Jam dinding sudah menunjukkan tengah malam, tapi baik Brian atau pun Athena, masih saja terjaga. Rasa kantuk seolah lenyap tak ingin menghampiri mereka berdua.
“Sudah minum susu hamilmu?” tanya Brian memecah keheningan di antara mereka.
“Belum, tuan. Udah malem soalnya, saya gak enak kalo harus ganggu tidur semua orang.”
“Oh,” sahut BRian singkat.
Kemudian, tanpa kata Brian pun beringsut turun dari tempat tidur dan melenggang pergi begitu saja keluar kamar, meninggalkan Athena yang kebingungan di tempat tidurnya ketika keheningan justru melingkupi dirinya seorang diri.
Tapi, tak lama kemudian, pintu kamar itu pun kembali terbuka lebar, menampilkan Brian yang membawa segelas susu di tangannya. Ekspresi wajahnya masih terlihat datar, baik saat mengunci kembali pintu kamar ataupun saat ia mengulurkan segelas susu itu pada Athena.
“Minum susunya, mumpung masih hangat,” katanya dingin.
Saat i
“Kamu percaya sama omongan anak kamu itu, sayang?” tanya Sandra yang masih tidak menerima alasan yang baginya tetap tidak logis.Tentu saja, Sandra tidak terima kalau harus kalah semudah ini. Padahal ia sudah berharap Adnan akan murka dan membatalkan Brian sebagai hak waris, tapi diluar ekspektasi Sandra, dengan sangat menyebalkan Adnan justru menerima alasan tak masuk akal dari Brian tanpa syarat."Dia anakku, sayang. Mana mungkin aku gak percaya sama dia," jawab Adnan ringan, seraya menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang dan perlahan memakai kacamata untuk membaca semua laporan pekerjaan kantor di tabletnya."Tapi dia bahkan benci sama kamu seumur hidupnya, mana mungkin nantinya dia gak berkhianat.""Dia gak benci, dia cuma sangat kecewa karena aku tiba-tiba membawa kamu sama Fani ke rumah ini. Dia marah karena aku mengkhianati Jihan dan membuat mamanya itu meninggal dalam keadaan depresi," ujarnya ringan. Sedangkan Sandra kian geram.Tak ada pembicaraan lagi setelahnya, Sand
Karena kepergian mereka yang mendadak ke rumah Adnan, pada akhirnya Brian pun meminta Ismail untuk melakukan agenda baru untuk bertemu dan berkonsultasi dengan seorang dokter kandungan.Sementara menunggu antrian, Athena pergi ke kamar mandi karena rasa mual yang terus menderanya. Sedangkan Brian duduk di kursi tunggu bersama Ismail yang terlihat sangat canggung saat berada di dekat Brian. Padahal, Brian terlihat santai-santai saja.“A-Anu... tuan Brian, saya mau minta maaf,” ujar Ismail memecah keheningan di antara mereka. “Saya terpaksa jadi mata-mata tuan Brian atas suruhan Nyonya Sandr. Sumpah, dari awal saya gak bener-bener punya niatan buat jadi penghianat."Brian menolehkan kepalanya menatap ke arah Ismail, lalu menghela napas berat."Aku tahu," ucapnya datar. "Hanya penghianat amatir yang gak melaporkan semua rahasia tuanya pada musuh, dan kau gak membongkar rahasia kalau Athena sedang mengandung anak pria lain. Kau bisa tetap bekerj
“Abahnya Athena meninggal, kamu udah tahu, mas?” tanya Ayu, sementara dirinya menyisir rambut di depan meja rias.Jelas Ayu hidup bahagia dengan Bima. Ekonomi bima sekarang jauh lebih baik, karena sekarang ia punya dua rumah bagus, punya usaha katering dengan ibunya, juga semua isi rumah yang komplit.“Tahu. Tetangga pada cerita, tapi gak ada yang dateng melayad katanya males,” jawab Bima setikit terkekeh geli, seolah kabar itu adalah lelucon yang lucu.“Kamu gak takut? Abahnya Athena kan meninggal setelah dipukulin kamu, mas. Waktu itu, kan, kamu juga sempet disiksa pak mandor.”Bima mengangkat bahunya ringan. “Ngapain takut. Bapaknya si Athena udah mati, sayang... orang mati gak akan ngomong.”Bima terbahak-bahak, sementara Ayu diam menatap bingung ke arahnya.“Tapi, pak Mandor gak mungkin tinggal diam, Mas. Apalagi itu soal pak Abimanyu... mertuanya tuan Brian,” tandas Ayu dengan kekhawatiran besar yang tercipta di wajahnya.
