Home / Romansa / Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa / Bab 21: Mempercepat Pernikahan

Share

Bab 21: Mempercepat Pernikahan

Author: HarunaHana
last update Last Updated: 2023-08-18 17:43:56

"Kamu jadi OB di kantorku?" sembur Farhan tidak lama setelah duduk di kursi makan. Di hadapannya tersaji sepiring nasi goreng ampela dan segelas air putih dan sepiring kecil berisi irisan timun, tomat, dan kol. Farhan menatap malas potongan petai menyelinap di antara tumpukan nasi. Di mata Farhan, potongan-potongan petai itu seperti mata-mata yang mengawasinya.

"Sejak kapan? Bagaimana kamu bisa diterima? Kantorku hanya bekerja sama dengan perusahaan outsourcing dan kamu tiba-tiba ada di sana?"

Eda belum membuka mulut. Ia menyibukkan diri dengan memotong seledri dan menaburkannya bersama bawang goreng di atas nasi.

Farhan hanya bisa menahan rasa ingin tahu yang tidak jauh beda dengan menahan bisul yang nyaris pecah.

"Aku tidak suka petai." Farhan mengubah topik pembicaraan.

"Aku sengaja." Eda berujar santai. Ia mulai menyendokkan nasi ke mulut. "Kamu bisa menambahkan sambal. Jadi petainya tidak terlalu terasa."

"Aku tidak akan memakannya." Farhan mengambil irisan petai dan menyisi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 22: Mempercepat Pernikahan

    Farhan duduk di tepi jendela lantai dua Cirius. Sudah lewat tengah malam dan ia masih terjaga. Di sampingnya, cangkir bekas black coffee sudah kosong. Cangkir kedua malam itu. Permintaan Eda agar mempercepat pernikahan membuat matanya enggan terpejam. Ia sibuk menimbang, bukan soal biaya, melainkan kesiapan Kalila. "Paman tidak masalah kapan pun kamu nikah, Farhan. Justru Paman lega kamu segera menikah. Sering hati Paman dan Bibi was-was kalau kamu menemani Kalila. Walaupun kamu bilang tidak pacaran, tetap saja Paman ketar-ketir. Kalian dua manusia dewasa, tidak baik terlalu sering berdua." Jawaban bijak sang paman ketika Farhan menelepon terngiang di telinga. Dengan kepala penuh pikiran, mata Farhan tertuju ke jalan raya yang lengang. Dari tempatnya duduk, lampu-lampu kendaraan bermotor seperti kunang-kunang yang terbang cepat melintasi udara. Sejak peristiwa pelemparan batu, Farhan lebih sering menginap di kafe ketimbang di rumah. "Aku sudah siapkan skenarionya. Kamu, Kalila,

    Last Updated : 2023-08-18
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 23: Sah

    Farhan duduk di tepi jendela lantai dua Cirius. Sudah lewat tengah malam dan ia masih terjaga. Di sampingnya, cangkir bekas black coffee sudah kosong. Cangkir kedua malam itu. Permintaan Eda agar mempercepat pernikahan membuat matanya enggan terpejam. Ia sibuk menimbang, bukan soal biaya, melainkan kesiapan Kalila. "Paman tidak masalah kapan pun kamu nikah, Farhan. Justru Paman lega kamu segera menikah. Sering hati Paman dan Bibi was-was kalau kamu menemani Kalila. Walaupun kamu bilang tidak pacaran, tetap saja Paman ketar-ketir. Kalian dua manusia dewasa, tidak baik terlalu sering berdua." Jawaban bijak sang paman ketika Farhan menelepon terngiang di telinga. Dengan kepala penuh pikiran, mata Farhan tertuju ke jalan raya yang lengang. Dari tempatnya duduk, lampu-lampu kendaraan bermotor seperti kunang-kunang yang terbang cepat melintasi udara. Sejak peristiwa pelemparan batu, Farhan lebih sering menginap di kafe ketimbang di rumah. "Aku sudah siapkan skenarionya. Kamu, Kalila,

