang kita siapkan." Sky mengangguk kecil. "Terima kasih, Sayang. Idemu brilian sekali." "Kalau begitu, River, ayo kita ke mobil!" ajak Summer, penuh semangat. Akan tetapi, River

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   227. Perhatikan Aku

    "Yuck! Itu sangat menjijikkan! Kenapa kalian menginjaknya? Apakah kalian tidak tahu bahwa itu kotoran penguin?" tanya River, tak habis pikir. "Itulah rute yang harus kami lalui kalau mau mengelilingi pulau," Sky mengedikkan bahu. "Kalau kalian berkunjung ke sana nanti, kalian juga akan melewatinya," ujar Louis dengan nada menakut-nakuti. Summer mengerucutkan bibir. "Kalau begini, kita harus menggencarkan kampanye perubahan iklim. Saat kita ke sana nanti, kuharap es dan salju sudah menebal lagi. Dengan begitu, para penguin punya lebih banyak tempat untuk membuang kotoran. Tidak perlu menumpuk di satu pulau!" "Apakah tidak ada rute yang aman dari kotoran? Itu sangat licin dan lengket. Bisa berbahaya kalau kita terpeleset di sana. Aku tidak bisa membayangkan betapa kotor dan bau baju kita," gumam River, was-was. "Tenang, River," Summer memegangi pundaknya lagi. "Kita bisa membeli sepatu roda dan berlatih keseimbangan setelah ini. Jadi, begitu kita ke sana nanti, kita tidak ak

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   226. Keseruan di Antartika

    Summer mengamati oleh-oleh yang ia dapat selama beberapa saat. Begitu ia selesai, ia langsung berlari menuju Sky yang kebetulan baru kembali dari membagikan hadiah. "Mama, terima kasih banyak! Aku suka semua barang yang Mama beli!" serunya seraya memberikan pelukan hangat. River mengangguk sepakat. "Ya, terima kasih banyak, Nyonya Harper. Oleh-oleh ini sangat keren! Terima kasih juga, Paman Louis." Dari sofanya, Louis terkekeh. "Sama-sama, River." Sedetik kemudian, Summer berlari dan melompat ke pangkuan sang ayah. Louis dengan sigap menangkapnya. "Terima kasih, Papa! Aku tahu, Papa pasti membantu Mama memilih barang-barangnya," ujar Summer sembari menempelkan pipinya di pundak sang ayah. "Ya, beberapa barang itu adalah pilihan Papa. Mana yang paling kamu suka?" Bibir Summer mengerucut. Telunjuknya mulai mengetuk dagu. "Itu pertanyaan sulit. Tapi kalau harus memilih, kalender itu yang paling berguna bagiku. Aku bisa memakainya untuk menentukan jadwal bersama River.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   225. Oleh-Oleh dari Kutub

    "Ya, kau sebaiknya fokus saja dengan kegiatan di penjara ini, Kendrick. Siapa tahu, kau bisa mendapat keringanan karena perilaku baik," Summer mengedikkan bahu santai. Akan tetapi, Kendrick malah semakin menggila. Ia mulai mengguncang pintu, memohon kepada para petugas untuk membukanya. Saat Orion mendekat, ia berteriak ketakutan. "Tidak! Menjauhlah dariku! Aku masih mau hidup! Jangan kau apa-apakan kepalaku!" Tiba-tiba, bunyi aneh terdengar dari pantat Kendrick. Bau busuk pun menyebar. Summer dan River cepat-cepat memencet hidung mereka. "Uuuh, Kendrik, kau jorok sekali!" tutur Summer, meledek. "Cepat sana ke kamar mandi! Dan jangan lupa dengan chipmu!" River terkekeh usil. "Dia tidak perlu membawanya, River. Chip ini yang akan datang sendiri kepadanya. Maksudku, petugas kepolisian yang akan memasukkan chip ke dalam otaknya!" Membayangkan kepalanya dibelah, Kendrick terkesiap. Mulutnya mulai bergetar. Saat pintu besi dibuka, lututnya ikut gemetar. Ia mencoba untuk melari

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   224. Seperti Psikopat

    Khawatir sandiwaranya terbongkar, Summer cepat-cepat mengobrol dengan River. Ia bertanya tentang penilaiannya terhadap roti lapis itu dan apa yang perlu mereka perbaiki ke depannya. Setelah Kendrick menghabiskan makanan dan minumannya, barulah ia meraih kotak besar di atas meja. "Apakah kau sudah kenyang?" tanya Summer yang kini berlutut di atas kursi. Kalau tidak, kotak besar itu pasti sudah menutupi wajahnya dari Kendrick. Narapidana itu mendengus. "Apa pedulimu?" "Apakah kau lupa? Aku sudah menjawab pertanyaan itu. Berapa kali pun kau bertanya, jawabanku akan tetap sama. Aku mengkhawatirkan kondisimu karena keluargakulah yang memasukkanmu ke dalam penjara itu," Summer menunjuk pintu besi yang dijaga oleh dua orang petugas kepolisian. Kendrick memutar bola mata. "Jangan berpura-pura peduli padaku. Aku tahu, kau dan orang tua berengsekmu itu berpesta setelah kalian melemparku ke tempat terkutuk ini." Summer terkesiap. Mata bulatnya berkilat oleh keterkejutan. "Tolong perhat

