Happy Reading
"Baiklah Aku akan melakukannya jika itu maumu." lalu Marco pun ke luar dari kamar Abella dengan perasaan marah.Laki-laki itu lantas kembali masuk ke dalam kamar yang dimana Kara baru saja bangun, gadis itu mengucek matanya seraya melihat ke arah Marco."Kenapa Kamu masuk ke sini? Kamu nggak salah kamar?" tanya Kara menimbulkan kerutan di kening Marco."Kamu nggak ingat semalam?" tanya Marco menaikan sebelah alisnya Kara pun langsung menggeleng."Ingat apa?" ujar gadis itu lagi masih mengumpulkan nyawa."Tidak ada," balas laki-laki itu kemudian kembali ingin keluar."Siap-siaplah Kita sarapan." Marco langsung berlalu pergi. Bisa-bisanya Kara tidak ingin jika semalam Ia tidur bersama dengan dirinya bahkan gadis itu juga telah memeluk Marco saking eratnya Marco sampai tidak bisa bernapas.Kara tidak mengikuti kalimat Marco barusan Ia justru kembali menggulingkan tubuhnya di kasur, bermain media sosial seraya membalas pesan teman-temannya. Mereka mempertanyakan kemana Kara selama dua hari ini tidak masuk kelas biasanya Kara tidak pernah absen kecuali sakit."Panggilkan Nyonya Abella!" perintah Marco pada seorang bodyguardnya.Tidak lama setelah laki-laki itu kembali turun namun, tidak dengan Abella."Nyonya Abella tidak ingin turun Tuan, jika sudah mau berangkat baru Ia turun." Marco pun hanya diam saja Ia kembali membahas pekerjaan dengan asisten pribadinya."Jadwal Saya besok apa?" tanya Marco laki-laki di depannya ini langsung mengecek jadwal."Semua jadwal sudah dikosongkan Tuan.""Siapa yang memerintahkannya?""Nyonya Abella Tuan, Anda akan segera honeymoon." Marco menggerakkan kepalanya yang terasa sangat kaku.Sepertinya Abella sangat menginginkan Ia secepatnya memiliki anak, jika begitu Marco akan mengikuti permainan wanita ini. Marco langsung berdiri dan menuju lantai atas, ketika membuka pintu yang dilihatnya bukan Kara yang sudah bersiap tapi, justru gadis kecil yang masih berbaring di atas kasur sambil setengah pahanya terangkat."Kau mau mandi sendiri atau Saya yang memandikan," bisik Marco seketika mengagetkan Kara.Jarak Marco dari dirinya sangatlah dekat membuat gadis itu langsung berguling menjauh tapi, bukannya lolos Ia justru hampir terjatuh."Arghh...," pekiknya yang langsung tubuhnya di tahan oleh Marco.Beberapa menit mereka diam hingga akhirnya Marco membantu Kara berdiri."Yaudah deh Aku mandi sendiri aja." kadang gadis ini berbicara yang aneh membuat Marco hanya bisa menggeleng. Kara keluar dari kamar bersama dengan Marco sambil tertawa yang hal itu dapat dilihat oleh Abella."Pagi Kak Bella...," sapa Kara dengan ramah."Pagi Kara...." mereka bertiga lantas turun menuju lobby karena Kara belum sarapan mereka pun akhirnya menemani gadis itu terlebih dahulu barulah berangkat menuju airport.****Sesampainya di Jakarta Abella sengaja naik mobil tersendiri sedangkan Marco sudah berjalan duluan melewati keduanya. Kara dibantu oleh seorang bodyguard langsung masuk ke dalam mobil yang sama dengan laki-laki ini.Seperti biasa tidak ada percakapan antara keduanya, Marco sibuk dengan pekerjaan dan Kara memainkan ponselnya bertukar pesan pada teman-temannya lalu membuka media sosial.Hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit mereka pun sampai di sebuah pekarangan rumah yang besar, dapat Kara lihat rumah itu memiliki tiga lantai dengan gaya arsitektur modern. Para maid menyambut mereka, awalnya Kara sempat terkejut sebelum turun tapi, Ia