Share

Bertemu Dia

Penulis: UmiLovi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-10 18:46:31

Sunyi, gelap. Tak biasanya apartemen terasa sepi seperti ini. Biasanya saat Belle pulang dari kantor, Zane akan menyambutnya dengan senyuman dari ruang tivi. Tapi, petang ini tak ada siapapun. Bahkan Bik Asih juga tak terlihat sibuk di dapur menyiapkan makan malam.

"Bik," panggil Belle sedikit meninggikan suaranya.

Ia berjalan menuju dapur di mana kamar Bik Asih terletak di sana. Saat hampir sampai, pintu kamar itu bergerak ke dalam dan muncullah pelayan paruh baya itu.

"Ya, Non?"

"Tumben Bibik nggak masak? Di mana Zane? Nggak biasanya rumah sesepi ini," cerca Belle dengan pertanyaan, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling.

"Anu, Non. Tadi tuan keluar, terus bilang sama saya kalo beliau mau makan di luar. Saya pikir makan bareng Non Belle juga, makanya Bibik nggak masak."

"Keluar ke mana?" Belle merogoh ponselnya di dalam tas, jangan-jangan Zane mengirimkan pesan tapi tak sempat terbaca olehnya.

Namun, ketika tak ada satupun pesan yang masuk, Belle lantas menoleh pada pintu kam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikahi Pria Asing   Teka-Teki

    Sejak mengetahui jika Belle memiliki hubungan dengan pria lain meskipun telah berstatus sebagai istrinya, sampai-sampai rela membuat kontrak pernikahan demi menjaga kehormatannya, Zane selalu bertanya dalam hati, apa yang membuat Belle begitu kekeuh mempertahankan hubungan cintanya? Selain karena hubungan mereka telah terjalin selama bertahun lamanya, pasti ada alasan lain yang sangat ingin Zane ketahui. "Mengapa kalian sangat bersikukuh untuk mempertahankan hubungan? Tidak bisakah kalian berpisah secara baik-baik dan menjalani takdir kalian apa adanya?" Ya, dengan sekali helaan napas, Zane akhirnya berhasil mengeluarkan uneg-uneg di hatinya. Sungguh, rasanya sangat plong bisa menanyakan hal ini secara langsung. Alih-alih menjawab, Bryan sontak tertawa setelah mendengar pertanyaan itu. Cara Zane menatapnya, semakin membuat Bryan terpingkal-pingkal hingga sakit perut. Zane ini memang bodoh atau benar-benar polos? "Kau masih bertanya kenapa?" tanya Bryan mengulang pertanyaan pria

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Menikahi Pria Asing   Dunia yang Sempit

    Hari minggu adalah waktu di mana Belle bisa puas tidur hingga siang. Namun, sebulanan ini weekend-nya terasa berbeda karena Belle harus melayani Zane. Meskipun suaminya itu sudah banyak kemajuan, Belle masih saja memperlakukannya seperti bocah. Pagi ini, di meja makan, Zane sedang menyantap sarapannya dengan khusyuk. Belle duduk di hadapannya dengan segelas susu. Tak ada percakapan, Zane masih merasa kesal karena Belle sudah membohonginya. "Masih belum mau bicara?" tanya Belle sembari menelisik ekspresi Zane yang mendadak masam. Dengan tegas, Zane menggeleng. Ia tak sekalipun membalas tatapan Belle meskipun sejak tadi istrinya itu melayangkan sorot mematikan. "Apa kamu marah sama aku?" tebak Belle cepat, dan Zane tak memberi respon apapun. "Oke, bisa jelaskan salahku di mana?" Hening. Zane masih bungkam seribu bahasa. "Terus kalo kamu diem, aku mana tahu salahku di mana!?" lanjut Belle mulai hilang kesabaran. Makanan di piring Zane sudah hampir habis, ia tak lagi berselera unt

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-12
  • Menikahi Pria Asing   Salah Paham Lagi dan Lagi

    "Siapa dia, Zane?" ulang Belle bingung sembari memperhatikan wanita cantik itu. Seorang gadis kecil, tersenyum ketika tatapan mereka beradu, dia tak kalah cantiknya dari wanita itu. "Hai, apakah kamu istrinya Mas Zane?" Dengan cepat, Belle mengangguk dan wanita itu sontak mengulurkan tangan. "Namaku Amanda, Clara Amanda!" Ingatan Belle sontak berputar kembali pada selembar kartu nama yang masih ia simpan di laci nakas. Ia lupa untuk mencari tahu tentang siapa pemilik kartu nama itu karena kesibukannya di kantor sangat menyita waktu. Dan sekarang, tepat di hadapannya, wanita itu datang sendiri tanpa ia repot-repot mencari tahu. "Aku Belle Ivy. Panggil saja Belle," ucap Belle memperkenalkan diri. "Mom, can I buy this candies?" Teriakan suara bocah lelaki membuat Belle dan Zane tersentak kaget dan menoleh bersamaan. "Ups, sorry!" sesal bocah itu meminta maaf ketika menyadari dua orang dewasa telah terkejut karena teriakannya yang kencang. "Hans, don't shout!" teriak bocah perem

