“Mau apa kau ke sini?” tanya Bella pada lelaki yang telah mencampakkan adiknya. “Helena ada di dalam ‘kan?” Kepala Samuel melongok ke dalam. Bella menghalangi.“Tidak ada.”“Kau jangan bohong! Aku tahu, Helena ada di dalam. Biarkan aku bertemu dengannya! Ada yang ingin aku bicarakan!” Samuel berusaha masuk ke dalam rumah kontrakan Bella. Dengan sigap, Bella mendorong tubuh Samuel agar tidak masuk ke dalam. Bella tahu betul hubungan Samuel dan Helena. Dari dulu, Bella sudah melarang Helena agar tidak menjalin hubungan dengan suami orang tetapi saat itu, Helena seolah tuli. Tidak mendengarkan larangan kakak kandungnya. Sekarang ketika Helena dicampakkan, barulah dia berani menemui Kakaknya lagi.“Bukankah kau sudah mencampakkan adikku?” sorot mata Bella sangat tajam. Samuel menelan air liur. Salah tingkah.“Bu-bukan maksudku mencampaknnya. Aku hanya tidak mau ada pernikahan!”“B*jingan! Kau benar-benar lelaki iblis! Mau mencicipi, tak mau memiliki? Di mana otak dan hatimu, Bre
Tiba di halaman rumah, Jake turun dari mobil tergesa-gesa. Ingin menemui kedua orang tuanya terutama bertemu Pak Ibrahim. Jake tidak ingin jika pernikahannya dengan Helena diundur apalagi dibatalkan. Sebisa mungkin Jake akan membujuk Bapak dan Ibunya agar mengizinkan ia menikah dengan Helena.“Bu, Bapak di mana?” tanya Jake pada Ibu Sinta setelah mencium punggung tangannya. “Kau pulang, Nak?” Ibu Sinta terkejut melihat kepulangan anaknya. Dia pikir, Jake akan marah dan tidak akan mau pulang ke rumah.“Iya, Bu. Aku ingin bertemu dengan Bapak. Ingin memastikan Ibu dan Bapak,” jawab Jake duduk di sebelah wanita yang telah melahirkannya. Kedua mata Ibu Sinta berembun. Mengingat nasib anak tunggalnya. Tiap menjelang pernikahan selalu saja ada masalah yang menghalangi. Dulu, menjelang pernikahan, Mega calon istri Jake ketahuan berselingkuh. Sekarang menjelang pernikahan, Helena ketahuan cucu dari anak tiri Pak Ibrahim. Entah, pernikahan Jake dan Helena akan tetap berlangsung atau pun ga
Helena berhasil melarikan diri dari rumah kontrakan Bella. Ia berhasil tidak bertemu dengan lelaki yang menghamilinya. Napas Helena tersengal-sengal karena berlari menyusuri gang rumah kakaknya. Helena tak ingin berjumpa Samuel apalagi berbicara dengan lelaki itu. Sepanjang jalan, Helena harap-harap cemas. Kendaraan yang ditumpanginya melaju dengan kecepatan tinggi. Takut, kalau Samuel mengejarnya apalagi sekarang Helena sedang menyetir seorang diri. Tidak ada Jake di sampingnya. Helena tiba di rumah lebih cepat dari biasanya. “Helena! Helena!” Panggilan Saraswati membuat langkahnya terhenti. Enggan menanggapi namun Helena harus bisa menjaga sikap. Biar bagaimana pun, Saraswati orang yang sudah tua. Selain itu masih istri sah Tuan Abimanyu.“Aku dan Cella ingin mengajakmu ke salah satu party teman Cella. Kau mau kan ikut dengan kami?” Kali ini, ada yang berbeda. Sifat Saraswati menjadi ramah. Bibirnya pun menyunggingkan senyum. Kedua mata Helena memicing. Menaruh curiga jika
Jake belum memberitahu Tuan Abimanyu tentang keadaan Helena saat ini. Helena telah dipindahkan ke ruang rawat inap. Tetapi, wanita yang baru saja mengalami keguguran itu belum sadarkan diri. Jake juga sudah berpesan pada dokter yang menangani kondisi Helena agar jangan memberitahu siapapun jika Helena mengalami keguguran. Jake mengaku pada dokter kalau janin yang berada dalam rahim Helena adalah darah dagingnya. Secara langsung Jake mengatakan kalau Helena hamil di luar nikah. Oleh karena itu, Jake berpesan pada dokter agar tidak memberi tahu siapapun termasuk keluarga Helena.“Jake ....” Lirih, Helena memanggil calon suaminya. Jake tersentak, menggenggam telapak tangan Helena.“Nona, aku ada di sini.” Senyum Jake mengembang. Hatinya sangat bahagia karena Helena telah membuka kedua mata. Sedari tadi ia menunggu wanita itu membuka kedua mata. Jake pun bahagia karena nama pertama yang dipanggil Helena adalah Jake.“Jake, a-aku di mana? Badanku sakit ....” keluh Helena membalas gen
