“Kalau begitu kita pergi periksa saja.” Jawab Sean.Clara menganggukan kepala.Setelah menunggu lama ahirnya pemijat dan ahli obat tradisional datang.“Ini adalah Tuan Abdul tukang pijat tradisional dan obat herbal.” Bibi memperkenalkan diri.“Paman Abdul ini adalah anak dan menantu dari Nyonya, tolong anda periksa.” Bibi mempersilahkan.“Aduh anak muda, sungguh tidak menghargai badan sendiri.” Paman abdul memeriksa denyut nadi Clara, yang terbaring di kasur.“Tidak Paman Abdul, apa sangat parah?” Sean khawatir.“Apa pernah mengalami pilek parah?” Tanya paman abdul sembari berfikir.“Aku jatuh kedalam sungai…” Ucap Clara dalam hati dengan wajah panik.“Hati dan ginjalnya lemah, terlalu lelah, harus istirahat dengan baik.” Paman abdul menerangkan.“Terima kasih Paman.” Jawab Sean.“Nanti aku akan membuat resepku meminta istrimu rajin untuk meminumnya.” Jawab paman abdul.“Kata Mamamu kamu tidak suka bercanda aku mah Tapi aku lihat tidak seperti itu!” Tambah Paman abdul dengan terseny
Rumh Ayah Clara, Clara duduk antai bersama Ayahnya di ruang tamu."Anaku ahirnya akan membuka pameran lukisan." Ucap Ayah melihat karcis masuk pameran yang di berikan Clara."Tunggu kamu terkenal.. aku akan menjual lukisanmu dan pergi keliling dunia!" Tambah Ayah dengan bangga."Ayha terlalu percaya diri kepadaku." Clara menundukan kepala dengan tersenyum pesimis."Tentu saja , kamu kan anaku. jika dia bisa melihat hari ini pasti daia akan senang." Ayah menoleh ke arah Clara dengan ternsenyum senang."Ayah, dokter yang mmeriksa Mama Sean berkata, anaknya saat itu sepertinya sudag tidak bisa di pertahankan lagi, apa kamu benar melihatku lahir?" Clara menoleh ke arah Ayah."Saat aku sampau dirumah sakit..." Ayah berfikir sejenak."Kamy sampai di rumah sakit? bukankah ayah mengantarkanya kerumah sakit?" Clara terkejut."Iya aku yang mengantarkanya ke rumah sakit, karena harus bayar uang rawt inap ,lali aou pergi mencari ATM bank untuk mengambil uang." Ayah Clara bercerita panjang lebar.
"Berani melakukanya maka berani mengakuinya, kamu sendiri salah, jangan berkata tutur kata orang yang bermasalah." Jawab Ayah Clara."Aku hanya ingin menayakan padamu, apa kamu tahu bahwa mereka sedang pacaran?" Ayah Sean masih menahan amarahnya."Aku tahu, aku tidak setuju!" Teriak Ayah Clara sembari memalingkan wajahnya."......" Sean dan Clara hanya terdiam tanpa kata sembarin menoleh kanan kiri melihat Ayah mereka yang bertengkar."Aku masih ada teman disisni, kalian pelan - pelan nikmati kunjungan kalian sja." Ayah Sean berbalik meninggalkan Ayah Clara yang maih kesal."Barang macam apa kamu ini, ini adalah pameran lukisan anaku, kamu jangan menganggap dirimu sebagai tuan rumah, selalu saja begitu!!!" Ayah Clara dengan kesal berteriak sembari mnegajungkan jari tengah ( tanda menghina)."Apa ini kecemburuan saingan cinta yang saling bertemu?" Ucap Sean dan Clara dalam hati.Keesokan harinya."Bos, Tuan besar ada yang ingin didiskusikan pada anda , segra turunlah." Vino menyusul Se