mengubah wajahnya seperti biasa."Selamat datang Nyonya dan Tuan," sapa para maid sedikit menunduk ketika Kara ingin membalasnya Marco pun menahan gadis itu."Silahkan masuk Kara," ujar Abella yang berlalu duluan benar saja di dalamnya rumah ini sangatlah mewah dan Kara tidak akan menyangka akan tinggal di rumah seperti ini.Marco, Kara dan Abella memasuki lift yang sama untuk menuju lantai tiga. Marco menunjukkan dimana letak kamar Kara bertepatan dengan kamar utama di dalam satu lantai. Gadis itupun mengangguk."Kara Kamu bisa melakukan apapun di sini." Abella memberikan senyum pada gadis ini."Asisten pribadi Kamu akan disiapkan," kata Marco menambahkan.Kara merasa itu tidak perlu tapi, bukan mereka jika ingin dibantah.Malam hari pun tiba Marco masuk ke dalam kamar Kara sedangkan gadis itu duduk di meja rias nya.Kara diam saja sampai Ia melontarkan kalimat."Aku tidak ingin tinggal satu rumah dengan Kalian." mendengar itu Marco pun memperhatikan Kara."Jika Kamu tidak ingin tinggal di sini, secepatnya Kamu harus mengandung." Marco berdiri di depan Kara, tatapan keduanya bertemu tapi bukan tatapan penuh cinta melainkan amarah. Tidak dipungkiri jika Kara menahan ini semua setelah mencoba ikhlas tapi, Ia justru semakin kesal ketika mereka benar-benar menempatkan diantara mereka berdua bahkan letak kamar sekalipun."Itu 'kan yang Kamu mau dari awal?" cibir Kara mendengus."Lakukan secepatnya," lanjut Kara selangkah lebih maju meskipun sedari tadi jantungnya memompa lebih cepat."Kata orang malam pertama itu sakit Kara." gadis itu terus mendoktrin kalimat tersebut di alam bawah sadarnya tanpa menyadari jika Marco sudah memeluk pinggangnya dan perlahan bibir Marco menempel di bibir Kara.Gadis itu ingin menolak dengan mendorong tubuh Marco darinya tapi, kekuatan laki-laki itu tidak bisa Kara remehkan. Gadis itu tidak ingin membuka mulutnya sampai Marco memasukkan tangannya ke dalam celana Kara. Gadis itu terkesiap hingga mulutnya terbuka detik itu juga Marco tidak membiarkan Kara lolos.Ntah sejak kapan pakaian Kara sudah terlepas dari tubuh gadis itu dan kini Ia sudah sangat polos, Marco memposisikan diri di atas Kara yang sekarang menutup matanya tidak berani membuka sedikitpun sampai gadis itu dipaksa Marco."Buka matamu dan nikmati permainan ini!" perintah Marco meningkatkan hasrat gadis itu dengan foreplay lebih lama. Mengelus dengan lembut, awalnya Kara merasa merinding dan ingin berlari pergi namun, lama kelamaan tentu gadis ini menikmatinya."Ahhh... Eghh...ahhh..." suara lenguhan Kara terdengar sangat mengalunkan membuat Marco semakin menghentak gadis ini.Cairan kemarahan sudah memenuhi sepray putih yang menjadi saksi bahwa Kara masih perawan sebelum dimasuki oleh Marco, Marco mengangkat sebelah kaki Kara dan memainkan klitoris Kara. Hingga gadis itu melenguh panjang.Di balik pintu Abella dapat melihat suaminya meniduri perempuan lain selain dari padanya, sesak dan menyakitkan. Sedangkan Marco memang sengaja membiarkan kamar itu terbuka agar Abella mendengar dan melihat sendiri. Lantai tiga memang hanya di huni oleh mereka bertiga dan tidak ada siapapun."Ahh...please...ahhh Marco...," erang Kara meminta Marco berhenti memainkannya dan segera memasukkan kembali junior laki-laki itu. Tentu melihatnya Marco sangat senang tapi, ketika melakukan ini Ia justru sedang membayangkan Abella.Permainannya sangat lembut nyaris Kara tidak merasakan sakit berlebihan, karena Marco sangat pelan sampai mereka melakukannya beberapa ronde."Kau sangat nikmat my wife," bisik Marco tanpa sadar mengatakan demikian dan langsung ambruk di samping Kara.