Home / Romansa / Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO / 126. Permainan yang Menyenangkan

Share

126. Permainan yang Menyenangkan

Author: Pixie
last update Last Updated: 2024-11-05 15:02:58
Itu adalah gabungan dari dua foto. Foto pertama menunjukkan Sky dan Summer yang sedang duduk di kursi. Mereka menghadap depan, tersenyum ke arah kamera.

Di foto kedua, Louis juga sedang duduk. Posisinya agak miring, tetapi matanya tetap tertuju pada kamera. Bibirnya melengkung tipis.

Kedua gambar direkatkan pada kertas alas. Posisi Louis berada di samping Summer sehingga mereka bertiga terlihat seperti dalam satu frame.

"Apakah Summer yang membuat ini?" tanya Louis sembari mengelus karya seni yang menyentuh hatinya itu.

"Ya. Dia membuatnya baru-baru ini. Aku tidak sengaja menemukannya. Karena saat itu aku masih marah padamu, aku menyitanya," jawab Edmund tanpa merasa bersalah. Ia bahkan mengedikkan bahu seolah-olah apa yang ia lakukan merupakan hal yang biasa.

Keharuan Louis seketika tertutupi oleh kebingungan. "Lalu, kenapa foto ini bisa ada di sini? Kalau Anda membenci saya, Anda pasti sudah membuangnya."

Edmund tersenyum kecut. "Aku tidak tega. Summer tampak sangat
Pixie

Woohoo! Summer lagi bersenang-senang nih. Kira-kira, apa lagi yang disiapkan Louis untuknya?

| 4
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Monika Anastasia Khim
Seru bangett permainannya ... bikin summer semangat
goodnovel comment avatar
puji amriani
summer semangat
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
ahahahaha gemes amaatt .. kemarin sedih sedih sekaranf ketawa ketawa summer bahagia bangett.. selamat summer.. beli bajunya yg banyak pengganti biaya popok dan perawatan waktu bayi wkwkwkwkk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   127. Misi Terakhir

    Setelah mengeringkan tangan dan wajah, Summer kembali ke ruang makan. Toby masih duduk manis seolah menunggunya di sana. "Hai, Toby! Apakah kau melihat kertas seperti ini?" Ia tunjukkan kertas hadiahnya tadi. Saat itulah, matanya tak sengaja menangkap sudut kertas yang mencuat dari bawah piring. "Oh? Ketemu! Untung saja aku kembali. Kalau tidak, hadiahku bisa hangus. Apa yang tertulis di sini?" Summer memeriksa tulisan Louis sambil terkikik. Ia gembira karena hadiah lain berhasil ia kantongi. "Apakah kau menemukan kertas ini karena ingin membereskan piring dan gelas kotor? Wah! Ternyata kau bukan hanya petualang cilik, tapi juga anak yang manis. Atas keteladananmu, kau berhak menukar kertas ini dengan makanan apa saja yang kau mau. Louis akan mentraktirmu!" Usai membaca, tawa Summer langsung tertahan. Pundaknya naik menjepit leher. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri. Tidak menemukan siapa-siapa, ia bergegas membawa piring dan gelasnya ke wastafel dapur. "Aku memang a

    Last Updated : 2024-11-06
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   128. Foto Keluarga Summer

    Di hadapan Summer, sang kakek dan nenek sedang membungkuk, mengatur kamera. Entah apa yang mereka perdebatkan, padahal kamera sudah berdiri dengan baik di atas tripod. Di sisi kanan dan kirinya, Louis dan Sky duduk dengan senyum lebar. Mereka berdua tidak menyentuh ataupun memeluknya. Akan tetapi, Summer justru merasa sangat hangat. Lalu, di atas kursi mereka, ranting pohon telah digantungi dengan banyak hiasan. Beberapa dari mereka dibiarkan menjuntai seperti tirai. Summer berpikir itu pasti akan terlihat cantik di kamera. Usai mengamati sekeliling dengan mata berkaca-kaca, Summer melepas tawa yang terdengar tak biasa. Ada kesan sedih di antara getarannya, tetapi juga senang dan lega. "Apakah kita akan mengambil foto keluarga?" tanyanya dengan suara melengking yang agak serak. Matanya mulai tampak merah walaupun cahaya terpantul terang dari maniknya. Sambil menahan tekanan dalam dadanya sendiri, Sky mengangguk. "Ya. Paman Louis tidak sengaja menemukan foto keluarga yang