“Kenapa jalanmu tidak bersuara! apa kamu ingin mngjutkanku." Teriak Mama tiri sean dengan marah kepada pelayan.“Tadi saya sudah memanggil nyonya beberapa kali, Nyonya tiak menghiraukanku.” Pelayan menundukan kepala dengan sopan.“Bagaimana apakah kamu sudah memeriksa, apa yang sedang di lakukan Clara saat ini?” Tanya Mama tiri Sean.“Nona Clara saat ini sedang menggambar di kamar besar, di mana Tuan Muda melarang siapapun memasuki ruangan.“Bukankah itu kamar melukis, Mama Ratna, Sebelum meninggal? Sebenarny apa yang akan Sean lakukan?” Tanya Mama tiri Sean di dalam hati.“Haaaaaaaaaa…hantu!!!!” Mama Tiri Sean berteriak sembari menunjuk wanita di kejauhan mengunkan baju berlumuran warna merah.Villa Sean.“Nak, Apa Mama boleh memberishkan kamar itu. Aku merasa itu sedikit berdebu.” Tanya Mama tiri Sean, yang melihat Sean di depan pintu kamar Mama kandunya.“Tidak perlu, jika dirumah merasan searam, jangan samapai ada orang yang mendekatinya.” Sean menjawab dengan muka datar.“Baik,
"Anak kembar itu bukan Mamaku yang melahirkanya kan?" Tanya Sean."Bukan, saat adiku menikah, dia melahirkan anak kembar perempuan, dan di tolak oleh keluarga lainya." Ucap Laki - laki paruh baya sembari menundukan kepalanya."Ibuku tidak berdaya, juga tidak ingin Mamamu sedih kehilangan anaknya, ahirnya hanya bisa memberikan anak itu kepada Mamamu." Tamabahnya."....." Clarab terdiam tanpa kata."Oke, terimakasih kamu sudah memberitahuku kenyataannya." Sean merangkuln bahu Clara untuk menguatkanya.Didalam mobil yang melaju."Apa kamu mau pergi bertemu dengam orang tua kandungmu?" Sean memegsng tangan Clara dengan lembut."Sejujurnya, beberapa tahun inin yang menjagaku adalah Ayah,aku sudah menganggapnya sebagai saudara,sekarang atiba - tiba mengetahui indentitas diri sendiri rasanya tidak terbiasa." Clara berusaha tersenyum menceritakan suasana hatinya."Cuaca bagus hari ini, aku menjakmu ke gunung untuk membuat seketsa bagaimana? kebetulan aku ada perlu. makan siang kita kerrstor
"Heheh, Saat itu aku sudah memeriksanya, adalah keuangan dari arsistektur." Clara dengan bangga menceritakan investigasinya."Apa kamu curiga, bahwa uang ini ada hubunganya dengan EL dan Cleo?" Tanya Sean."Setelah dipikir - pikir, aku selalu merasa bahwa Mama tirimu tidak dapat menggunakan begitu bahyak uang, dia mengguankan yayasan untuk menransfer uang satu per satu, dan itu pasgti diberikan kepada Cleo." Clara mengangguk - angukan keplanya."Menurutmu buat apa dia mengambil uang sebanyak ini?" Sean spontan berdiri."Menurutku jika bukan judi, makan menghirup narkoba." Clara menerka - nerka dengan wajah berfikir."Ini adalah petunjuk, jangan khawatir, Cleo, aku akan menbiarkan dia membayar apa yang sudah dia lakukan." Sean tersenyum jahat.Villa Atmaja, Kamer Cleo."Tok..tok...tok." Sean mengetuk kamar Cleo."Siapa?" Cleo dengan marah membukakan pintu."Hali Tuan muda kedua, manajer memberimu anggur merah." Seam membawakan anggur merah di tanganya."Bruk..." Sean mendorong Cleo de
"Kamu sungguh santai, dirumah sudah berantakan seperti ini?" Ucap Ayah Sean dengan marah."Rumah berantakan, apa kamu yang melakukanya? jika bukan kamu yang melakukanya, apa hubungannya dengan dirimu?" Sahut Clara sembari menengok ke arah Sean."..." Ayah Clara terdiam tanpa kata."Adi Atmaja, apa kamu tidak ingin menaktrirku minum teh?" Sahut Ayah Clara dari bekalang."Tempatnya sederhana terserah kamu mau apa tidak?" Tambah Ayah Clara.Tempat santai."Alexi, masalah sudah lewat begitu lama, teman - teman lama satu persatu sudah tidak ada, kita berbaikanlah." Ucap Ayah Sean membuka percakpan, melihat Ayah CLara menuangkan segelas teh di depanya."Boleh, beritahu diriku bagaimana Clara bisa mati." Ayah Clara meletakan teko di tanganya."....., Mamanya Sean, Ratna dia bunuh diri." Jawab Ayah Sean diam sejenak."..." Clara bersama Sean terdiam di kejauhan,mendengar jawaban Ayah Sean."Katamu Mamaku bunuh diri? kenapa bisa bunuh diri? dari awal kenapa tidak mnegatakanya, apa yang di semb