******Thanks guysHappy ReadingKara meringis saat menuruni tangga, ini sudah hari kedua setelah malam itu tapi Ia masih merasakan nyeri di pangkal pahanya. Jangan tanyakan kemana Marco setelah menidurinya, laki-laki itu bahkan tidak pulang sedari kemarin dan Kara tidak tahu ke mana. "Nyonya kenapa tidak lewat lift saja?" tanya seorang pelayan menghampiri Kara lalu membantu gadis itu untuk turun. "Aku ingin melihat-lihat lantai dua," balas Kara sedikit tersenyum Ia mengenakan dress satin yang hanya sebatas lutut. "Nyonya membutuhkan sesuatu?" tanya pelayan itu lagi saat mereka sudah berada di lantai satu menuju ke dapur. "Aku mau jus naga," kata Kara lalu menuju ke belakang dimana taman dan kolam renang menyambut kedatangannya. Rumah ini benar-benar luas jika dibandingkan dengan rumahnya mungkin hanya sepertiga padahal rumah Kara sudah cukup besar pula. Saat gadis itu tengah menikmati datangnya siang, seseorang menghampirinya. "Kara...," sapa Abella melihat wanita itu Kara pun tersenyum. "Kak Ab
Pov KaraHari ini Aku merasa benar-benar sedih, ntah tidak tau mengapa alasan yang jelasnya. Moodku berantakan, Aku tidak memiliki gairah untuk belajar sampai ketika seseorang duduk di sebelahku dan itu menambah kekesalan. "Kamu mahasiswa pindahan itu 'kan?" katanya dengan wajah setengah tersenyum. "Iya...," balasku singkat tidak memiliki tenaga. "Kenapa pindah? Kamu nakal ya," tuduhannya menambah bete. Aku enggan berbicara bahkan hanya untuk menganggapi laki-laki itu, sudah cukup om-om dingin dan menyebalkan yang ada di rumah. Aku hanya ingin ketenangan baru saja mengharapkan itu Aku dihadapkan lagi dengan dosen killer yang bertanya. "Yang di belakang silahkan berikan pendapat Anda!" katanya menunjuk ke arahku. Aku kemudian berdiri dan siap membuka mulut tapi, dosen tersebut kembali berujar. "Kamu!" perintahnya menunjuk laki-laki yang tersenyum singkat padaku saat Aku ingin kembali duduk dengan kesal. "Kamu pulang sama siapa? mau Aku antarin?" tanyanya sedikit berlari sehingg
Happy readingAuthor PovKara dan Marco mengobrol di dalam pesawat seraya saling bertukar cerita walaupun tanggapan Marco sangatlah singkat. Wanita muda itu menggunakan jeans denim dipadukan dengan kaos putih tidak lupa blazer yang senada dengan warna jeansnya begitu pula dengan pakaian Marco. Tumben sekali mereka berpakaian dengan warna yang senada. "Coba lihat deh Om, ini tugas Gue udah kemaren terus si dosen ini ngomong belum padahal jelas-jelas udah Gue kirim," kekeuh Kara tidak terima dengan kalimat dosen yang berbicara di room chat kelas. "Sudah Kamu periksa?" tanya Marco ulang seraya meletakkan ponsel Kara di tengah tengah meja. "Apanya?" tanya Kara dengan polos. "E-mail Kamu," ujar Marco lantas membuka email Kara dan belum ada kotak terkirim tugas Kara. "Kok nggak ada ya," keluh Kara sambil memanyunkan bibir saat Marco memperlihatkan e-mail tersebut laki-laki itu kemudian mengecek kembali ponselnya dan yah barulah setelah itu tugas Kara terkirim. Memang kalau banyak yang