    Last Updated : 2024-11-06
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   129. Aku Sebetulnya Ayahmu

    Mendapati ekspresi yang tidak pernah ia lihat dari Louis, Summer menaikkan alis. Kepalanya condong ke kiri. "Apa yang mau kau bahas, Paman? Sepertinya serius sekali. Oh!" Summer meruncingkan telunjuk. "Haruskah aku mengambil kupon dan tiket hadiahku lagi? Aku meninggalkan mereka di kamar." "Tidak," jawab Louis cepat. Ia khawatir jika Summer tidak bisa menerima kenyataan, hadiah-hadiah itu malah akan mendatangkan kekecewaan. "Mari kita berbicara dulu. Setelah itu, baru kita bahas apa saja hadiah yang kau mau." "Oh, oke." Summer kembali duduk manis. Matanya berkedip-kedip menatap Louis. "Jadi, apa yang mau kau bahas, Paman?" Louis menelan ludah. Debar jantungnya telah terasa hingga ke tenggorokan. "Aku ... sebenarnya ...." Suasana hening beberapa saat. Louis tampak kebingungan harus memulai dari mana. Bosan menunggu, Summer meruncingkan telunjuknya lagi. "Selagi Paman merangkai kata-kata, bagaimana kalau aku ke kamar untuk mengambil kertas-kertas hadiahku? Aku tidak akan

    Last Updated : 2024-11-07
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   130. Maafkan Aku, Putriku

    "Memangnya kenapa kalau kamu adalah ayahku? Apakah ada masalah dengan itu?" jawab Summer tanpa mengubah ekspresi. Semua orang tersentak. Bahkan kepala Louis sampai terdorong ke belakang. "K-kamu ... tidak mempermasalahkan itu?" Summer berkedip lugu. "Kenapa aku harus mempermasalahkan itu? Bukankah bagus kalau kamu adalah ayahku?" Louis mematung dengan mata terbelalak lebar. Kebingungan masih menahan kedipannya. "B-bukankah kamu bilang kepada Kendrick bahwa kamu sangat marah kepada ayahmu? Kamu ingin menuntut dan menghukumnya karena sudah melalaikan tanggung jawab?" "Ya, memang. Orang yang melalaikan tanggung jawab harus dihukum," angguk Summer mantap. Keheranan orang-orang di sekitarnya semakin pekat. "Bagaimana kalau ternyata ... orang itu aku? Bagaimana kalau aku adalah ayahmu? Kamu tetap akan marah dan mengambil tindakan tegas semacam itu?" Suara Louis semakin tipis dan lirih. Summer mengangguk santai. "Ya. Aku akan marah dan memberimu hukuman berat," jawabnya, tid

    Last Updated : 2024-11-07
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   131. Momen Berharga Summer

    Sky tertegun menyaksikan Louis dan Summer berpelukan seperti itu. Ia sadar, penyebab utama dari permasalahan ayah dan anak itu adalah dirinya. Kalau saja dulu ia berani untuk mengungkapkan kebenaran, Louis dan Summer tidak akan terpisah begitu lama. Mereka mungkin saja sudah menjadi keluarga yang utuh sejak awal. Usai mengusap air mata di pipinya, Sky pun memeluk Summer dari belakang. "Maafkan Mama juga, Sayang. Mama telah bersikap egois dan tidak berpikir panjang. Kalau saja dulu Mama lebih bijak ...." Suara Sky tersekat. Sembari memejamkan mata lebih rapat, ia memeluk putrinya lebih erat. "Maaf Mama membuatmu tidak bahagia." Dengan gerak yang terbatas, Summer menepuk-nepuk lengan ibunya. "Tidak apa-apa, Mama. Tolong jangan bersedih. Selama ini, hidupku bahagia. Aku bersyukur punya Mama yang sangat sayang kepadaku. Sekarang, karena Paman Louis sudah bersama kita, aku akan lebih bahagia. Hidupku pasti akan terasa lebih lengkap. Tidak ada yang perlu disesali, Mama." "Jadi,

