Pagi harinya, Jake memutuskan pulang ke Bogor. Namun, sebelum berangkat, Jake menyempatkan menelepon Helena. “Kau yakin, akan tetap menikahiku?” “Yakin, Nona. Aku menemui mereka, hanya ingin melihat keadaannya. Aku tidak menginap, langsung pulang lagi setelah memastikan keadaan Bapak dan Ibu.” “Ya udah gak apa-apa.” Usai menghubungi Helena, Jake langsung masuk ke dalam mobil, keluar kota. Perjalanan hampir lima jam. Itu pun jika tidak terjebak macet. Berbeda dengan Helena, yang lebih memilih mengurung diri di dalam kamar. Malas keluar kamar karena ada Cella dan Saraswati. Kedua orang itu pasti akan mencari masalah jika bertemu dengannya. Helena tak habis pikir, kenapa Samuel tiba-tiba menceritakan hubungannya pada Saraswati dan anak kandungnya? Samuel sendiri yang selalu meminta agar merahasiakan hubungan itu. Tetapi, kenapa juga ia sendiri yang membocorkan? Apakah Samuel tidak takut jika Angela akan mendepak dirinya? Tok, tok, tok. “Nona ... Nona Helena.” Helena terperanjat me
Bella terlihat ragu mendengar ajakan adik kandungnya, Helena. “Aku takut Papa marah. Aku ... Aku sudah mengecewakan Papa.” Memang tidak dapat dipungkiri Helena dan Bella bersalah. Terlalu bebas dalam bergaul. Sedari mereka masih remaja, Abimanyu sering kali mewanti-wanti agar mereka dapat menjaga diri hingga menikah. Kenyataannya, Helena dan Bella justru mengabaikan. “Jangan begitu, Kak. Kita memang salah, tetapi kesalahan itu bisa diperbaiki.” Helena berusaha menghibur kakaknya. Dia ingin Bella segera kembali ke rumah. Hidup berkecukupan. Tidak seperti sekarang. Suami Bella yang hanya bekerja sebagai tukang ojek online, hanya mampu mencukupi keseharian saja. Terkadang Bella tidak masak demi membeli susu formula untuk anaknya. Helena kerap kali mentransfer sejumlah uang untuk Bella. Namun, Rino -suami Bella- enggan menggunakannya. “Bagaimana persiapan pernikahan kamu? Jadi, nikah Minggu depan?” Sebelumnya Helena suda bercerita kalau Abimanyu menginginkan pernikahannya dengan Jake
“Mau apa kau ke sini?” tanya Bella pada lelaki yang telah mencampakkan adiknya. “Helena ada di dalam ‘kan?” Kepala Samuel melongok ke dalam. Bella menghalangi.“Tidak ada.”“Kau jangan bohong! Aku tahu, Helena ada di dalam. Biarkan aku bertemu dengannya! Ada yang ingin aku bicarakan!” Samuel berusaha masuk ke dalam rumah kontrakan Bella. Dengan sigap, Bella mendorong tubuh Samuel agar tidak masuk ke dalam. Bella tahu betul hubungan Samuel dan Helena. Dari dulu, Bella sudah melarang Helena agar tidak menjalin hubungan dengan suami orang tetapi saat itu, Helena seolah tuli. Tidak mendengarkan larangan kakak kandungnya. Sekarang ketika Helena dicampakkan, barulah dia berani menemui Kakaknya lagi.“Bukankah kau sudah mencampakkan adikku?” sorot mata Bella sangat tajam. Samuel menelan air liur. Salah tingkah.“Bu-bukan maksudku mencampaknnya. Aku hanya tidak mau ada pernikahan!”“B*jingan! Kau benar-benar lelaki iblis! Mau mencicipi, tak mau memiliki? Di mana otak dan hatimu, Bre
Tiba di halaman rumah, Jake turun dari mobil tergesa-gesa. Ingin menemui kedua orang tuanya terutama bertemu Pak Ibrahim. Jake tidak ingin jika pernikahannya dengan Helena diundur apalagi dibatalkan. Sebisa mungkin Jake akan membujuk Bapak dan Ibunya agar mengizinkan ia menikah dengan Helena.“Bu, Bapak di mana?” tanya Jake pada Ibu Sinta setelah mencium punggung tangannya. “Kau pulang, Nak?” Ibu Sinta terkejut melihat kepulangan anaknya. Dia pikir, Jake akan marah dan tidak akan mau pulang ke rumah.“Iya, Bu. Aku ingin bertemu dengan Bapak. Ingin memastikan Ibu dan Bapak,” jawab Jake duduk di sebelah wanita yang telah melahirkannya. Kedua mata Ibu Sinta berembun. Mengingat nasib anak tunggalnya. Tiap menjelang pernikahan selalu saja ada masalah yang menghalangi. Dulu, menjelang pernikahan, Mega calon istri Jake ketahuan berselingkuh. Sekarang menjelang pernikahan, Helena ketahuan cucu dari anak tiri Pak Ibrahim. Entah, pernikahan Jake dan Helena akan tetap berlangsung atau pun ga