Happy ReadingSementara Marco dan Kara pergi bersama, Abella menyendiri di rumah. Wanita dewasa itu duduk di depan jendela besar yang menghadap pada pemandangan di luar seraya mendekat tubuhnya yang sebagian Ia biarkan terbuka. Ini adalah pilihan yang dia ambil dan tentu Abella tidak boleh menyesal. Sekali lagi Ia harus ikhlas. Abella termenung sedangkan dua orang yang baru saja keluar dari pintu lift itu langsung disambut oleh pelayan. Kara berjalan bersebelahan dengan Marco menuju ke lantai dua penthouse ini. Di sana sudah ada empat orang yang duduk di sofa melingkar. Mereka tersenyum tapi, tidak dengan ramah. "Kenalin Dad...Mom ini Kara," ujar Marco Kara pun tersenyum seraya meremas tangannya yang terasa dingin seketika. "Selamat datang Kara," sapa seorang laki-laki yang usianya berkisar di delapan puluh tahunan. "Terima kasih," balas Kara lalu seorang wanita parubaya yang masih terlihat sangat cantik itu berdiri menghampiri Kara. Kara pikir Ia akan disambut dengan sangat hang
Happy ReadingDua hari ini Marco dan Kara hanya berada di hotel tidak keluar sama sekali bahkan untuk makan saja mereka meminta pelayan langsung mengantarkan ke kamar. Sekarang Kara sedang membaca buku dengan posisi tengkurap yang menghadap ke kaca lebar yang menunjukkan kota Las Vegas. Sementara Marco sibuk dengan tabletnya membaca beberapa artikel dan berita terkini. Mereka semalaman menghabiskan waktu bersama sampai paha Kara saat ini masih terasa nyeri. Kekuatan dari Marco benar-benar sangat luar biasa untuk pemula seperti Kara, tapi pelan-pelan wanita ini juga belajar. Marco bangkit dari duduknya menuju meja bar yang tidak jauh dari pintu hotel. Memanaskan teko lalu menyeduh bubuk putih yang baru Ia keluarkan dari kotak berbentuk persegi panjang. Setelah itu Marco menghampiri Kara membawa gelas tersebut. "Sudah waktunya...," ujar Marco menyodorkan gelas itu pada Kara. Wanita itupun langsung tersebut dan bergerak untuk duduk bersimpuh menerima gelas susu yang diberikan Marco.
Happy Reading"Om dingin kenapa?" "Temani Kara berjalan-jalan!" perintah Marco pada kedua bodyguardnya wanita muda itupun semakin mengerutkan kening seraya masih menatap Marco yang berwajah dingin di depannya sambil menatap layar ponsel tak sama sekali ingin menatap wajahnya. "Nggak mau...Kara mau sama Om," kesal wanita itu seraya melipat tangannya di depan dada. Lama gadis itu berdiam di depan Marco yang sibuk pada tabletnya sampai laki-laki itu menghela napas dan memberikan barang tersebut pada asistennya. "Kara... Saya ada pekerjaan mendadak," ujar Marco pada akhirnya seraya memegang pundak Kara dan sedikit menunduk untuk menyetarakan wajah mereka. Kara merengut tapi Ia tetap saja mengangguk. Resiko jika memiliki pasangan sekaligus teman seorang Ceo kapan pun Marco akan disibukkan oleh pekerjaan. Belum lagi Kara harus ingat bahwa Marco juga bukan milik dirinya, ada Abella yang tentu saja membutuhkan waktu Marco. "Temani Kara dan pastikan Dia aman!" perintah Marco lagi-lagi ke
Happy ReadingBingung sekaligus tidak mengerti dengan apa yang terjadi, ketika sampai di depan pintu kamar Abella Kara menutup mulut terkejut. Tubuh gadis itu mendadak lemas dan hampir pingsan untung Lala sigap menahannya. Marco membawa Abella ke rumah sakit, sedangkan Kara duduk di pinggir kasur di temani Lala yang sedari tadi memegang gelas minum. Sampai malam pun Kara menunggu kepulangan Marco yang tidak pulang, waktu berjalan gelap menjadi fajar hingga wanita itupun tertidur sendiri seraya meringkuk di atas kasur tanpa selimut. Ketika pagi itu Marco menarik selimut dan menutupi tubuh Kara, saat Ia ingin pergi wanita itupun terbangun dan memegang tangannya. "Mau ke mana?" tanya Kara lalu menundukkan tubuhnya di atas kasur. Wanita itu lantas diam, tatapannya kosong dan sangat bingung. Kara tidak tau sama sekali tentang penyakit Abella, melihat itu kemarin tentu membuatnya merasa dibohongi selama ini. "Maaf Kara," kata Marco dengan suara pelan. "Huh...Kak Abella sakit apa sebe