    Last Updated : 2024-11-08
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   132. Cincin Terindah

    Dada Sky kini penuh dengan bunga-bunga. Keharuan nyaris jatuh dari pelupuknya. Ia tidak pernah menduga bahwa dirinya juga akan mendapatkan lamaran romantis seperti gadis-gadis lain. Apalagi, orang yang melamarnya adalah Louis! Louis adalah laki-laki dambaannya sejak kecil. Selama ini, ia selalu bermimpi untuk bisa bersama Louis. Kemarin saja, saat Louis mengutarakan perasaan dan niat untuk menikahinya, hatinya sudah melayang ke awan. Apa lagi sekarang? Hatinya bisa sampai ke bulan! "Ya!" sahut Summer, tanpa terduga. Untung saja, Edmund kuat menopang bobotnya. Kalau tidak, kehebohan pasti sudah membuatnya terjatuh dari gendongan. Mendengar suara lucu yang penuh semangat itu, Sky pun menoleh ke arah putrinya. "Sayang, Louis sedang melamar Mama. Kenapa kamu yang menjawab?" Summer terkekeh. "Itu karena Mama sangat lambat! Apa lagi yang Mama pikirkan? Cepat jawab iya! Lutut Paman Louis bisa sakit kalau menekuk terlalu lama, dan jantungku sudah sangat berkeringat. Dadaku bisa gata

    Last Updated : 2024-11-08
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   133. Kapan Kalian Menikah?

    "Mama, bagaimana kalau ternyata itu adalah penjahat? Haruskah kita masuk ke rumah sekarang? Kita tidak memegang senjata!" bisik Summer dengan mata bulat yang memancarkan keseriusan. "Tidak, Sayang. Mereka belum tentu orang jahat," sahut Sky sembari mengelus pipi sang balita. "Kita lihat dulu siapa yang datang." "Dan kau tidak perlu takut, Manusia Mungil," sambung Louis dengan nada meyakinkan. "Kau sudah punya aku. Aku pasti melindungimu." "Tapi kamu tidak punya senjata, Paman Louis. Bagaimana caranya kamu melindungiku? Dan juga Mama! Kamu harus melindungi Mama juga, Paman. Dia adalah calon istrimu." Louis terkekeh. "Aku menguasai ilmu bela diri. Jadi, jangan khawatir. Kau dan ibumu aman. Lagi pula," ia melirik ke arah mobil yang sudah terparkir rapi di pekarangan, "kurasa, aku tahu siapa yang datang. Mereka bukan orang jahat." Mata bulat Summer memantulkan cahaya yang berbeda. "Benarkah? Siapa?" Tiba-tiba, segerombolan pria bersetelan hitam turun dari mobil. Mereka lan

    Last Updated : 2024-11-09
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   134. Persiapan Pernikahan

    Sky menghampiri Summer. Sambil tersenyum lembut, ia memberinya pengertian, "Itu terlalu cepat, Sayang. Pernikahan itu butuh persiapan. Apalagi, ayahmu adalah laki-laki nomor satu di kotanya. Dia akan sangat malu kalau pernikahannya biasa-biasa saja." "Sebetulnya ...." Louis berdeham. Dengan langkah lambat, ia bergeser ke sisi calon istrinya. "Aku sudah tidak peduli dengan penilaian orang lain terhadapku. Aku merasa bodoh karena selama ini ingin dianggap keren dan sempurna oleh orang-orang yang bahkan tidak kukenal. Aku seharusnya tidak menggantungkan kebahagiaanku kepada siapa pun. Apalagi sekarang," Louis meraih jemari Sky. "Aku sudah punya kau dan Summer. Kalianlah kebahagiaanku. Aku ingin terlihat sempurna dan keren di depan kalian saja." Bukannya terenyuh, Sky malah menaikkan alis. "Kau yakin? Bagaimana kalau orang-orang menganggapmu payah dan tidak keren lagi? Kau tahu? Itu bisa saja terjadi. Sampai detik ini pun, sebagian orang masih berpikir kalau kau bodoh karena memi