    Last Updated : 2023-08-18
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 24: Jangan Ganti Baju di Sini

    Akad dan resepsi selesai sebelum Zuhur. Dokter Haryo yang menyarankan. Demi kesehatan Wisnu. Selain itu juga, supaya tidak menabrak waktu salat Zuhur. Sahabat Wisnu itu bahkan menyiapkan ambulans beserta dokter dan perawat untuk berjaga jika terjadi sesuatu dengan Wisnu. Andromeda membatasi tamu undangan dan melakukan pemeriksaan berlapis pada semua yang hadir. Ia mengirim dua polisi untuk mengawasi dapur hotel yang menyiapkan hidangan. Sebelum acara dimulai, Andromeda menurunkan kesatuannya untuk mengelap kursi dan meja yang akan diduduki Wisnu dan keluarganya. Ditutupnya semua celah dan kemungkinan paparan racun pada tubuh Wisnu. “Semua aman, Ndan,” lapor anggotanya. “Sempat ada pengunjung yang mencurigakan, tetapi sudah kami amankan.” Andromeda mengangguk puas, lalu kembali bersikap siaga, mengawasi Wisnu dan sesekali melihat ke pelaminan. Sebenarnya, pelaminan adalah tempat yang tidak ingin dilihat Andromeda. Sikap Farhan membuat perutnya mual dan ingin mengumpat sahabatnya it

    Last Updated : 2023-08-19
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 25: Dia yang Diam-Diam Bersiasat

    Andromeda berpikir jika pelaku masih berkeliaran di sekitar Wisnu. Bukan tidak mungkin, ia muncul di antara staf wedding organizer dan mencuri-curi kesempatan untuk menambahkan satu dosis tambahan racun. Untuk itu, Andromeda menemui Miranti malam-malam, ketika Wisnu dan Kalila sudah tidur. Ia membutuhkan bantuan sahabat Kalila itu. "Untuk apa memanggil saya malam-malam begini?" sembur Miranti. Wajah lelahnya menguap berganti raut tak bersahabat.Apalagi mereka bertemu di kamar serba tertutup sehingga Miranti merasa perlu waspada, kalau tidak bisa disebut curiga. Hati Miranti jengkel bukan main. Entah dari mana Andromeda mendapat nomor teleponnya. Miranti lupa, sebagai polisi, Andromeda bisa melakukan banyak hal dalam senyap. "Saya butuh bantuan Anda." Andromeda memelihara sikap sopannya meski ia sangat gatal untuk menggoda dan mengerjai Miranti. "Apa terkait kasus Om Wisnu?" Kemarahan di hati Miranti sedikit mereda. Ia selalu prihatin jika sudah menyangkut nasib Wisnu dan bersedia

    Last Updated : 2023-08-19
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 26: Lihat Aku, Lila

    Dering alarm ponsel membangunkan Kalila. Susah payah ia membuka mata karena kepalanya terasa berat. Dilihatnya jam dinding. Jam setengah empat, enam puluh menit sebelum subuh. Kalila mencoba bangun, tetapi ketika tubuhnya sudah tegak dan kakinya menyentuh lantai kamar, bumi seperti berputar hebat dan dilihatnya isi kamar seolah jungkir balik. Sesaat Kalila menangkupkan kedua tangan ke wajah lalu menarik napas dalam-dalam, berharap kepalanya tak lagi berat setelah memasukkan oksigen sebanyak mungkin ke paru-paru. Namun, upayanya tidak membuahkan hasil. Ketika ia berdiri, tubuhnya hampir limbung sehingga Kalila memutuskan untuk kembali duduk. Lagi, Kalila menghela napas. Ya, Allah, saya izin absen tahajud malam ini karena sakit. Lantas Kalila kembali bergelung di balik selimut. Ia juga merasa wajahnya sangat panas, terutama di sekitar mata dan hidung sampai-sampai kedua matanya seperti berair. Ketika azan Subuh terdengar, Kalila menyibak selimut dengan panik. Ia harus segera salat da

    Last Updated : 2023-08-20
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 27: Korban Kedua?

