Share

Bab 26: Lihat Aku, Lila

Penulis: HarunaHana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-20 22:39:57

Dering alarm ponsel membangunkan Kalila. Susah payah ia membuka mata karena kepalanya terasa berat. Dilihatnya jam dinding. Jam setengah empat, enam puluh menit sebelum subuh. Kalila mencoba bangun, tetapi ketika tubuhnya sudah tegak dan kakinya menyentuh lantai kamar, bumi seperti berputar hebat dan dilihatnya isi kamar seolah jungkir balik.

Sesaat Kalila menangkupkan kedua tangan ke wajah lalu menarik napas dalam-dalam, berharap kepalanya tak lagi berat setelah memasukkan oksigen sebanyak mungkin ke paru-paru. Namun, upayanya tidak membuahkan hasil. Ketika ia berdiri, tubuhnya hampir limbung sehingga Kalila memutuskan untuk kembali duduk.

Lagi, Kalila menghela napas. Ya, Allah, saya izin absen tahajud malam ini karena sakit. Lantas Kalila kembali bergelung di balik selimut. Ia juga merasa wajahnya sangat panas, terutama di sekitar mata dan hidung sampai-sampai kedua matanya seperti berair.

Ketika azan Subuh terdengar, Kalila menyibak selimut dengan panik. Ia harus segera salat da
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 27: Korban Kedua?

    "Palingan cuma flu biasa, Mir. Sehari istirahat juga sembuh. Kamu sendiri tahu, kemarin aku bolak-balik minum es. Kecapekan juga." Cuaca kemarin saat resepsi memang terasa lebih panas meski pesta diadakan di taman. Akibatnya, Kalila tergoda untuk melahap sup buah dan es krim lebih dari satu porsi sampai perutnya terasa penuh padahal ia belum makan. Beberapa kali Farhan mengingatkan, tetapi Kalila ngeyel. "Jangan menyederhanakan masalah. Awalnya Om Wisnu juga disangka kena asam lambung, ternyata keracunan." Miranti terus berujar panik. Ia melupakan tujuan utamanya menelepon Kalila.Sebenarnya , Miranti menelepon Kalila karena ingin menanyakan nomor ponsel Andromeda. Polisi itu sudah membuat ulah dan Miranti harus menghubunginya. Namun, keadaan Kalila melupakannya dari Andromeda."Gejalanya beda dengan Papa." Kalila bersikeras sembari mengingat keadaan tubuhnya. Ia tidak mual, hanya demam dan pusing. Bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan karena sebabnya jelas. Berbeda dengan Wisnu.

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-20
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 28: Seperti Kena Gendam

    Andromeda tiba di rumah Wisnu hampir bersamaan dengan Miranti, hanya berselang sepuluh menit setelah Miranti datang dan melihat Ratna menyanggah ucapan Wisnu sementara pria itu duduk dengan sorot mata lelah dan wajah sayu. Miranti duduk tidak jauh dari Ratna, mencoba mencerna, apa yang sebenarnya terjadi. "Tidak mungkin Mas Ian dilihat dua orang di tempat yang berbeda, Mbak." Farhan bersuara setelah Ratna selesai bicara. "Prof. Wisnu jelas melihat orang yang memberinya kopi adalah Mas Ian. Sedangkan Aida sendiri bilang kalau papanya baru menjemput setelah magrib. Jadi wajar kalau memang Mas Ian masih di kampus." "Ini lagi ngomongin Mas Ian, OB di kantor Om Wisnu?" Miranti bersuara. Ada benang merah yang terputus di kepalanya sehingga ia belum mengerti sepenuhnya apa yang sedang terjadi. "Iya, Mir. Semalam Mas Ian ditetapkan sebagai tersangka." "Oh, My." Kedua mata Miranti membulat sempurna. Dimainkannya ujung rambut dengan jari seraya menatap Ratna tak percaya. "Andromeda mengat

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-21
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 29: Kesaksian Kalila

    Andromeda duduk dengan kaki kanan berada di atas paha kiri. Ditatapnya Ian lekat-lekat sembari menggigit-gigit ujung Zippo. Puzzle kasus ini hampir lengkap. Siapa naga di balik aksi percobaan pembunuhan Wisnu juga sudah terdeteksi. Hanya tinggal menyambung dengan benang merah dan melakukan pembuktian-pembuktian. Namun, puzzle itu ambyar setelah kesaksian Miranti yang menguatkan alibi Ian. Semua bukti kembali mentah. Andromeda harus menelisik keping-keping puzzle itu satu per satu dan mencari celah kosong yang membuat susunan puzzlenya lowong. . "Mbak Lila kenal baik saya. Dia mungkin bisa meyakinkan Anda kalau manusia dalam video itu bukan saya." Wajah lelah Ian sesaat seperti bercahaya. Ada kilat harapan pada tatap mata yang semula sayu. Tiba-tiba saja sosok Kalila hadir di kepalanya seperti wahyu yang diturunkan Tuhan pada para nabi. Ia bukan nabi, tetapi ide yang baru saja muncul di kepala ia anggap wangsit, pelita di tengah hidupnya yang mendadak suram. Andromeda mengelilingi m