    Last Updated : 2024-11-10

Latest chapter

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   198. Pasangan yang Manis

    Merasakan Summer bergerak-gerak di sampingnya, River pun terbangun. Ia bangkit duduk, berbisik sambil mengusap mata, "Summer, ada apa? Apakah kamu mimpi buruk?" Summer menggeleng lemah. Matanya masih mencari-cari. "Tidak." "Apakah kamu takut ada ular yang masuk? Kamu masih trauma dengan pengalaman buruk buruk yang tadi kamu ceritakan kepadaku?" "Tidak, River. Bukan itu." "Apakah kamu merindukan orang tuamu?" Summer akhirnya menatap River dengan wajah lusuhnya. "Tidak juga. Aku bersama kamu dan yang lain di sini. Untuk apa aku merindukan orang tuaku yang sedang berbulan madu? Biarkan saja mereka bersenang-senang berdua." River menggaruk-garuk kepala. "Lalu apa yang membuatmu resah?" "Aku mencari kantung tidurku. Aku selalu memakainya setiap kali camping. Aku tidak bisa tidur nyenyak kalau tidak ada dia," sahut sang balita, serak. Dengan penerangan dari lampu cas yang sudah sangat redup, River pun membantu Summer mencarinya. Ternyata, kantung tidur Summer masih terlipa

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   197. Pembawa Kehangatan

    Briony tidak mampu lagi berkata-kata. Kejujuran Summer sudah seperti skakmat baginya. Melihat diamnya sang bibi, keresahan Summer kembali meradang. Ia maju sedikit, berbisik, "Tapi sekarang, aku sudah sadar kalau tindakanku itu salah, Bibi. Aku tidak seharusnya ikut campur persoalan orang dewasa. Karena itu, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Bibi mau kan memaafkan aku?" Briony mengerjap. Matanya terpaku pada wajah bulat yang mengharapkan maafnya. "Kamu janji tidak akan menjodoh-jodohkan aku dengan siapa pun lagi?" tanyanya, memastikan. Summer mengangguk. "Ya. Seperti yang Paman Brandon bilang, Bibi butuh waktu untuk memulihkan hati. Kesedihan Bibi tidak bisa langsung hilang hanya dengan memiliki pasangan. Aku sudah mengerti tentang itu." Alis Briony melengkung tinggi. "Brandon bilang begitu?" Summer mengangguk. "Karena itu, tolong jangan marah padaku lagi, Bibi. Aku sudah bertobat. Aku tidak akan mengulangi kesalahan." Briony terdiam sejenak, mencerna keadaan.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   196. Kepedulian yang Tulus

    Briony menghela napas cepat. Sebelum gadis itu kembali bertengkar dengan keponakannya, Brandon menyela, "Summer, sudah berapa jauh progres kalian?" "Sedikit lagi kami selesai, Paman!" "Ya, tersisa tiga lilitan lagi. Tapi kurasa ini akan memakan waktu lebih lama. Tali yang terulur sudah sangat panjang," imbuh River sambil terus bekerja. Keringat telah membutir di keningnya. Briony memutar bola mata. Ia benar-benar sudah tak nyaman. Ia ingin keluar dari situasi itu dengan segera. Karena itu, begitu lilitan tali terlepas, ia cepat-cepat bangkit dan melangkah pergi. Melihat sikap dingin sang bibi, Summer kembali diliputi rasa bersalah. "Oh, tidak. Bibi sungguh-sungguh marah kepadaku," gumamnya sambil mencebik. "Jangan berpikiran negatif dulu, Summer. Siapa tahu bibimu pergi karena malu," River mencoba untuk menenangkan. "Tapi Bibi tidak pernah mengabaikan aku begitu. Paman Brandon, apakah sikapku tadi sudah keterlaluan?" tanya Summer dengan mata berkaca-kaca. Saat ini,