    "Palingan cuma flu biasa, Mir. Sehari istirahat juga sembuh. Kamu sendiri tahu, kemarin aku bolak-balik minum es. Kecapekan juga." Cuaca kemarin saat resepsi memang terasa lebih panas meski pesta diadakan di taman. Akibatnya, Kalila tergoda untuk melahap sup buah dan es krim lebih dari satu porsi sampai perutnya terasa penuh padahal ia belum makan. Beberapa kali Farhan mengingatkan, tetapi Kalila ngeyel. "Jangan menyederhanakan masalah. Awalnya Om Wisnu juga disangka kena asam lambung, ternyata keracunan." Miranti terus berujar panik. Ia melupakan tujuan utamanya menelepon Kalila.Sebenarnya , Miranti menelepon Kalila karena ingin menanyakan nomor ponsel Andromeda. Polisi itu sudah membuat ulah dan Miranti harus menghubunginya. Namun, keadaan Kalila melupakannya dari Andromeda."Gejalanya beda dengan Papa." Kalila bersikeras sembari mengingat keadaan tubuhnya. Ia tidak mual, hanya demam dan pusing. Bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan karena sebabnya jelas. Berbeda dengan Wisnu.

    Last Updated : 2023-08-20
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 28: Seperti Kena Gendam

    Andromeda tiba di rumah Wisnu hampir bersamaan dengan Miranti, hanya berselang sepuluh menit setelah Miranti datang dan melihat Ratna menyanggah ucapan Wisnu sementara pria itu duduk dengan sorot mata lelah dan wajah sayu. Miranti duduk tidak jauh dari Ratna, mencoba mencerna, apa yang sebenarnya terjadi. "Tidak mungkin Mas Ian dilihat dua orang di tempat yang berbeda, Mbak." Farhan bersuara setelah Ratna selesai bicara. "Prof. Wisnu jelas melihat orang yang memberinya kopi adalah Mas Ian. Sedangkan Aida sendiri bilang kalau papanya baru menjemput setelah magrib. Jadi wajar kalau memang Mas Ian masih di kampus." "Ini lagi ngomongin Mas Ian, OB di kantor Om Wisnu?" Miranti bersuara. Ada benang merah yang terputus di kepalanya sehingga ia belum mengerti sepenuhnya apa yang sedang terjadi. "Iya, Mir. Semalam Mas Ian ditetapkan sebagai tersangka." "Oh, My." Kedua mata Miranti membulat sempurna. Dimainkannya ujung rambut dengan jari seraya menatap Ratna tak percaya. "Andromeda mengat

    Last Updated : 2023-08-21
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 29: Kesaksian Kalila

    Andromeda duduk dengan kaki kanan berada di atas paha kiri. Ditatapnya Ian lekat-lekat sembari menggigit-gigit ujung Zippo. Puzzle kasus ini hampir lengkap. Siapa naga di balik aksi percobaan pembunuhan Wisnu juga sudah terdeteksi. Hanya tinggal menyambung dengan benang merah dan melakukan pembuktian-pembuktian. Namun, puzzle itu ambyar setelah kesaksian Miranti yang menguatkan alibi Ian. Semua bukti kembali mentah. Andromeda harus menelisik keping-keping puzzle itu satu per satu dan mencari celah kosong yang membuat susunan puzzlenya lowong. . "Mbak Lila kenal baik saya. Dia mungkin bisa meyakinkan Anda kalau manusia dalam video itu bukan saya." Wajah lelah Ian sesaat seperti bercahaya. Ada kilat harapan pada tatap mata yang semula sayu. Tiba-tiba saja sosok Kalila hadir di kepalanya seperti wahyu yang diturunkan Tuhan pada para nabi. Ia bukan nabi, tetapi ide yang baru saja muncul di kepala ia anggap wangsit, pelita di tengah hidupnya yang mendadak suram. Andromeda mengelilingi m