Mendengar kabar anak bungsunya berada di rumah sakit karena jatuh terpeleset di anak tangga, Abimanyu menyudahi pekerjaan. Dia langsung pergi menuju rumah sakit yang sudah diberitahukan Jake. Hati Abimanyu sangat cemas akan keadaan Helena. Khawatir, jika Helena mengalami luka yang serius. Mengingat sebentar lagi acara pernikahan Jake dan Helena akan dilangsungkan.Sampai di rumah sakit, Abimanyu berjalan cepat menuju ruangan VVIP. “Jake!” Panggil Abimanyu melihat Jake yang baru saja keluar dari salah satu ruangan. Jake mengulas senyum, menyambut kedatangan calon papa mertuanya.“Om?” “Bagaimana kabar Helena? Apa dia baik-baik saja? Tidak ada yang cedera?” Kecemasan tergambar jelas. Abimanyu menatap lekat Jake penuh harap. Berharap kalau anaknya tidak mengalami hal buruk.“Tidak ada, Om. Sebelah kaki Helena terkilir dan jatuh pingsan. Mungkin Helena pingsan karena terkejut, Om.” Jake memberi penjelasan yang sekiranya dapat masuk akal. “Om ingin melihatnya, Jake.”“Silakan,
“Biii ... Bi Sumi!” Ibu dan anak itu bergegas memanggil ketua Chef di istana Tuan Abimanyu. Bi Sumi yang memasak menoleh, membungkukkan setengah badan.“Iya, Nyonya? Ada apa?” Penuh hormat, Bi Sumi merunduk dalam. Tak berani ia membalas tatapan kedua majikannya. Cella dan Saraswati selalu saja bersikap semena-mena. “Jawab pertanyaan kami dengan jujur! Tadi kenapa kau mengepel hanya anak tangga yang mengarah ke kamar Helena saja? Kenapa? Apa ada noda di sana?” selidik Saraswati menatap tajam wanita yang usianya lebih dari seabad. Bi Sumi menelan air liur. Terkejut, tidak menduga kalau istri kedua Tuan Abimanyu bertanya demikian.“Kenapa kau diam saja? Cepat jawab!” gertak Cella, matanya melotot seperti mau melompat. Mereka berdua sudah tidak sabar mengetahui fakta yang akan menyebabkan pernikahan Jake dan Helena batal. Tidak hanya itu, Cella maupun Saraswati menginginkan Helena diusir seperti Bella dulu karena ketahuan hamil di luar nikah.“Sa-saya mengepel darah ....” Jawaban
Jam sepuluh malam, Tuan Abimanyu baru tiba di rumah. Kepulangannya tidak ada yang menyambut. Saraswati yang biasa menyambut pun, kini mulai enggan. Kecewa akan sikap Tuan Abimanyu yang belakangan sangat berubah. Lebih mementingkan Helena dari pada dirinya. Melihat Saraswati tengah duduk di atas ranjang sambil bermain handphone, Tuan Abimanyu tampak tak peduli. Bertanya saja enggan. Mereka seolah sedang perang dingin. Tuan Abimanyu sangat kecewa dengan sikap Saraswati dan Cella di belakangnya.Saraswati memerhatikan sikap suaminya yang tak peduli akan keberadaannya. Lima belas menit membersihkan diri, Tuan Abimanyu mengganti pakaian dan berbaring membelakangi Saraswati yang masih duduk bersandar di atas ranjang."Mas?”Saraswati tak tahan juga diam-diaman seperti ini.“Hm?”“Kau kenapa? Kenapa kau dingin padaku?” Pertanyaan Saraswati membuat Tuan Abimanyu membuka mata yang baru saja terpejam. Ia lantas beringsut, duduk bersandar, pandangan lurus ke depan.“Aku tidak apa-apa.”
Sungguh, Saraswati tidak menduga kalau anak kandungnya sendiri menyakiti hatinya.“Kenapa kau bicara seperti itu, Cella? Kenapa?”“Karena aku sudah tidak peduli! Aku capek dan muak! Aku ingin hidup tenang!” Sorot mata Cella menghujam hati Saraswati. Wanita itu sangat bersedih dan terluka mendengar ucapan anak kandungnya. Selama ini, Cella selalu mendukung segala rencana dan keputusannya. Tetapi, sejak bertemu dengan Toni, Saraswati merasa sikap anaknya mulai berubah. Sudah tidak terlalu terobsesi akan harta kekayaan Abimanyu. Cella pergi begitu saja. Tidak ingin menunggu tanggapan dari Mamanya. Sebulir air mata Saraswati membasahi pipi kiri. Sekarang ia merasa sendirian. Abimanyu dan Cella telah menjauhinya. Saraswati menyeka kasar air mata. Dia tidak ingin kalau orang lain melihat kesedihannya. Saraswati menarik napas kasar, mengembuskannya perlahan. Ia harus fokus, tidak boleh bersedih. Harus bisa menjalankan rencananya meski tanpa Cella. *** “Jake, kapan aku dibolehkan pula