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   195. Briony Kesal

    "Paman Brandon dan Bibi Briony kan sudah dewasa. Kalian sama-sama belum mempunyai pasangan. Bukankah tidak apa-apa kalau kalian berdua berciuman?" tanya Summer sambil menahan tawa. Meski demikian, kegelian tetap lolos dari mulutnya.Mendengar pernyataan semacam itu, Briony menghela napas tak percaya. "Summer, apakah kau lupa berapa umurmu? Kamu itu masih kecil. Belum saatnya kamu membicarakan tentang pasangan dan ciuman!""Apa masalahnya, Bibi? Bukan aku yang akan berciuman, tapi Bibi dan Paman Brandon!"Pipi Briony semakin memanas. "Kami tidak akan berciuman, Summer. Kami hanya berteman!" tegasnya, kesal.Sementara itu, Brandon melirik River. Ia merasa ulah keponakannya itu sudah melewati batas. "River, apakah ini idemu? Kau mengajari Summer hal yang tidak pantas lagi?" "Tidak, Paman. Bukan aku! Itu ide Summer!" Sambil tertawa, Summer mengaku. "Tolong jangan memarahi River, Paman. Ini memang ideku. Aku sedang bereksperimen tentang cinta. Aku ingin membuktikan apakah dua orang yang

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   194. Jebakan untuk Briony dan Brandon

    "Wow! Eksperimen kalian memang keren! Selamat, Summer, River. Kalian berhasil melakukannya dengan benar. Menyusun stik es krim agar reaksi berantainya tidak putus bukanlah hal yang mudah," puji Brandon, membuat mata para bocah berbinar-binar. "Paman benar! Susunan stiknya memang rumit dan sulit untuk dilakukan!" seru River sambil mengangguk yakin. "Untung saja kerja sama kami baik. Eksperimen terselesaikan dengan sempurna!" lanjut Summer bangga. "Omong-omong, Paman, Bibi, apakah kalian punya waktu untuk kami? Masih ada satu eksperimen yang perlu kami lakukan, tapi kami tidak bisa melakukannya berdua." Brandon dan Briony mengangkat alis. "Eksperimen apa?" tanya mereka bersamaan. Summer dan River saling lirik dan bertukar senyum. Selang beberapa saat, Brandon dan Briony telah berdiri di tengah pekarangan. Mereka menghadap satu sama lain dengan jarak sekitar 10 meter. Masing-masing dari mereka menggenggam ujung dari seutas tali. "Hei, Summer, apakah tali itu tidak kepanjanga

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   193. Kisah Cinta yang Miris

    Selama beberapa saat, Summer membiarkan River mengamati hasil eksperimennya. Setiap bocah laki-laki itu berdecak kagum, hati Summer berbunga-bunga. Ia merasa bangga pada dirinya sendiri karena telah berhasil membuat percobaan yang mengagumkan. "Wow, apakah ini kertas daur ulang?" River menyentuhkan telunjuk mungilnya pada sebuah kertas tebal dengan permukaan tak rata dan warna yang agak kusam. Summer mengangguk mantap. "Ya, itu adalah percobaan ketigaku, tapi hasilnya belum memuaskan. Aku akan mencoba untuk membuatnya lagi sampai hasilnya sebagus kertas biasa." "Apakah kalau sudah berhasil, kau mau menjualnya?" Bibir Summer mengerucut. "Entahlah, aku belum yakin tentang itu. Mungkin, aku akan menggunakannya untuk mencetak buku-bukuku terlebih dahulu. Setelah itu, baru aku akan memperluas penggunaannya. Aku berharap, dengan adanya kertas daur ulang ini, penebangan pohon bisa berkurang. Orang-orang tidak perlu menggunakan kertas baru. Kertas-kertas lama juga bisa." River men