    Last Updated : 2023-08-21

Latest chapter

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 72: Pertarungan

    Bibir Andromeda melengkung lalu mendekati meja. Ia membungkuk lalu duduk bersila hingga tubuhnya dan Kaivan berada dalam satu garis lurus. Mulutnya masih terkatup rapat sementara otaknya sibuk menakar kekuatan Kaivan dan permainan yang mungkin disiapkannya. Baru saja tubuh Andromeda berada di atas tatami, dinding di samping kirinya tiba-tiba bergeser lalu dua lelaki tegap berjas dan berkacamata hitam keluar dari balik dinding dan berdiri dua meter di belakang Andromeda. “Saya kira kita akan bicara empat mata.” Tatap tajam Andromeda menerobos rongga mata Kaivan. “Rupanya Anda tak seberani yang saya kira. Anda tak lebih dari seekor kecoa.” Andromeda tersenyum meremehkan. Kai tertawa. “Ternyata benar kata orang, Anda polisi bermulut besar.” Pria itu berdecak. “Toh, Anda juga tidak datang sendiri, bukan?” Hiasan gantung di belakang Kaivan tiba-tiba tergulung. Dinding di belakangnya menjelma layar lebar yang memperlihatkan orang-orang Andromeda di sekitar rumah Kaivan. “Saya hitung, ad

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 71: Pertaruhan

    “Kamu yakin negosiasi dengan Kaivan akan berhasil?” Farhan menatap lurus-lurus Andromeda. Seharian ini Farhan harus ikut Andromeda koordinasi terakhir dan simulasi beberapa rencana yang akan mereka lakukan dan itu membuat otak dan fisik Farhan sangat letih, lebih capek dari mengajar selama berjam-jam di depan kelas. Sorot mata pria itu meredup dan digelayuti kekhawatiran juga ketakutan. Musuh mereka bukan kaleng-kaleng, bukan penjahat kelas teri. Andromeda mengangguk yakin. Diseruputnya sisa kopi di dalam gelas. “Aku punya kartu As Kaivan dan Atmaveda grup. Dia tidak akan berkutik di depanku.” “Dia tidak sebodoh yang kamu kira, Da.” “Dia memang tidak bodoh. Tapi aku juga bukan polisi ingusan.” Andromeda menatap keluar jendela ruang kerjanya yang masih dibiarkan terbuka. Diambilnya pulpen dari kemeja kemudian memutar-mutarnya. “Aku pastikan, dia bertemu lawan sepadan.” Pandangan Andromeda kembali tertuju pada Farhan. “Kamu tidak perlu khawatir, Kawan. Semua sudah aku hitung.” Ia be

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 70: Dalam Pelukan Farhan

    halo, hola, readers. Maaf baru update lagi. Kondisi kesehatan dan adanya projek lain membuat saya sedikit menunda waktu update. Semoga teman-teman masih bersedia mengikuti cerita ini. Salam hangat dari Farhan dan Kalila :-) *** Pergi. Mendadak dada Kalila terasa sesak mendengar kata itu. Kepalanya tertunduk dan tangannya meremas tepi rok. Apa saat itu hampir tiba? Kenapa terburu-buru mengurus balik nama rumah dan mobil? Ia anak tunggal. Tidak akan terjadi konflik rebutan harta warisan dengan siapa pun. Tidak mungkin ia akan berebut dengan Farhan. Lagi pula, setahu Kalila harta Wisnu hanya rumah ini dan isinya. Pria itu lebih banyak bersedekah ketimbang menyimpan uang untuk diri dan keluarganya. Wisnu tidak pernah membeli sesuatu berlebih. Semua hanya seperlunya dan kalau benar-benar dibutuhkan. Wisnu tidak akan membeli barang baru jika yang lama masih bisa dipakai. Seandainya ia membeli barang baru, maka barang lama akan ia berikan pada orang lain. First in first out. Begitu prin