"Beritahu kepada mereka bahwa aku tidak sempat untuk pergi." Ucap Clara."Baik." Resepsionis menjawab masih dengan ekspresi tercengang."Bukankan Guru Clara dan juga Dion adalah muridn seperguruan? apakah hubungan mereka tida baik." Ucap resepsionis dalam hati."Adik sepertguruan , kiya dari sekolah yang sama, ini adalah pameran yang sangat penting bagiku, kamu tidak datang, apakah masih membenciku?" Dari belakang Dion mendekati Clara."Buat apa kamu kesini?" Clara menjawab dengan nada ketus."Akun keissni khusus untuk mengundangmu ke pameran, tak kusangkan tadi sudah mendengar penolakanmu." Jawab Dion dengan nada menyindir,"Kamu sudah mendengarnya, masih tidak mau pergi?" Clara menoleh dengan ekspesi menghina."Adik seperguruan, aku rasa kamu tidak perlu begitu untuk menarik perhatianku, hubungan di antra kita..." Dion menjawab dengan nada lembut menampilkan senyum terbaiknya."Tunggu! berhenti!" Clara dengan sigap menutup mulut Dion dengan tanganya."Kamu bilang apa? aku begitu te
Villa belakang."Tap.. tap..tap." Suara langkah kaki."Kreeekkkk... krekkk." Suara pintu terbuka."Hiks..hiks..hiks." Suara tangisan seorang perempuan."Hahhhh." Clara terbangun dari tidurnya."Hah... Hah..Hah." Clara bangun terduduk dengan wajah terkejut.Sean yang sedang membaca berkas di samping Clara yang tertidur pulas, terkejut melihat Clara tiba - ntiba bangun dengan wajah ketakitan"Istriku, kamu kenapa?" Tanya Sean yang penasaran."Aku berteu dengan Ibumu di mimpi, dia menangis di kamarnya di kastil belakang." Jawab Clara dengan cemas."...." Sean terdiam sejenak."Bagaimana kalau kita pergi melihat ibu?" Tanya Sean merangkul Istrinya."Baiklah." Jawab Clara.Pemakamanan muslim."Ma, aku membawa Menantumu, untuk melihatmu." Sapa Sean di pusara ibumnya."Mama mertua, ini bunga untukmu, aku harap mama menyukainya." Ucap Clara dengan lembut."Kruyuk..kruyuk. ah aku lapar." Ucap clara sembari memegang perutnya."Maaf ma, ahir - ahir ini dia begitu pemalas hanya makan dan tidur sa
"Apakah i uku pernah kesini dulu?" Tanya Sean melihat kearah Ayah Sean."Tempat ini miliknya, kami membelinya ketika baru menikah, tetapi setelah ada kamu, dia tidak ingi datang sejauh ini." Jawab Ayah Sean mengangkat kepalanya melihat pemandangan."Di hari ulang tahunmu yang kesebelas, aku berjanji akan membawamu ke ke perkebunan saat cuaca musim semi, tapu itu tidak pernah terjadi." Ayah Sean membalikan pandanganya ke arah Sean dengan wajah bersalah."Maaf." Tambah Ayah Sean."Tapi ini tidak terlalu terlambat." Ayah Sean memegang pundak Sean."Sejujurnya jika kembali keawal, aku masih tidak setuju kalian menikah." Tambah Ayah Sean.Di kejauhan Clara menguping perbincangan Ayah dan anak yang bercengkrama asik."Gadis yang terobsesi dalam lukisan itu memiliki pikiran yang sederhana, aku bukan tidak mempercayai kamu akan menjadi pria yang baik, tapi di dalam kehidupan penuh perasaan, penuh dengan rintangan yang tidak pasti." Ayah Sean menghela nafas panjang."Terutama .... dia sangat m