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-21
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 30: Keping-Keping Ingatan Masa Lalu

    Kalila menatap Andromeda sekilas lalu meminta izin memakai mouse yang segera dituruti Andromeda. Kalila memajukan video dan menghentikan di satu titik. "Setahu saya, Mas Ian selalu menyajikan kopi dengan cangkir, bukan gelas." "Bisa jadi saat itu semua cangkir dipakai atau kotor." Gelengan Kalila menyangkal analisis Andromeda. "Papa membawa setengah lusin cangkir dari rumah dan menyimpannya di kantor." "Saya mengerti. Prof. Wisnu tipe orang yang tidak suka berganti-ganti barang." Kembali ketukan ujung pulpen memenuhi ruang interogasi beraroma apel. Wajah Andromeda terlihat suram. Ditatapnya juniornya dengan gusar. Saraf otaknya sudah menemukan di mana titik kesalahan penyelidikannya bermula. "Baik, Mbak Lila. Terima kasih atas waktu dan keterangan Anda. Saya kira cukup sekian untuk hari ini." Andromeda menarik kedua sudut bibir ke atas yang segera dibalas anggukan dan senyum Kalila. Kalila keluar ruang berukuran sembilan meter persegi dengan delapan lubang ventilasi berbentuk pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 31: Ada yang Cemburu

    alila menatap sangsi Farhan. "Beneran sudah nggak apa-apa?" "Bener." Farhan menengadahkan tangan. Kedua sudut bibirnya terangkat. Dengan tatap ragu, Kalila memberikan kunci mobil pada Farhan. Lalu, dalam hitungan menit keduanya sudah berada di luar Sardjito. Belum lama meninggalkan Sardjito, Kalila merasa sangat mengantuk. Ia tidak ingin tidur, tetapi matanya enggan diajak kompromi. Akibatnya, ia sudah terlelap ketika mobil baru saja berada di jalan raya menuju Monumen Jogja Kembali. Sesekali Farhan menoleh, menatap wajah damai Kalila. Di perempatan Monjali, lampu merah menghentikan laju mobil. Lagi, Farhan menoleh. Tangannya terangkat ingin mengusap pipi Kalila. Sempat terhenti sejenak karena khawatir, jari-jari Farhan akhirnya menyentuh sisi wajah Kalila. Farhan tersenyum, mengingat pertemuannya dengan Kalila. Dulu dia gadis SMP yang lucu. Sering datang ke kantor Wisnu sepulang sekolah, duduk di ruang kerja sang papa atau menghabiskan waktu di perpustakaan. Farhan selalu mel

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 32: Ada yang Merayu

    Sempat melihat jarum jam dinding sesaat, Kalila memiringkan tubuh, membelakangi Farhan, lalu memeluk gulingnya. Besok ia harus bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan dan bekal Farhan. Kalila berpikir, dengan mengerjakan tugas-tugasnya sebagai istri, lambat laun ia akan bisa menerima Farhan. Hampir tengah malam ketika Farhan mematikan laptop. Ia harus bertarung dengan hacker yang mencoba membobol ponselnya, Wisnu, dan Kalila. Ia baru bisa tenang ketika penjahat itu tidak bisa lagi menerobos benteng buatannya. Bibir Farhan melengkung saat membaca namanya di daftar kontak Kalila. Beruang Kutub telah berganti dengan Farhan Habibi. Melihat perubahan sekecil itu saja Farhan sudah sangat senang. Setelah berwudu dan salat tiga rakaat, Farhan berbaring di samping Kalila. Kini, perempuan itu menghadapnya. Lama Farhan tercenung. Kedua matanya menatap Kalila. Diusapnya pipi yang selalu kemerahan saat malu atau menyembunyikan sesuatu. Segala yang ada pada Kalila mengingatkan Farhan akan m

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 33: Ada yang Merayu (2)