Helena berhasil melarikan diri dari rumah kontrakan Bella. Ia berhasil tidak bertemu dengan lelaki yang menghamilinya. Napas Helena tersengal-sengal karena berlari menyusuri gang rumah kakaknya. Helena tak ingin berjumpa Samuel apalagi berbicara dengan lelaki itu. Sepanjang jalan, Helena harap-harap cemas. Kendaraan yang ditumpanginya melaju dengan kecepatan tinggi. Takut, kalau Samuel mengejarnya apalagi sekarang Helena sedang menyetir seorang diri. Tidak ada Jake di sampingnya. Helena tiba di rumah lebih cepat dari biasanya. “Helena! Helena!” Panggilan Saraswati membuat langkahnya terhenti. Enggan menanggapi namun Helena harus bisa menjaga sikap. Biar bagaimana pun, Saraswati orang yang sudah tua. Selain itu masih istri sah Tuan Abimanyu.“Aku dan Cella ingin mengajakmu ke salah satu party teman Cella. Kau mau kan ikut dengan kami?” Kali ini, ada yang berbeda. Sifat Saraswati menjadi ramah. Bibirnya pun menyunggingkan senyum. Kedua mata Helena memicing. Menaruh curiga jika
Jake belum memberitahu Tuan Abimanyu tentang keadaan Helena saat ini. Helena telah dipindahkan ke ruang rawat inap. Tetapi, wanita yang baru saja mengalami keguguran itu belum sadarkan diri. Jake juga sudah berpesan pada dokter yang menangani kondisi Helena agar jangan memberitahu siapapun jika Helena mengalami keguguran. Jake mengaku pada dokter kalau janin yang berada dalam rahim Helena adalah darah dagingnya. Secara langsung Jake mengatakan kalau Helena hamil di luar nikah. Oleh karena itu, Jake berpesan pada dokter agar tidak memberi tahu siapapun termasuk keluarga Helena.“Jake ....” Lirih, Helena memanggil calon suaminya. Jake tersentak, menggenggam telapak tangan Helena.“Nona, aku ada di sini.” Senyum Jake mengembang. Hatinya sangat bahagia karena Helena telah membuka kedua mata. Sedari tadi ia menunggu wanita itu membuka kedua mata. Jake pun bahagia karena nama pertama yang dipanggil Helena adalah Jake.“Jake, a-aku di mana? Badanku sakit ....” keluh Helena membalas gen
Mendengar kabar anak bungsunya berada di rumah sakit karena jatuh terpeleset di anak tangga, Abimanyu menyudahi pekerjaan. Dia langsung pergi menuju rumah sakit yang sudah diberitahukan Jake. Hati Abimanyu sangat cemas akan keadaan Helena. Khawatir, jika Helena mengalami luka yang serius. Mengingat sebentar lagi acara pernikahan Jake dan Helena akan dilangsungkan.Sampai di rumah sakit, Abimanyu berjalan cepat menuju ruangan VVIP. “Jake!” Panggil Abimanyu melihat Jake yang baru saja keluar dari salah satu ruangan. Jake mengulas senyum, menyambut kedatangan calon papa mertuanya.“Om?” “Bagaimana kabar Helena? Apa dia baik-baik saja? Tidak ada yang cedera?” Kecemasan tergambar jelas. Abimanyu menatap lekat Jake penuh harap. Berharap kalau anaknya tidak mengalami hal buruk.“Tidak ada, Om. Sebelah kaki Helena terkilir dan jatuh pingsan. Mungkin Helena pingsan karena terkejut, Om.” Jake memberi penjelasan yang sekiranya dapat masuk akal. “Om ingin melihatnya, Jake.”“Silakan,
“Biii ... Bi Sumi!” Ibu dan anak itu bergegas memanggil ketua Chef di istana Tuan Abimanyu. Bi Sumi yang memasak menoleh, membungkukkan setengah badan.“Iya, Nyonya? Ada apa?” Penuh hormat, Bi Sumi merunduk dalam. Tak berani ia membalas tatapan kedua majikannya. Cella dan Saraswati selalu saja bersikap semena-mena. “Jawab pertanyaan kami dengan jujur! Tadi kenapa kau mengepel hanya anak tangga yang mengarah ke kamar Helena saja? Kenapa? Apa ada noda di sana?” selidik Saraswati menatap tajam wanita yang usianya lebih dari seabad. Bi Sumi menelan air liur. Terkejut, tidak menduga kalau istri kedua Tuan Abimanyu bertanya demikian.“Kenapa kau diam saja? Cepat jawab!” gertak Cella, matanya melotot seperti mau melompat. Mereka berdua sudah tidak sabar mengetahui fakta yang akan menyebabkan pernikahan Jake dan Helena batal. Tidak hanya itu, Cella maupun Saraswati menginginkan Helena diusir seperti Bella dulu karena ketahuan hamil di luar nikah.“Sa-saya mengepel darah ....” Jawaban