"Tunggu aku tahu, kalian menginginkan uang, kan! suamiku adalah orang kaya dan ada foto kami di berita! tidakah kamu ingin menghasilkan lebih banyak uang?" Teriak Clara dengan wajah panik."Apa yang di akatakan benar." Laki - laki muda memperlihatkan ponsel di taganya."Hubungi suamimu, 3 miliar, dan kirim bersama dengan 5 miliar untuk anak ini." Ucap laki - laki paruh baya menyodorkan posel ke rah Clara."Halo, sayang... mereka igin 3 miliar dan di transfer ke rekening bersama dengan tebusan anak - anak." Ucap Clara di telefon Sean."Clara, dimana posisi kamu?" Sean menjawab dengan tenang."Ahhhhhh...."Teriak Clara kaget, ponselnya di ambil paksa."Ponsel.....!" Teriak Clara."Swosssss..." Penculik menjambak rambut Clara dengan cepat."Apa maksud dari kata - katamu terakhir?" Teriak penculik masih menjambak rambut Clara dengan kasar."Aku mengatakan kepadanya... harus menyelamatkanku..." Jawab Clara sembari menahan rasa sakit dikepalanya."!" Sean melihat ponselnya dengan kesal."Po
Kamar pengantin. "Sayang, apa yang sedang kamu tulis?" Tanya Clara keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya. "Bukankah kita akan menghabiskan bulan madu besuk? aku sedang meyusun rencana perjalanan kita." Jawab Sean menoleh kerah Clara. "Baiklah." Clara duduk di atas tempat tidur. "Srrrruuuuuuurrrr." Suara mesin pengering rambut yang dinyalakan Sean. "Fiuhhhh." Suara rambut Clara yang berkibaran. "Cleguk.." Suara Sean menelan lidah melihat pemandangan dua gunung indah di depanya. "Sudah selesai?" Tanya Clara melihat Sean mematikan mesin pengering rambutnya. "Suamiku..." Sean berjalan maju dan tanpa kata kata terus menindih Clara yang berada di bawahnya. "Muaccchhhh...heeemmmzz...Muaaacch." Sean mencium leher Clara berjalan terus ke bawah hingga area terlarangnya. "AHhhhh...." Tangan Sean yang aktif meraba membuat Clara mengikuti alunan surga dunia. "Ahhhhhh...emmmmsss." Suara desahan Clara yang semakin menjadi. Bandara. CLara berjalan dengan langkah kaki bera
"Mungkin seharusnya Ayah juga harus berfikir bahwa aku sedang menyelamatkan hidupku, dengan begitu kamu bisa merasa baik." Jawab Sean santai."Aku yang tidak perduli dengamu..." Ayah merasa bersalah."Ayah selalu berbicara dengan baik, jika Ayah benar - benar berfikir seperti itu, Ayah tidak akan mempersulit Ayah mertuaku seperti itu." Jawab Sean kembali."Aku melawanya, itu adalah dendam antara aku dan dia, itu tidak ada hubunganya denganmu dan Nona Clara." Ayah menundukan kepalanya."Pernikahan tanpa orang tua sama sekali tidak bagus, jika kamu tidak keberatan kirimkan undangan untuku." Tambah Ayah Sean sembari meneteskan air mata."Ayah tulus?" Jawab Sean dingin tanpa ekspresi." Tentu saja! jika aku membuat masalah, aku akan .. menyuruh Alexi menamparku!" Ayah menjawab dengan nada tinggi, terkejut dengan jawaban Sean yang dingin.Rumah Ayah Clara." Cepat, cepat aku memohoya untuk berpartisipasi, aku akan melihat dia apakah dia dapat menahan diri dan tidak embuat masalah, jika dia
"Tidak ada apa -apa..." Clara menjawab sembari menghela nafas panjang."Masalag toko, aku sudah mencari orang dan menanyakanya." Sean menghapiri istrinya yang terduduk lelah."Aku sudah mengurusnya, jangan khawatri tentang hal ini, dia hanya tidak ingin kita bersama." Sean berjongkok sembari memegang tangan Clara dengan lembut."Dia benar - benar melakukan hal seperti itu untuk memisahkan kita!" Clara menjawab dengan wajah kesal."Jangan membahasnya lagi, tadi weding organizer bertanya kepada kita kontak hadian pernikahan apa yang kita inginkan, kamu bantu aku memilihnya, ya?" Tanya Sean duduk di samping Clara."Menurutmu mana yang lebih bagus?" Sean memperlihatkan gambar di ponselnya."Apakah kamu sudah selesai berlatih sekarang, mengapa kamu marah tidak marah tentang apapun?" Clara clara heran sembari memegang pipi Sean."Ini semua karena dilatih, sayang, aku hampir sekarat dan aku tidak melihatnya menegakan keadilan, apa yang yag kuharapkan?" Sean tersenyum melihat istrinya yang ke