    Ayunan kaki Kalila berhenti di selasar kampus. Ia baru saja selesai mendaftar ujian skripsi. Kalila masih harus menunggu konfirmasi dari akademik jurusan karena jadwal ujian baru keluar setelah ada kepastian dari empat dosen penguji. Sebenarnya Kalila bisa menggunakan pengaruh Wisnu atau meminta bantuan Farhan agar melobi keempat dosen pengujinya. Apalagi salah satu dari mereka kenal baik dengan Wisnu. Farhan juga pasti mengenal mereka. Namun, Kalila tidak ingin nepotisme. Ia bukan model manusia aji mumpung. Dosen pembimbing utama Kalila pernah menawarkan posisi asisten mata kuliahnya. Sahabat baik Wisnu itu berjanji akan mencarikan jalan untuk menjadi salah satu pengajar di FIB, tetapi Kalila menolak dengan halus. Ia memilih membangun karirnya sendiri. Kalila berharap selepas kuliah bisa lepas dari pengaruh dan bayang-bayang sang papa. Angin berembus cukup kencang saat Kalila duduk di bangku kayu dengan lengan berbentuk lengkung. Cahaya matahari meredup terhalang awam yang mengab

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 34: Kenapa Harus Diakhiri

    “Belum. Om Wisnu baru beres salat Zuhur kayaknya.” “Ya, sudah, makan bareng Papa saja.” "Beres. Eh, camilan kamu pada habis, nih. " Bagi Miranti, mengobrol tanpa ditemani camilan seperti mencintai seseorang dalam diam, sangat ingin mendekap, tetapi tak bisa dijangkau. "Aku nanti mampir bentar buat belanja." "Siip. Memang datang ke rumahmu dalam keadaan lapar tidak pernah salah.” Miranti terkekeh. “See you." Kalila menggeleng seraya memasukkan ponsel ke dalam tas. Ia tersenyum dan melambaikan tangan pada teman yang melintasi halaman menuju gedung utama. Lantas, ia beranjak dan berjalan cepat menuju tempat parkir. Sejurus kemudian, ia memacu motor keluar kompleks kampus sosio humaniora menuju jalan utama.Melewati boulevard, Kalila memperlambat laju motor. Ia berbelok ke supermarket di ujung perempatan di dekat kampus Fakultas MIPA. Terburu-buru memasuki bangunan berpendingin ruangan. Kakinya terayun cepat menuju rak makanan kecil. Dimasukkannya keripik singkong dan macaroni keju

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24

Bab terbaru

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 72: Pertarungan

    Bibir Andromeda melengkung lalu mendekati meja. Ia membungkuk lalu duduk bersila hingga tubuhnya dan Kaivan berada dalam satu garis lurus. Mulutnya masih terkatup rapat sementara otaknya sibuk menakar kekuatan Kaivan dan permainan yang mungkin disiapkannya. Baru saja tubuh Andromeda berada di atas tatami, dinding di samping kirinya tiba-tiba bergeser lalu dua lelaki tegap berjas dan berkacamata hitam keluar dari balik dinding dan berdiri dua meter di belakang Andromeda. “Saya kira kita akan bicara empat mata.” Tatap tajam Andromeda menerobos rongga mata Kaivan. “Rupanya Anda tak seberani yang saya kira. Anda tak lebih dari seekor kecoa.” Andromeda tersenyum meremehkan. Kai tertawa. “Ternyata benar kata orang, Anda polisi bermulut besar.” Pria itu berdecak. “Toh, Anda juga tidak datang sendiri, bukan?” Hiasan gantung di belakang Kaivan tiba-tiba tergulung. Dinding di belakangnya menjelma layar lebar yang memperlihatkan orang-orang Andromeda di sekitar rumah Kaivan. “Saya hitung, ad

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 71: Pertaruhan

    “Kamu yakin negosiasi dengan Kaivan akan berhasil?” Farhan menatap lurus-lurus Andromeda. Seharian ini Farhan harus ikut Andromeda koordinasi terakhir dan simulasi beberapa rencana yang akan mereka lakukan dan itu membuat otak dan fisik Farhan sangat letih, lebih capek dari mengajar selama berjam-jam di depan kelas. Sorot mata pria itu meredup dan digelayuti kekhawatiran juga ketakutan. Musuh mereka bukan kaleng-kaleng, bukan penjahat kelas teri. Andromeda mengangguk yakin. Diseruputnya sisa kopi di dalam gelas. “Aku punya kartu As Kaivan dan Atmaveda grup. Dia tidak akan berkutik di depanku.” “Dia tidak sebodoh yang kamu kira, Da.” “Dia memang tidak bodoh. Tapi aku juga bukan polisi ingusan.” Andromeda menatap keluar jendela ruang kerjanya yang masih dibiarkan terbuka. Diambilnya pulpen dari kemeja kemudian memutar-mutarnya. “Aku pastikan, dia bertemu lawan sepadan.” Pandangan Andromeda kembali tertuju pada Farhan. “Kamu tidak perlu khawatir, Kawan. Semua sudah aku hitung.” Ia be

