Share

91. Karena Phobia

Juna terbahak-bahak melihat wajah Mei merona merah dan sepasang bola mata indahnya menyorotkan panik. Juna memegangi pergelangan tangan Mei kala wanita itu beringsut ingin menjauh. “Ssst. Mau ke mana? Sini aja, Maemunah. Gue nggak pengen elu pergi. Elu bilang nggak akan pergi selama gue nggak menginginkan elu pergi ‘kan?” Juna terkekeh seraya mengalungkan tangan dan kakinya ke tubuh Mei, memeluk Mei seperti sebuah guling ternyaman dalam hidupnya. Lalu Juna menciumi pipi Mei dengan ujung hidungnya yang mancung.

“Maafin gue, Mei,” bisik Juna kemudian. “Elu pasti syok ngeliat gue seperti itu. Gue nggak pengen semarah itu, Mei, tapi gue lepas kontrol karena ...,” Juna menelan ludah, “gue nggak suka liat elu sedekat itu lagi sama Kevin,” akunya seraya membelai wajah Mei yang membisu. “Elu mau makan ikan hasil bakaran dia, tapi elu menolak hasil bakaran gue. Elu nggak adil, Mei. Itu kan sama-sama ikan. Sama-sama gurame. Sama-sama dibakar. Sama-sama dibumbui, malah bumbu ikan yang gue bawa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status