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-12
  • Menikahi Pria Asing   Disegani Rekan Kerja

    Hidup bersama dengan Belle, sedikit banyak sudah membuat kesabaran Zane berulangkali diuji. Permasalahan yang satu belum selesai, muncul lagi permasalahan baru. Zane tak habis pikir, apakah Belle memang suka membuatnya naik pitam? Bahkan sejak pertemuan pertama mereka, Belle sudah menghinanya dan memancing amarahnya. "Kamu deketin saja sana perempuan itu!""Dia sudah punya suami. Apa pantas aku mendekati wanita yang sudah bersuami? Aku bukan Bryan, pantang bagiku berdekatan dengan perempuan yang sudah mempunyai pasangan." Zane bangkit dari ayunan dan membalas tatapan tajam istrinya. "Dan kalaupun aku harus mendekati perempuan. Itu akan aku lakukan setelah kita resmi berpisah. Jadi berhenti memintaku mendekati siapapun." Belle terhenyak mendengar jawaban tegas itu. Tadinya ia ingin memojokkan Zane, tapi rupanya Zane malah balik membuatnya mati kutu. Saat tak ada lagi yang harus dijelaskan, Zane lantas berbalik dan meninggalkan Belle seorang diri. Angin malam yang berhembus kecil, me

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13
  • Menikahi Pria Asing   Hasil Rapat Komisaris

    Membidik objek dan mengabadikannya dalam potret dan video adalah hobi yang sudah Zane tekuni sejak SMP. Karena tak memiliki memori indah di masa kecil, Zane kini berusaha untuk mengabadikan perjalanan hidupnya melalui foto. Ia mengikuti ekstrakulikuler fotografi dan jatuh cinta pada hobinya itu. Dari uang saku yang ia tabung selama setahun, Zane berhasil membeli kamera pertamanya. Dari sana, Zane semakin terobsesi untuk menjadi fotografer dan mengabadikan momen indah orang lain. Saat libur sekolah, Zane bekerja sambilan menawarkan jasa foto pada wisatawan yang datang ke tempat wisata. Dari pekerjaan sampingan itu, Zane berhasil menabung dan membeli kamera lain untuk ia gunakan bekerja dengan hasil yang lebih foto yang lebih bagus.Nenek Lila mendukung hobi cucunya itu meskipun Zane jadi tak kenal waktu setiap kali weekend tiba. Menjadikan hobi sebagai ladang uang adalah keberuntungan yang tak disia-siakan begitu saja oleh Zane. Ia terus menabung, menyisihkan uangnya untuk tabungan ku

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13
  • Menikahi Pria Asing   Tak Nampak

    Belle baru saja selesai meeting di lantai tujuh ketika ia bertemu Zane di lift lantai lima. Belle tak sendiri, di lift itu ada Tiana dan Manajer Marketing and Development juga beberapa orang staf. Tentu saja Belle terkejut melihat Zane berada di gedung Janata Realty, ia tak menduga akan bertemu suaminya. Seragam hitam yang Zane kenakan, menyita perhatian Belle selama dua detik. Merasa menghalangi jalan orang-orang yang hendak keluar dari lift, Zane lantas bergeser dan membiarkan mereka lewat. Tatapannya masih terpaku pada Belle yang tak menunjukkan ekspresi apapun. "Miss?" Tiana berbisik pada Belle yang masih bergeming dan mematung. Sontak Belle tersadar jika ia masih belum bergerak, buru-buru ia berpaling dan keluar tanpa sekalipun menyapa Zane. Tentu saja respon itu membuat Zane mematung untuk beberapa saat. Belle bahkan melewatinya seakan mereka adalah dua orang asing yang tak saling mengenal. Belle terus berlalu menyusuri lorong dan berbelok menuju ruangannya. Jadi, seperti

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13
  • Menikahi Pria Asing   Pergi Tanpa Pamit