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 69: Jatuh Cinta Setiap Hari

    Selepas salat Asar, Farhan melajukan Expander menuju makam. Tanah pekuburan itu sebenarnya terletak di belakang kompleks, tetapi untuk memasukinya harus memutar keluar dulu dari gerbang kompleks kemudian belok kiri memasuki jalan kampung di pertigaan pertama setelah pintu keluar kompleks. Makam itu digunakan oleh warga dua kompleks perumahan dan penduduk di pemukiman belakang kompleks sehingga pintu masuknya berada di depan jalan yang bisa dilewati warga dari ketiga wilayah itu. Sebelum ke makam, Kalila meminta Farhan ke florist yang letaknya lima ratus meter dari pertigaan di mana mereka akan berbelok. "Mama paling suka kalau aku ajak jalan sore-sore." Suara Wisnu terdengar renyah dan hangat. Bibirnya tidak henti menyunggingkan senyum seolah ia benar-benar akan bertemu sang istri yang telah lama terpisah jarak. Farhan menoleh, tersenyum kemudian kembali menatap jalanan. Ia bisa merasakan kegembiraan Wisnu. Andai bisa, dia pun akan mengunjungi makam Mamak dan Bapak sesering mungk

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 68: Keinginan Tersembunyi Wisnu

    Ucapan Wisnu memaku tubuh Kalila. Seperti ada dua tangan yang tiba-tiba keluar dari lantai kemudian memegang erat kakinya sehingga tidak bisa melangkah. Main? Aku main? Dari mana Papa mendapat kata itu? Apakah Bang Farhan telah mengadu pada Papa dan menyebut main setiap kali aku keluar rumah? “Lila nggak pernah pergi main atau nongkrong, Pa.” Kalila menggeser sedikit tubuhnya kemudian duduk di kursi, agak jauh dari Wisnu. Ditatapnya paras sang papa dengan pandangan tak terima. Memang, kadang sepulang meliput, wawancara, atau mengambil foto, ia mampir ke kafe. Biasanya ia akan membuat janji dengan Miranti dan mereka akan mengobrol. Namun, bukan itu tujuan kepergiannya. Apalagi setelah menikah. Jangankan main, hanya ke kampus atau ke kosan Miranti saja Farhan sudah sangat rewel. “Syukurlah kalau kamu tidak melakukannya.” Wisnu menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Ia tahu, Kalila masih ingin bebas. Ia khawatir Kalila melupakan kewajibannya sebagai istri karena terlalu asyik dengan Mir

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 67

    Farhan membiarkan Andromeda pergi tanpa mengantarnya sampai keluar rumah. Kepalanya terlalu penuh dengan berbagai lintasan pikiran dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Ia memilih menyalakan laptop dan membuka data bisnis gelap keluarga Atmaveda. Sampai saat ini ia masih tak habis pikir, dari kota yang katanya paling nyaman dan ngangeni ini, hidup bos mafia yang puluhan tahun menjalankan bisnis ilegal tanpa tersentuh hukum. “Kaivan dan Airlangga tetap akan kami seret ke penjara. Tapi kamu tahu, mereka sangat rapi dalam menyembunyikan kejahatan. Tidak akan mudah membekuk mereka, Kawan.” Ucapan Andromeda kembali terngiang di kepala. Waktu itu, Farhan keberatan jika harus bernegosiasi dengan Kaivan karena itu artinya, ia menukar bukti kejahatan Kaivan dengan nyawanya. Setelah negosiasi, ia dan Wisnu harus diam padahal mereka tahu ada kejahatan besar sedang berlangsung. Farhan tidak bisa membayangkan kehidupan macam apa yang akan dijalaninya ketika harus menyembu