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 70: Dalam Pelukan Farhan

    halo, hola, readers. Maaf baru update lagi. Kondisi kesehatan dan adanya projek lain membuat saya sedikit menunda waktu update. Semoga teman-teman masih bersedia mengikuti cerita ini. Salam hangat dari Farhan dan Kalila :-) *** Pergi. Mendadak dada Kalila terasa sesak mendengar kata itu. Kepalanya tertunduk dan tangannya meremas tepi rok. Apa saat itu hampir tiba? Kenapa terburu-buru mengurus balik nama rumah dan mobil? Ia anak tunggal. Tidak akan terjadi konflik rebutan harta warisan dengan siapa pun. Tidak mungkin ia akan berebut dengan Farhan. Lagi pula, setahu Kalila harta Wisnu hanya rumah ini dan isinya. Pria itu lebih banyak bersedekah ketimbang menyimpan uang untuk diri dan keluarganya. Wisnu tidak pernah membeli sesuatu berlebih. Semua hanya seperlunya dan kalau benar-benar dibutuhkan. Wisnu tidak akan membeli barang baru jika yang lama masih bisa dipakai. Seandainya ia membeli barang baru, maka barang lama akan ia berikan pada orang lain. First in first out. Begitu prin

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 69: Jatuh Cinta Setiap Hari

    Selepas salat Asar, Farhan melajukan Expander menuju makam. Tanah pekuburan itu sebenarnya terletak di belakang kompleks, tetapi untuk memasukinya harus memutar keluar dulu dari gerbang kompleks kemudian belok kiri memasuki jalan kampung di pertigaan pertama setelah pintu keluar kompleks. Makam itu digunakan oleh warga dua kompleks perumahan dan penduduk di pemukiman belakang kompleks sehingga pintu masuknya berada di depan jalan yang bisa dilewati warga dari ketiga wilayah itu. Sebelum ke makam, Kalila meminta Farhan ke florist yang letaknya lima ratus meter dari pertigaan di mana mereka akan berbelok. "Mama paling suka kalau aku ajak jalan sore-sore." Suara Wisnu terdengar renyah dan hangat. Bibirnya tidak henti menyunggingkan senyum seolah ia benar-benar akan bertemu sang istri yang telah lama terpisah jarak. Farhan menoleh, tersenyum kemudian kembali menatap jalanan. Ia bisa merasakan kegembiraan Wisnu. Andai bisa, dia pun akan mengunjungi makam Mamak dan Bapak sesering mungk

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 68: Keinginan Tersembunyi Wisnu

    Ucapan Wisnu memaku tubuh Kalila. Seperti ada dua tangan yang tiba-tiba keluar dari lantai kemudian memegang erat kakinya sehingga tidak bisa melangkah. Main? Aku main? Dari mana Papa mendapat kata itu? Apakah Bang Farhan telah mengadu pada Papa dan menyebut main setiap kali aku keluar rumah? “Lila nggak pernah pergi main atau nongkrong, Pa.” Kalila menggeser sedikit tubuhnya kemudian duduk di kursi, agak jauh dari Wisnu. Ditatapnya paras sang papa dengan pandangan tak terima. Memang, kadang sepulang meliput, wawancara, atau mengambil foto, ia mampir ke kafe. Biasanya ia akan membuat janji dengan Miranti dan mereka akan mengobrol. Namun, bukan itu tujuan kepergiannya. Apalagi setelah menikah. Jangankan main, hanya ke kampus atau ke kosan Miranti saja Farhan sudah sangat rewel. “Syukurlah kalau kamu tidak melakukannya.” Wisnu menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Ia tahu, Kalila masih ingin bebas. Ia khawatir Kalila melupakan kewajibannya sebagai istri karena terlalu asyik dengan Mir