    "Tuan, makan malamnya sudah siap." Zane yang sejak tadi menatap kosong ke arah layar televisi, lantas menoleh lemah pada Bik Asih yang berdiri di tak jauh darinya. Sudah jam tujuh, tapi Belle belum juga pulang dari kantor. Zane sengaja menunggunya di ruang tengah sejak sore tadi, tapi tak ada tanda-tanda Belle akan pulang. "Saya nunggu Belle pulang saja, Bik." Zane berpaling dan kembali menonton tivi. "Anu, Tuan ... Apa non Belle nggak pamit sama Tuan?" Pertanyaan Bik Asih tak pelak membuat Zane menoleh dengan kaget. "Tadi siang, non Belle pergi bawa koper. Katanya ada acara kantor di Bali selama tiga hari. Saya kira non Belle sudah pamit sama Tuan," lanjut Bik Asih dengan sungkan. "Mungkin Belle sudah mengirim pesan, tapi belum sempat saya baca," kelit Zane menutupi. Bik Asih hanya mengangguk dan pamit untuk kembali ke dapur, sementara Zane lantas bangkit dan mengambil ponselnya di kamar. Tak ada satupun pesan yang masuk ke ponsel usangnya itu. Pun Zane tak tahu apakah Belle

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-14
  • Menikahi Pria Asing   Melindungiku

    Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai.Bryan memasang sunglasessnya sembari tetap menggandeng Belle sejak mereka turun dari pesawat."Kenakan kacamatamu, Belle!" perintah Bryan saat menyadari sedari tadi wajah Belle terekspos.Belle menurut, ia menarik sunglasess yang ia sematkan di belahan kemejanya dan lekas mengenakannya. Ia lantas melirik Bryan yang berjalan cepat di sisinya, sesekali Bryan menunduk saat melewati kerumunan orang.Dua jam kemudian setelah makan malam, mereka berdua tiba di private cottage di daerah Uluwatu. Belle membuat kesepakatan sebelum berangkat liburan bersama di Bali dengan satu syarat, mereka tidur di kamar terpisah. Bryan menyetujuinya dan memesan private cottage dengan dua kamar."Aku lelah sekali, Beb. Aku langsung ke kamarku, ya! Aku mau istirahat." Belle meraih koper miliknya yang dibawa oleh Bryan dan melenggang pergi begitu saja. Melihat tingkah kekasihnya itu, Bryan hanya menghela napas berat. "Baiklah. Kita jalan-jalan besok pagi saja, ya!

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-14

Bab terbaru

  • Menikahi Pria Asing   Hadiah dari Tuhan

    Selama prosesi pemakaman, Zane lebih banyak terlibat di dalamnya. Ia turut menggotong keranda Shamilah, ia juga turun ke liang kubur untuk mengantarkan ibunya ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Sambil menahan tangis, Zane juga mengadzani jenazah ibunya sebelum akhirnya ia menyampaikan salam perpisahan. "Aku menyayangimu, Ibu. Beristirahatlah dengan tenang, selamat jalan." Hanya kalimat itu yang Zane katakan secara sadar, karena setelahnya ia tak bisa mengingat apapun lagi. Saat kembali membuka mata, ia sudah berada di apartemen dengan beberapa orang mengelilinginya sambil menangis. Belle berulangkali mengucap syukur sambil menciumi suaminya. Amanda dan Rio bahkan saling berpelukan penuh haru tak jauh dari mereka. Ronald, masih dengan mata yang basah, ikut mendekat dan memeluk menantunya. "Stay strong, Nak. Kamu sudah melakukan yang terbaik untuk mendiang Ibumu. Dia pasti sangat bangga padamu, Zane." Setetes air mata lolos kembali dari sudut mata Zane, mengingat ibunya mas

  • Menikahi Pria Asing   Selamat Jalan, Ibu

    Malam itu juga, Zane meminta bantuan pada Rio untuk mencari tahu di mana ibunya berada.Tak mungkin Zane menghubungi mertuanya karena ia tak ingin mengganggu istirahat Ronald. Dengan mengerahkan segala kemampuannya, Rio akhirnya mendapat nama rumah sakit di mana Shamilah saat ini tengah dirawat. Bersama Belle, Zane akhirnya berangkat menuju rumah sakit tersebut. Ia tak ingin menyia-nyiakan waktu, Zane takut ibunya keburu pergi seperti nenek Lila dulu. Dan benar saja, saat Zane berlari menyusuri lorong tempat Shamilah dirawat, beberapa orang suster nampak keluar dari ruangan itu dengan wajah panik. Rasanya sekujur tubuh Zane memanas detik itu juga, ia sontak berlari semakin cepat dan meringsek masuk ke kamar di mana ibunya berada. Wajah pucat itu, sedang berusaha keras bernapas melalui selang oksigen di hidungnya. Air mata Zane kembali menetes ketika dilihatnya tubuh ibunya mulai kesusahan untuk menghirup oksigen itu. "Ibu..." Zane mendekat tanpa mempedulikan beberapa orang suster y