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 66: Seperti Layang-Layang

    Andromeda menatap sengit Farhan sebelum kembali melihat ke arah halaman. “Coba ingat baik-baik, apa ada kata membunuh dalam kalimatku? Apa aku memintamu membunuh anak Kaivan?” Andromeda menekan earpiece di telinga kanannya. Dialihkannya perhatian pada Farhan. “Tuhan memberi otakmu, tolong dipakai untuk mikir yang bener, bukan cuma mikirin Kalila.” “Sial!” Farhan meraih dan mencengkeram kedua lengan Andromeda. Lantas, salah satu kakinya maju ke depan, lalu ia berbalik dan sedikit membungkuk. Diangkatnya tubuh Andromeda dan membantingnya ke lantai perpustakaan yang beralas permadani dari Iran. “Kutu kupret busuk!” Andromeda meringis seraya berusaha bangun. Ia tidak menduga kalau Farhan akan semarah itu. Dielusnya bagian punggung yang sedikit ngilu. “Aku akan balas nanti setelah kamu benar-benar sembuh.” Dilayangkannya tinju ke wajah Farhan yang dengan tangkas berhasil ditangkis pria itu. “Ingat, aku mengalah, bukan kalah!” ujarnya geram. “Berhenti mengejekku atau aku akan melakukan

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 65: Rencana Terakhir

    Farhan terbangun karena dering tak biasa terdengar dari ponselnya. Sebelum bangun, ia menoleh. Kalila masih pulas, tidur dengan kepala di atas lengan Farhan. Dengan hati-hati Farhan mengangkat kepala Kalila agar ia bisa menarik tangannya kemudian meletakkan kembali di atas bantal. Menyibak selimut, Farhan turun cepat-cepat dari ranjang, mengambil ponsel yang ia simpan di atas rak seraya melirik jam dinding. Jam dua dinihari. Sepagi ini sahabatnya sudah menghubungi. "Seperti tidak ada waktu lain saja." Farhan bergumam pelan sambil mengacak rambut. Kumbang JantanSiap-siap rencana kedua.Jam sembilan aku ke rumahmu. Berdiri di samping rak, perhatian Farhan masih tertuju pada layar ponsel meski pesan yang baru saja ia baca sudah dihapus. Hari ini ia berencana menyusun rencana penelitian untuk diajukan ke Dikti dan PIMNAS. Ada beberapa tema penelitian yang sudah lama mampir di kepalanya dan Farhan berharap tahun ini ada salah satu dari tema-tema itu yang bisa ia mulai. Namun, panggila

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 64: Kepergok Papa

    Sambil mengayunkan kaki menuju mobil, diam-diam Kalila tersenyum geli mengingat raut muka Andromeda. Ia masih sempat melihat ke halaman sebelum melajukan mobil meninggalkan kosan Miranti. Memasuki rumah lewat garasi, Kalila masuk kamar untuk mencuci tangan dan kaki. Setelah itu, ia menemui Wisnu dan berbincang sejenak sebelum akhirnya pergi ke dapur. Farhan tidak ada di teras belakang dan kamar. Kalila berpikir pasti pria itu sedang menyiapkan makan malam. "Makasih sudah masak, Bang." Kalila mencium tangan Farhan yang baru saja menata potongan wortel, brokoli, dan kentang rebus di piring. Di meja sudah ada sepiring tempe goreng dan sambal tomat. Dapur dipenuhi aroma kaldu dari panci yang berada di atas kompor. "Puas banget perginya." Farhan tersenyum melihat raut bahagia pada wajah Kalila meski jejak rasa lelah terlihat cukup jelas. Kekhawatiran Kalila seketika lenyap melihat sambutan Farhan. Dibalasnya senyum Farhan lalu mengambil gelas di rak. "Mumpung Miranti masih di sini." Ka

DMCA.com Protection Status