Happy ReadingHampir satu minggu rumah yang besar itu tampak sangat hening, biasanya rumah ini akan dipenuhi keramaian oleh Kara yang ada saja ulahnya tapi, wanita itu mendadak menjadi pendiam. Ia hanya berangkat ke kampus lalu kembali ke dalam kamar sedangkan Marco bolak-balik sibuk ke rumah sakit mengurusi Abella yang masih terbaring lemah. Kara diam saja bahkan sama sekali tidak mau mengganggu, dirinya masih kecewa sampai hari ini. Tidak semua keadaan orang lain bisa kita terima, disaat kita sudah memberikan seluruh kepercayaan kita tapi, justru kepercayaan itu tidak dijaga Kita akan merasa sangat sakit. Kara tau Ia hanya menjadi pelampiasan di sini, selingan, pilihan kedua, atau apalah yang namanya tapi, Ia berharap Marco maupun Abella bisa menghargai dirinya terlepas dari dirinya yang masih muda. Wanita itu membaringkan tubuhnya di atas kasur, energinya sudah habis terpakai seharian ini. Untuk anak introvert kegiatan bersama banyak orang sangatlah memuakkan. Persetan dari komu
Happy ReadingBabymoon yang diidamkan semua wanita tanpa terkecuali Kara walaupun Ia tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi seorang Ibu dalam usia yang cukup muda. Kara tidak pernah berpikir akan menikah muda. Sepuluh tahun yang lalu ketika Ia mengobrol pada orang tuanya di ruang tamu Ia mengatakan bahwa Ia ingin menikah setelah menjadi ceo di perusahaan milik orang tuanya. "Mami...Aku nggak mau nikah muda," celoteh Kara kecil sambil melihat televisi yang menampilkan seorang perempuan bussiness independent dengan setelan blazer dan tas ala perempuan dewasa yang sangat sibuk. "Kamu mau jadi seperti Dia?" tanya Ayah Kara seraya merangkul putrinya yang sedang memeluk sang Ibu. Mereka bertiga duduk di sofa ruang keluarga, sangat hangat dan damai. "Tentu saja Papi, siapa sih yang nggak mau kayak putri Isabella," balas Kara yang saat itu sangat mengidolakan seorang wanita yang juga sangat lincah. "Kalau begitu belajar yang rajin Papi akan menyiapkannya untuk Kamu." "Siap Papi
Happy Reading"Aku pengennya naik pesawat yang biasa," rengek Kara saat sudah menaiki pesawat pribadi yang akan mengantarkan mereka ke London.Setelah mengetahui bahwa isi pesawat ini hanya mereka berdua dan dua asisten lainnya Kara merasa sangat sepi dan Dia ingin keramaian. Bukannya lebih nyaman dan leluasa jika hanya ada mereka pikir Marco Ia tidak mengerti dengan keinginan Ibu hamil itu. "Kara...yang ini lebih nyaman," jelas Marco wajah Kara lantas mendadak merengut Ia pun mengajak wanita itu berjalan ke belakang menuju ke sebuah ruangan yang ternyata adalah kamar. "Tapi sepi," keluh wanita itu kalau sudah begini sudahlah Marco membujuknya. "Tidak...Kamu bisa menonton film." Marco lalu menghidupkan netflix mencarikan film disney yang disukai oleh Kara. "Nggak...Aku nggak suka." lama Kara merengut dan tidak ingin berbunyi pada Marco sampai dua puluh menit berlalu seseorang pun mengetuk pintu Marco pun bangkit dan membukanya. Laki-laki itu lalu membuka sesuatu yang ada di tanga