  • Menikahi Pria Asing   Surat Misterius

    Teruntuk anakku tersayang, Zanendra Aditya. Saat kamu membuka surat ini, mungkin perasaanmu pada Ibu masih sama. Benci, marah, dan kecewa pasti masih kamu rasakan hingga saat ini. Tapi, melalui surat ini ijinkan Ibu untuk menjelaskan padamu beberapa hal yang tidak sempat Ibu katakan malam itu. Zane, demikian kamu dipanggil oleh mereka yang menyayangimu, nama indah yang berarti hadiah/ berkat dari Tuhan. Semua yang mengenalmu pasti akan menyayangimu, dan Ibu bersyukur akan hal itu. Zane yang kini tumbuh menjadi pria dewasa yang hebat dan penyayang, Ibu bangga pernah menjadi bagian dari masa kecilmu. Anakku, Zanendra anakku, bocah kecil yang selalu menemani Ibu tidur dan memeluk Ibu setiap malam, maafkan Ibu yang telah membuatmu trauma seperti ini. Seandainya bisa memutar kembali waktu, seandainya Ibu masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki semuanya dari awal lagi, mungkin Ibu akan membawamu pergi tanpa harus membunuh pria itu. Agar kita bisa melalui masa berat itu berdua, agar I

  • Menikahi Pria Asing   Malam Penuh Gairah (18+)

    Selama proses pemulihan dari operasinya, Zane selalu mendampingi Belle tanpa sekalipun beranjak meninggalkannya. Zane menepati janjinya untuk selalu siaga 24 jam demi memastikan istrinya baik-baik saja. Kembali pulang ke tanah air, Bik Asih menyambut kedatangan majikannya dengan penuh sukacita. Pun Ronald tak bisa menyembunyikan kebahagiaan dan rasa syukurnya ketika mendapati putrinya telah bisa melihat seperti dulu kala. "Papa akan mengadakan acara syukuran dan mengundang anak-anak yayasan untuk datang. Kesembuhanmu patut dirayakan, Belle," ujar Ronald berjanji. Belle hanya menanggapinya dengan senyuman dan anggukan, meskipun penglihatannya belum sepenuhnya jernih melihat objek di depannya, tetapi Belle tetap bersyukur kini ia bisa melihat orang-orang yang ia sayangi. "Di mana Zane? Apa dia belum pulang dari kantor?" Pandangan Ronald mengedar mencari sosok menantunya. "Zane akan segera kembali, Pa. Tadi habis mengantarku pulang, dia langsung ke kantor karena ada meeting penting

  • Menikahi Pria Asing   Kembalinya Ingatan dan Penglihatanku

    "Apa sudah selesai anda menghina saya, Nona?" "Saya terima nikah dan kawinnya Belle Ivy Janata binti Ronald Janata dengan mas kawin tersebut tunai.""Saat kita berpisah nanti, apakah aku masih boleh mengunjungi papamu?""Karena pohon ini akan tetap tumbuh meskipun dia tidak disiram dan tidak dirawat dengan baik. Sama sepertiku." "Bahkan sampah yang tidak berguna, bisa bermanfaat di tangan orang yang tepat. Aku salah satu sampah itu, dan ternyata orang yang tepat bukanlah kamu.""Kalo kamu bisa melakukannya dengan Bryan, lalu kenapa kamu tidak mau melakukannya denganku?" "Itu gajiku bulan ini.""Satu-satunya perempuan yang akan melakukan hubungan badan denganku hanya kamu, Belle!" "Ya sudah, maaf ya, Istriku. Aku janji kalo suatu saat kamu sakit, aku akan jagain kamu 24 jam sampai kamu sembuh." "Zane ..." Kilasan kejadian demi kejadian lewat secara bergantian di ingatan Belle. Semuanya tentang Zane, sejak pertama kali mereka bertemu hingga ingatan terakhirnya sebelum kecelakaan