Satu bulan kemudian….“Kamu gak apa-apa di rumah sendirian?” tanya Brian saat Athena selesai memakaikan jas kepadanya.Hari ini adalah hari yang dijanjikan oleh Adnan, dimana Brian akan diajak untuk rapat dengan dewan direksi untuk mengumumkan bahwa kedepannya Brian lah yang akan memimpin perusahaan.“Gak apa-apa kok, aku bisa nungguin, Mas, di kamar aja.”Brian menghela napas berat, lalu memgak kedua bahu Athena.“Kalo ada apa-apa, langsung hubungi nomor aku, oke? Kamu udah bisa kan pake hp android?” tanya Brian khawatir. “Bukannya aku lebay atau pun ragu kamu bisa jaga diri kamu sendiri, tapi di rumah ini cuma ada Sandra dan Fani, mereka selalu punya banyak ide buat ngusik aku. Apa lagi Ismail lagi pulang ke desa dulu karena urusan penting soal perkebunan,” tambahnya.“Iya, Mas. Kamu tenang aja, aku bakal jaga diri aku baik-baik.” Athena menebar senyum manisnya pada Brian, mencoba meyakinkan suaminya itu kalau dirinya bena
Sore harinya, Brian baru pulang ke rumah setelah agenda rapatnya di perusahaan bersama dengan Adnan. Raut wajahnya terlihat sangat lelah ketika masuk ke dalam kamar dan mengulurkan sebuah plastik putih pada Athena.“Buat kamu,” kata Brian datar.Kemudian, ia melepaskan dasinya dan membuka setelan jasnya dan melemparnya ke dalam keranjang cucian. Brian tak malu sama sekali saat kini ia bertelanjang dada setelah melepas pakaian di depan Athena.“Ini apa?” tanya Athena meneliti bingkisan itu tanpa berani mencoba membukanya.“Buka aja, itu martabak manis. Kemarin kamu nonton acara kuliner di TV sampe kayak mau nelen TV-nya,” kata Brian dengan nada suaranya yang terdengar datar. Wajahnya pun tetap tanpa ekspresi, seolah ia memang tidak peduli pada Athena.Namun, justru sikap Brian terlihat sebaliknya. Kemarin setelah nonton TV, Athena memang ingin sekali makan martabak, tapi tidak berani memintanya pada Brian. Ia terl
“Kedepannya aku bakal sibuk di kantor, dan kita bakalan terus tinggal di rumah ini sampe keadaannya terkendali,” ujar Brian memecah kecanggungan di antara mereka.“Iya, saya gak masalah.” Athena menyahut tenang.Kemudian, keduanya pun kembali terjebak dalam kecanggungan setelah pembicaraan itu. Lidah Brian seolah kelu, sementara Athena kebingungan harus membicarakan apa, yang pada akhirnya mereka pun memilih untuk saling diam.Baik Athena atau pun Brian, keduanya lagi-lagi tidak bisa tidur. Mata mereka masih segar, sekalipun waktu sudah menunjukan pukul 02.00 dini hari. Athena perlahan memejamkan matanya untuk berusaha tidur, sementara Brian terus-menerus bergerak gelisah di sampingnya.Ah, sepertinya Athena tidak akan bisa tidur jika Brian terus bergerak seperti itu.“Boleh saya nyalain TV?” tanya Athena meminta izin.Brian mengangguk. “Tinggal nyalakan aja. Remote-nya ada di kamu, kan?&rdqu
“Apa bisa sedikit dipercepat presentasinya? Cukup langsung ke intinya saja, jangan berputar-putar. Waktuku jadi terbuang sia-sia, padahal aku harus pulang lebih cepat karena istriku sudah menunggu di rumah.” Brian mengecek arlojinya dengan kesal, tak memperdulikan semua pasang mata yang menatap ke arahnya dengan takjub.“Wah, pak Brian sepertinya sangat mencintai istrnya, bikin iri saja.” Suara dari seorang wanita muda yang menjabat sebagai salah satu pimpinan direksi.Namun, Brian tidak menggubrisnya. Ia tetap pada keputusannya untuk meminta rapat itu dipercepat.“Lima belas menit, selesaikan rapatnya dalam jangka waktu segitu. Kalau lebih, aku akn pergi meninggalkan rapat ini,” tegasnya tanpa bisa lagi diganggu gugat.Pada akhirnya, rapat itu pun benar-benar selesai dalam kurun waktu lima belas menit pas, tanpa kurang atau pun lebih. Kemudian, Brian pun benar-benar pergi meninggalkan ruang rapat tanpa sibuk berbasa-basi dulu dengan pimpinan yang lainnya.Ia buru-buru masuk ke dalam
Hidup itu seperti apel yang jatuh dari pohonnya ketika matang.Kita tidak tahu kapan kita lahir, dan kita tidak bisa memilih kehidupan seperti apa yang ingin kita jalani nanti. Tuhan hanya memberikan kita nyawa untuk hidup menjalani setiap skenario buatannya, lalu pergi dan mati, ketika waktu kita sudah benar-benar habis.***"Apa di kantor tuan– eh, Mas Brian kesulitan beradaptasi di kantor?" tanya Athena sedikit gelagapan setelah mengoreksi kalimatnya.Ia sempat hampir salah bicara karena lupa kalau di dalam mobil ini ia tidak hanya berdua saja dengan Brian, tapi juga bersama dengan sopir pribadi ayah mertuanya."Sedikit, tapi untungnya aku bisa beradaptasi," jawab Brian lalu dengan sengaja mengusap lembut pipi Athena.Kali ini ia melakukannya dengan kesadaran penuh, karena ingin menunjukan pada sopir pribadi ayahnya itu, bahwa hubungan pernikahannya dengan Athena benar-benar harmonis.Ibaratnya, mata dan mulut itu adalah penyebar berita paling cepat. Jadi, Brian meminjam mata dan