Happy ReadingMarco mengantar pulang Kara keesokan paginya, setelah mengecup bibir Kara sekilas Marco membiarkan wanita itu masuk yang ditemani oleh Lala. Ia tidak lagi turun karena harus langsung pulang. Wajah Kara tampak lemas karena semalaman itu hanya tidur sebentar, sementara di lain tempat Abella dengan wajah masam menyambut pagi hari ini. Matahari yang sudah naik tidak membuatnya beralih dari tempat duduk, kulitnya menyala oleh sinar matahari pagi ini. Wanita itu mengenakan dress satin tanpa lengan dengan belahan yang sangat turun. Marco turun dari mobilnya lalu langsung masuk ke dalam tidak perlu sampai ke parkiran karena ada anak buahnya yang akan melakukan hal tersebut. Marco naik melalui lift langsung masuk ke kamar Abella. Ia pun mengecup kening wanita itu. "Dari mana saja Kamu," sambut Abella dengan pertanyaan, seolah Marco habis pulang dari tidur dengan selingkuhan. "Dari kantor sayang," balas Marco tidak ingin jujur jika Ia semalaman bersama dengan Kara. Melihat ked
Happy Reading"Maafkan keluargaku Om," ujar Kara seraya menundukkan kepala dengan meletakkan kedua tangannya di depan Ia sangat merasa bersalah dengan masalah ini. Delapan jam yang lalu Marco langsung menerbangkan helikopter ke tempat Kara tinggal dahulu yaitu rumah pamannya, Marco turun dengan setelan kemeja hitam dan tuxedo yang warnanya senada. Laki-laki itu berjalan dengan keenam bodyguardnya masing-masing memiliki tugas. Ada yang membawakan koper hitam, membawakan tas hingga membawa sebuah senjata. Wajah Marco tampak kaku dengan rahang mengeras laki-laki itu berjalan dengan langkah kaki yang tegap tidak seperti biasanya Ia jauh lebih sangar. Paman Kara yang hampir duduk di sofa ruang tamu mendadak panik sekaligus takut, Ia tidak menyangka Marco akan langsung ke sini setelah mendengar apa yang Ia lakukan. "Selamat siang Tuan Marco, Saya tidak tau jika Tuan akan ke sini padahal Kami bisa menyiapkan diri dulu," sapa Paman Kara dengan wajah yang dipaksakan untuk tersenyum. "Tid
Happy Reading"Tugas Kamu itu hanya melayani Saya!" Marco membelai pundak Kara wanita itu hanya bisa menggeliat menahan geli yang sedari tadi menghinggapinya. Marco seringkali mampir ke sini hanya untuk bercinta pada istri keduanya sementara Abella kembali sibuk dengan pekerjaan dan juga bisnis yang baru di bukanya. Lagi pula Abella tidak bisa lagi memberikan hasrat kepada Marco sebab Ia tidak tertarik. Semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Abella. Wanita itu juga menjalani perawatan jalan yang seminggu sekali harus chek up. Kara mencoba untuk tetap berdiri dengan tenang agar tidak tumbang sedangkan Marco terus-menerus melakukan foreplay. Kehamilan Kara memasuki usia delapan bulan di mana sudah sangat besar dan turun. Teman-teman Kara masih tidak ada yang tau kecuali Bagas, yang sekarang harus duduk di meja hijau mendapatkan interogasi dari kedua temannya yang lain. "Lo sembunyikan di mana Kara?" tuding Della di siang hari bolong ini belum lagi menghadapi cuaca panas kini Ba
Happy ReadingLagi-lagi Kara hanya bisa menggeleng dengan kelakuan Abella yang senantiasa sangat menyebalkan. Wanita itu sekarang kembali ke villa dan marah-marah tidak jelas. "Sekarang Kamu juga mau mengambil Marco dari Saya," ujarnya seraya menunjuk-nunjuk wajah Kara wanita hamil itu hanya memakan es cream sambil duduk dengan tenang tidak ingin terbawak emosi walaupun ingin sekali Ia mencabik-cabik wajah wanita itu. "Tenang Kara tenang. Dia pasti lagi meninggalkan ulah." Kara mengelus dadanya sedangkan Lala berdiri di samping wanita hamil ini takut sekali jika Abella akan melakukan sesuatu pada Kara. "Kamu membuat Marco nggak pulang," teriak Abella lagi Kara pun berdiri agar sejajar dengan wanita ini."Dia yang mau tinggal bukan Aku yang memintanya," balas Kara dengan tenang seraya berucap dengan sopan. "Dasar wanita penggoda," cibir Abella mendengar itu Kara langsung mengerutkan kening. "Nggak perlu digoda, Marco memang nafsuan padaku," kata Kara hendak berbalik tapi, Abella l