  • Menikahi Pria Asing   Hari Besar itu Tiba

    Seperti yang sudah dinanti-nantikan, akhirnya hari itu tiba jua. Ronald mengantar Belle dan Zane di bandara seperti biasanya. Kali ini, Rio ikut menemani bosnya karena Zane butuh seseorang untuk menemani dan menenangkannya selama Belle dioperasi. Tak banyak halangan yang berarti, bahkan semua berjalan dengan sangat lancar. Cuaca pun seakan merestui sepanjang Zane landing di Singapore dan tiba di hotel. Karena operasi masih dilakukan besok, jadi Zane dan Belle masih punya waktu untuk istirahat. "Aku penasaran, kenapa beberapa hari ini kamu selalu memakai kalung itu?" Zane memperhatikan kalung sederhana berliontin permata kecil di leher istrinya. Dengan penuh perasaan, Belle menyentuh bandul permata pemberian Milah dan tersenyum mengingat momen terakhirnya bersama sang mertua. Sewaktu Belle meminta tolong pada Milah untuk memasangkan kalung itu dilehernya, wanita itu menangis penuh haru dan bahagia. Dia bahkan memeluk dan mencium Belle sebelum akhirnya benar-benar pergi. "Belle, k

  • Menikahi Pria Asing   Kabar Baik

    "Benarkah?" Belle memekik girang ketika Zane mengabarinya bahwa minggu depan ada donor kornea yang tersedia untuknya. Dengan senyuman lebar, Zane mengangguk dan memeluk istrinya dengan erat. "Benar. Kamu harus banyak-banyak istirahat dan jangan terlalu capek mengurusiku.""Cih, terus siapa yang mau ngurusin kamu kalo bukan aku?" ledek Belle sembari menjulurkan lidah. "Sepertinya ide Amanda tidak terlalu buruk.""Maksudmu!?" Belle mendelik dan mendorong tubuh suaminya yang betah memeluknya sejak tadi. "Coba saja kalo berani!""Kenapa harus takut!?""Oh, jadi begitu!? Kamu sekarang sudah berani meladeni tantangan dariku?" Zane hanya tertawa menanggapi omelan istrinya. Ia menghujani Belle dengan ciuman dan menggendongnya ke atas ranjang. Ia pandangi wajah dengan bibir manyun itu dengan gemas. "Bagaimana bisa aku cari wanita pengganti kalo istriku secantik ini? Bahkan meskipun dia menolak mengandung anakku, aku akan menunggu dia sampai siap, selama apapun itu." "Zane." Belle memoton

  • Menikahi Pria Asing   Double Date

    Bukan tanpa alasan Rio bertanya tentang Amanda pada bosnya. Tadinya, ia hanya iseng agar Zane berhenti melamun. Namun, Zane justru menanggapi pertanyaan itu dengan serius dan mengajaknya untuk makan malam bersama. Sungguh, Rio merasa serba salah dan bingung untuk memutuskan. "Besok malam Amanda ada waktu. Kita akan makan malam di restoran favorit istriku, bagaimana?"Wajah Zane yang sesaat lalu terlihat murung, kini kembali ceria usai menelepon Amanda untuk mengajaknya makan malam. Mau tak mau, Rio akhirnya mengangguk dengan sangat terpaksa. "Ya sudah, cepat keluar dan selesaikan pekerjaanmu," usir Zane sembari bersiap membuka berkas yang menumpuk di mejanya. Dengan langkah lebar, Rio bergegas pergi sembari mengutuk dirinya sendiri. Nasi sudah menjadi bubur, ia tidak mungkin menarik kembali ucapannya mengingat Zane sangat menjaga Amanda seperti adiknya sendiri. Bisa-bisa Rio babak belur jika Zane tahu bila ia hanya iseng bertanya tentang Amanda. Keesokan hari, Zane menyelesaikan p

  • Menikahi Pria Asing   Move On

    Kehadiran orang-orang yang peduli dan menyayanginya, membuat Zane perlahan bangkit dan move on dari momen menyakitkan yang ia alami seminggu yang lalu. Kini, Zane sudah mulai ngantor setelah berhari-hari meliburkan diri dan menikmati waktu berdua dengan Belle di apartemen. Keduanya saling menguatkan dan menghibur satu sama lain, Zane mulai bisa tersenyum kembali setelah sebelumnya selalu murung dan merenung sendiri. "Permisi, Pak. Ada Pak Ronald di luar." Rio meringsek masuk ke dalam ruangan kerja bosnya. "Beliau ingin menemui anda."Dengan dada yang mulai terasa sesak kembali, Zane lantas menutup map di hadapannya dan berkata, "persilahkan beliau masuk, Rio."Tak seberapa lama setelah Rio keluar, Ronald pun muncul dengan wajah tak terbaca. Tak ada senyuman, tak ada raut kesedihan. Baru kali ini Zane melihat wajah tanpa ekspresi itu nampak di raut mertuanya. Dengan tanggap, Zane bangkit dan mempersilahkan Ronald untuk duduk di sofa panjang tak jauh dari meja kerjanya. Ia paham, Rona

DMCA.com Protection Status