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   192. Eksperimen Summer

    Tiba-tiba, Summer dan River melangkah mundur. Namun, setelah hitungan ketiga, mereka malah berlari maju. Mereka tanpa ragu menabrak Brandon dan Briony. Saat mereka terpental dan jatuh ke lantai, mereka malah tertawa terpingkal-pingkal. "Summer, kamu benar! Kita terpental karena gaya dorong yang kita berikan kembali kepada kita!" ujar River seraya mengatur napas. "Itulah Hukum Newton ke-3. Aksi sama dengan reaksi! Sekarang, bagaimana kalau kita beralih ke agenda selanjutnya? Ayo ke ruang eksperimen dan memulai eksperimen yang sesungguhnya!" "Ayo!" Kedua bocah itu bergegas bangkit dan berlari ke pekarangan barat. Melihat kecepatan mereka, Brandon dan Briony hanya bisa berkedip-kedip dengan mulut ternganga. "Astaga .... Apa yang salah dengan mereka? Apakah mereka mengira kita ini benda mati? Mereka bahkan tidak sempat meminta maaf sebelum pergi," desah Briony, tak habis pikir. Ia tidak sadar jika tubuhnya masih menempel pada Brandon. Sambil menghela napas, Brandon mengusi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   191. Dijodohkan

    "Sampai jumpa, Mama, Papa! Semoga perjalanan kalian lancar! Bersenang-senanglah bersama penguin di Kutub Selatan!" ujar Summer sembari melambaikan tangan dengan sekuat tenaga. Senyumnya semringah, kakinya sesekali melompat. Louis dan Sky balas melambai dari jendela mobil mereka. "Sampai jumpa nanti, Sayang. Jangan lupa pesan Mama! Jadilah anak baik. Jangan membuat masalah selama Mama dan Papa pergi, oke?" pesan Sky dengan mata berkaca-kaca. "Tenang, Mama. Aku ini anak baik. Aku tidak mungkin membuat masalah. Mama dan Papa fokus pada bulan madu saja!" angguk Summer sambil berkacak pinggang. Dari sisi Sky, Louis menunjuk sepupunya. "Briony, tolong awasi Summer dengan baik. Kami percayakan dia kepadamu," tuturnya serius. "Kurasa tidak ada yang perlu kuawasi, Louis. Putrimu adalah anak yang cerdas dan manis. Lagi pula, bukan hanya aku orang dewasa yang ada di rumah ini," celetuk Briony ringan. "Ya, ada Kakek, Nenek, Bibi Emily, Paman Cayden, Paman Russell, dan Paman Brand

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   190. Rencana Bulan Madu

    Louis meringis. Sambil mengelus kepala sang putri, ia memberi penjelasan, "Papa dan Mama tidak mau mengganggu pikiranmu. Kami berencana untuk membicarakannya setelah kamu memutuskan untuk lanjut bersekolah atau belajar mandiri." "Papa dan Mama seharusnya tidak perlu menunggu. Itu sama sekali tidak mengganggu pikiranku," geleng Summer lucu. "Jadi, kau tidak keberatan kalau ayah dan ibumu pergi berbulan madu?" selidik Brandon, penasaran. Summer mengangguk. "Tentu saja tidak. Orang yang baru menikah memang seharusnya pergi berbulan madu, seperti Paman Cayden dan Bibi Emily. Gerry dan Merry juga." "Benarkah? Kamu tidak keberatan kalau Mama dan Papa berpergian berdua, sedangkan kamu di rumah?" tanya Sky spontan. Summer mengerjap. "Oh? Aku tidak ikut?" Para orang dewasa sontak menggigit bibir menahan geli. Sementara itu, River menjawab, "Tentu saja kau tidak boleh ikut, Summer. Itu bulan madu, bukan liburan. Hanya pengantin baru yang akan berangkat. Kehadiran orang lain hanya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status