Happy Reading"Mereka benar-benar gila Bagas! Gue nggak habis pikir di mana otak mereka," amuk Kara bercerita bersama Bagas yang berjalan juga di sebelahnya. Kedua orang ini berbicara sambil melingkari kolam, Kara perlu melampiaskan emosi yang Ia rasakan sedari kemarin. Setelah Kara keluar dengan amarah tak lama itu Abella dan Marco ikut keluar, Abella terus-menerus membujuk Marco untuk bisa mendapatkan bayi tersebut. Padahal sedari awal tidak ada perjanjian atas hak asuh anak yang dikandung oleh Kara, Ia akan menjadi Ibu dari anak-anak yang dilahirkan begitu pula dengan Abella akan tetap menjadi Ibu sambung anak-anaknya.Sebenarnya Kara tidak akan melarang sama sekali Abella untuk menjadi Ibu dari anak-anaknya tapi, jangan seenaknya mau mengambil seutuhnya. Abella pikir mengandung tidak membutuhkan tenaga dan waktu serta pikiran, Dia pikir mengandung bayi seperti membuat sepotong roti. "Lalu Marco diam aja?" tanya Bagas sambil mengamati langkah kaki Kara takut jika wanita hamil ini
Happy Reading"Kara...Kami ingin berbicara dengan Kamu," ujar Abella berada di ambang pintu bersama dengan Marco. Abella tersenyum memamerkan gigi-gigi rapihnya, Kara sempat ingin tersenyum pula tapi yang justru muncul malah ekspresi tanda tanya. Wanita yang dengan perut besar itu lalu berdiri, melangkahkan kaki keluar mengikuti kemana arah dua orang ini membawanya. Ruangan kedap suara, salah satu ruangan khas yang dimiliki oleh villa yang di huni oleh Kara beserta para asistennya. Bahkan Kara tak tau sama sekali ada ruangan ini. Marco masuk diikuti Abella dan Kara. Ruangan itu memiliki satu sofa panjang dan meja seperti ruangan kerja pada umumnya. Ketika pintu ditutup maka aktivitas yang ada di dalam sama sekali tidak terdengar. "Ada apa ya?" tanya Kara bingung. "Kara duduk di sini dulu," pinta Abella yang di iyakan oleh Kara. Sedangkan Marco berdiri tak jauh dari mereka berdua. "Begini Kara...Aku dan Marco ingin bernegosiasi sama Kamu." wanita itu memegang tangan Kara lalu me
Happy Reading"Om...gimana keadaan Kak Bella?" tanya Kara saat Marco masuk ke dalam kamarnya laki-laki itu menggeleng pertanda bahwa Ia juga tidak paham dengan keadaan Abella sekarang. Kara duduk di samping Marco seraya menenggelamkan kepalanya pada pundak Marco. Untuk waktu yang cukup lama keduanya saling berdiam sampai Marco menyentuh bibir Kara, wanita itu menggigit bibir bawahnya membuat Marco menarik bibir itu lalu lumatan kian lumatan tersalurkan. Kara berdehem memperingatkan Marco bahwa ini bukan waktu yang pas tapi, laki-laki tetap laki-laki. Kebutuhan seksualitas mereka harus terpenuhi apalagi jika menghadapi fase krisis dan stres seperti ini. Marco memeluk pinggang Kara sedangkan wanita ini mengalungkan lengannya pada leher laki-laki itu setelahnya keduanya mengecup satu sama lain. Marco membawa Kara ke atas ranjang dengan hati-hati laki-laki ini menidurkan istrinya yang sedang hamil besar. "Akhirnya daddy mengunjungimu nak." batin Marco yang sudah menahan ini cukup lama