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 67

    Farhan membiarkan Andromeda pergi tanpa mengantarnya sampai keluar rumah. Kepalanya terlalu penuh dengan berbagai lintasan pikiran dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Ia memilih menyalakan laptop dan membuka data bisnis gelap keluarga Atmaveda. Sampai saat ini ia masih tak habis pikir, dari kota yang katanya paling nyaman dan ngangeni ini, hidup bos mafia yang puluhan tahun menjalankan bisnis ilegal tanpa tersentuh hukum. “Kaivan dan Airlangga tetap akan kami seret ke penjara. Tapi kamu tahu, mereka sangat rapi dalam menyembunyikan kejahatan. Tidak akan mudah membekuk mereka, Kawan.” Ucapan Andromeda kembali terngiang di kepala. Waktu itu, Farhan keberatan jika harus bernegosiasi dengan Kaivan karena itu artinya, ia menukar bukti kejahatan Kaivan dengan nyawanya. Setelah negosiasi, ia dan Wisnu harus diam padahal mereka tahu ada kejahatan besar sedang berlangsung. Farhan tidak bisa membayangkan kehidupan macam apa yang akan dijalaninya ketika harus menyembu

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 66: Seperti Layang-Layang

    Andromeda menatap sengit Farhan sebelum kembali melihat ke arah halaman. “Coba ingat baik-baik, apa ada kata membunuh dalam kalimatku? Apa aku memintamu membunuh anak Kaivan?” Andromeda menekan earpiece di telinga kanannya. Dialihkannya perhatian pada Farhan. “Tuhan memberi otakmu, tolong dipakai untuk mikir yang bener, bukan cuma mikirin Kalila.” “Sial!” Farhan meraih dan mencengkeram kedua lengan Andromeda. Lantas, salah satu kakinya maju ke depan, lalu ia berbalik dan sedikit membungkuk. Diangkatnya tubuh Andromeda dan membantingnya ke lantai perpustakaan yang beralas permadani dari Iran. “Kutu kupret busuk!” Andromeda meringis seraya berusaha bangun. Ia tidak menduga kalau Farhan akan semarah itu. Dielusnya bagian punggung yang sedikit ngilu. “Aku akan balas nanti setelah kamu benar-benar sembuh.” Dilayangkannya tinju ke wajah Farhan yang dengan tangkas berhasil ditangkis pria itu. “Ingat, aku mengalah, bukan kalah!” ujarnya geram. “Berhenti mengejekku atau aku akan melakukan

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 65: Rencana Terakhir

    Farhan terbangun karena dering tak biasa terdengar dari ponselnya. Sebelum bangun, ia menoleh. Kalila masih pulas, tidur dengan kepala di atas lengan Farhan. Dengan hati-hati Farhan mengangkat kepala Kalila agar ia bisa menarik tangannya kemudian meletakkan kembali di atas bantal. Menyibak selimut, Farhan turun cepat-cepat dari ranjang, mengambil ponsel yang ia simpan di atas rak seraya melirik jam dinding. Jam dua dinihari. Sepagi ini sahabatnya sudah menghubungi. "Seperti tidak ada waktu lain saja." Farhan bergumam pelan sambil mengacak rambut. Kumbang JantanSiap-siap rencana kedua.Jam sembilan aku ke rumahmu. Berdiri di samping rak, perhatian Farhan masih tertuju pada layar ponsel meski pesan yang baru saja ia baca sudah dihapus. Hari ini ia berencana menyusun rencana penelitian untuk diajukan ke Dikti dan PIMNAS. Ada beberapa tema penelitian yang sudah lama mampir di kepalanya dan Farhan berharap tahun ini ada salah satu dari tema-tema itu yang bisa ia mulai. Namun, panggila

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 64: Kepergok Papa

    Sambil mengayunkan kaki menuju mobil, diam-diam Kalila tersenyum geli mengingat raut muka Andromeda. Ia masih sempat melihat ke halaman sebelum melajukan mobil meninggalkan kosan Miranti. Memasuki rumah lewat garasi, Kalila masuk kamar untuk mencuci tangan dan kaki. Setelah itu, ia menemui Wisnu dan berbincang sejenak sebelum akhirnya pergi ke dapur. Farhan tidak ada di teras belakang dan kamar. Kalila berpikir pasti pria itu sedang menyiapkan makan malam. "Makasih sudah masak, Bang." Kalila mencium tangan Farhan yang baru saja menata potongan wortel, brokoli, dan kentang rebus di piring. Di meja sudah ada sepiring tempe goreng dan sambal tomat. Dapur dipenuhi aroma kaldu dari panci yang berada di atas kompor. "Puas banget perginya." Farhan tersenyum melihat raut bahagia pada wajah Kalila meski jejak rasa lelah terlihat cukup jelas. Kekhawatiran Kalila seketika lenyap melihat sambutan Farhan. Dibalasnya senyum Farhan lalu mengambil gelas di rak. "Mumpung Miranti masih di sini." Ka

DMCA.com Protection Status