"Setiadaknya kita tahu bahwa Si Breng*ek itu, Mama tiri yang sangat kejam, bahkan dia bisa melakukan hal - hal yang bisa membunuh orang." Sean menghela nafas."Omong kosong! kali ini dia menggunakan racun, lain kali dia mungkin akan memotongmu dengan pisau!" Teriak Clara kesal mendengatr jawabann Sean yang terlalu santai."Kalau begitu aku akan bertanya kepada tuan besar tentang proyek kerjasama rumah sakot yang dibicarakan sebelumnya, dengan begini aku akan memiliki rumah sakit sendiri, aku mungkin tidak perlu mengeluarkan uang lagi jika masuk rumah sakit." Sean kembali menjawab dengan santai."Kamu masih memiliki mood untuk bercanda!" Clara dengan keras memukul - mukul dada Sean."Hahaha, Sudah - sudah , jangan marah lagi, tentu saja aku membencinya, tapi aku tidak ingin kebencian ini mempengaruhi hidupku." Sean tertawa melihat tingkah istrinya."Istriku, kamu lihat, pernikahan kurang dari sebulan lagi." Sean memberlihatkan file di Hpnya."Oh iya perikhan tingga sebulan lagi, bagaim
"...." Vanessa terdiam dengan ekspresi."Polisi aku mnginggat seuatu." Ucap Vanessa sembari menundukan kepala.Keidaman Adiatmaja."Dimana Gery." Tanya mama tiri Sean kepada pelayan. "Gery sedang bersama pelayan, pagi tadi dia mengatakan akan pergi kesekolah, setelah dimarahi olehmu dia tidak nakal lagi." Ucap Pelayan di samping mama tiri yang sedang duduk merias diri."Kamu pergi panggil Gery ke sini, temuka seseorang untuk mngantar Gery kerumah lama orang tuaku, tidak, aku sendiri yang akan mengantarnya, jangan mengatakan kepada siapaun."Dreeet...Dreeett." Suara Hp yang berbunyi."Halo, nyonya polisis mencari anda." Suara hari telefon."Aku mengerti." Jawab Mama tiri singkatKantor polisi. Ruang intrigasi."Nyonya Sean, makan malam keluarga hari itu, saar sebelum dan sesudah pai susu disajikan, apa yang telah kamu lakukan?" Tanya polisi wanita mengintrogasi Mama tiri Sean."Aku melihat para tany sudah tidak menggerakan sendoknya lagi, jadi aku pergi ke dapur , dan memberitahu Vane
"Sean!" Clara berteriak senang dengan mata berkaca - kaca."Kamu mengejutkanku setengah mati." Clara menagis dengan kecang."Istriku, jangan menangis lagi yan , biar kulihat dirimu." Sean menyeka air mata Clara dengan lembut."Hmm, akirnya sudah bisa membuatmu mencicipi rasa kehilangan diriku, dendam lama ini, ahirnya sudah kubalaskan." Tambah Sean menggoda Clara."Kamu ini kenapa begitu pendendam?" Clara membuang muka, berakting marah dengan mengemaskan."Kamu tenang saja, aku pasti akan menangkap orang yang telah memberimu racun itu." Ucap Clara penuh semangat."Clara, kamu pergi dan istirahatlah, aku akan menjaganya disini." Sahut Ayah Sean berjalan masuk keruangan inap, bersama Ayah Sean."Baiklah, kalau begitu aku akan pulang dan membawakan beberpa pakaian ganti,disini kuserahkan padamu, Ayah." Jawab Clara lega."Apakah kamu yang melakukanya?" Tanya Ayah Clara, sembari menunjuk Sean yang terbaring di tempat tidur."Kamu sudah gila! Bagaimana mungkin aku mencelakai putra kandungku