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   223. Misi Dadakan Summer

    "Tolong jangan disebut. Itu berbahaya!" ujar Summer lantang. River menyingkirkan tangan Summer dari mulutnya. "Kenapa?" "Pokoknya, itu berbahaya. Mari kita masukkan itu sebagai kata terlarang. Jangan membahasnya lagi sampai kita dewasa," tutur Summer dengan penuh keseriusan. River pun menghela napas kesal. Namun, melihat ketegasan di wajah Summer, ia akhirnya mengalah. "Baiklah, aku akan melupakannya. Anggap itu tidak pernah kudengar," ia memutar telinga seolah sedang memutar pita kaset ke belakang. Louis akhirnya bisa kembali bernapas lega. Sky terkekeh melihatnya mengelus dada. Setelah itu, perbincangan berlangsung normal. Tidak ada hal aneh lagi yang mereka bahas. Mereka hanya bertukar kabar. Saat perbincangan mereka berakhir, Summer memekik gembira, "Oh, aku sungguh tidak sabar ingin menyambut Papa dan Mama pulang! Mereka pasti akan membawa banyak cerita!" "Ya, aku juga. Aku tidak sabar ingin melihat oleh-oleh apa yang mereka bawa dari Antartika!" sahut River, tak

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   222. Agen Khusus yang Manis

    Sang kapten tersenyum simpul. "Dia mengaku bernama Summer." Louis dan Sky terbelalak. "Summer?" Lengkung bibir sang kapten melebar. "Ya. Summer Harper. Awalnya, saya berpikir bahwa itu hanyalah panggilan iseng. Tapi setelah mendengar caranya berbicara dan mengetahui namanya, saya percaya bahwa situasinya serius. Saya sarankan Anda untuk segera menghubunginya. Dia sangat resah." Sky mengangguk cepat. Di sisinya, Louis berkata, "Terima kasih, Kapten Alvarez. Kami akan segera menghubungi putri kami." Seperginya sang kapten, Sky melakukan panggilan video. Begitu Summer menerimanya, suara manisnya langsung bergema, "Mama, kenapa baru meneleponku sekarang? Ke mana saja dari tadi? Apakah Angelica mengganggu kalian lagi?" Melihat wajah cemberut sang putri, Sky dan Louis tertawa lirih. Mata mereka berkaca-kaca, terlapisi oleh keharuan sekaligus rasa bangga. "Maaf, Sayang. Mama dan Papa ada urusan mendesak. Kami terpaksa menghidupkan mode pesawat sebentar," timpal Sky, agak serak. "A

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   221. Seorang Penyelamat

    Pablo kembali tertawa. Sambil menggaruk alis, ia bergumam lirih, "Mengapa orang kaya suka sekali semena-mena?" Detik berikutnya, ia menatap Louis dengan kesan meremehkan. "Anda pikir dengan kekayaan yang Anda miliki, Anda bisa bertindak sesuka hati di sini? Maaf, Tuan Harper. Ini bukan L City. Di sini, Kapten Alvarez-lah yang memegang kendali. Dan lewat saya, beliau sudah menyampaikan perintah. Tahan Louis Harper dan sang istri. Karena itu ...." Pablo melihat rekan-rekannya dan menggerakkan kepala sekali. Para petugas mendekati Louis dan Sky lagi. Secepat kilat, Louis menarik Sky ke balik punggungnya. "Siapa yang berani menyentuh istriku, akan kupastikan dia tidak bisa berjalan lagi!" hardiknya, mengancam. Para petugas seketika menahan langkah. Louis pun menambahkan, "Daripada kalian bersikeras ingin menangkap kami, kalian lebih baik menghubungi kapten kalian." "Untuk apa?" sela Pablo dengan nada menjengkelkan. "Untuk mengulur waktu? Maaf, Tuan Harper. Kami sudah menghabi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   220. Salah Tangkap

    Draco menggertakkan geraham. Ia ingin sekali menghajar Louis. Saat itulah, Sky berbisik, "Apakah Pablo, si petugas keamanan itu? Dia yang membantu kau dan Angelica melancarkan misi untuk menggangguku dan Louis?" Draco tersentak. Mulutnya tanpa sadar menimpali, "Dari mana kau tahu kalau itu Pablo?" Sky tersenyum lebar. Ia sumpal mulut Draco dengan kain. "Terima kasih atas kejujuranmu." Kemudian, ia bangkit berdiri. Sementara Louis menahan Draco agar tidak macam-macam, Sky berhenti merekam suara di ponselnya. Saat ia memutarnya ulang, pengakuan Draco terekam jelas. "Emmhh .... Emm emmmh ...." Draco terus meronta-ronta. Louis yang masih berlutut di dekatnya pun berdesus. Telunjuknya teracung meminta waktu. "Apa yang kau ributkan?" gerutu Louis. "Kau takut Pablo membunuhmu karena gagal menjaga rahasianya? Tenang. Kami akan menangkapnya sebelum dia bisa membunuhmu." Setelah menepuk pipi Draco dengan kasar dua kali, Louis bangkit berdiri. Ia menghampiri Sky. Sang istr

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status