"Beritahu kepada mereka bahwa aku tidak sempat untuk pergi." Ucap Clara."Baik." Resepsionis menjawab masih dengan ekspresi tercengang."Bukankan Guru Clara dan juga Dion adalah muridn seperguruan? apakah hubungan mereka tida baik." Ucap resepsionis dalam hati."Adik sepertguruan , kiya dari sekolah yang sama, ini adalah pameran yang sangat penting bagiku, kamu tidak datang, apakah masih membenciku?" Dari belakang Dion mendekati Clara."Buat apa kamu kesini?" Clara menjawab dengan nada ketus."Akun keissni khusus untuk mengundangmu ke pameran, tak kusangkan tadi sudah mendengar penolakanmu." Jawab Dion dengan nada menyindir,"Kamu sudah mendengarnya, masih tidak mau pergi?" Clara menoleh dengan ekspesi menghina."Adik seperguruan, aku rasa kamu tidak perlu begitu untuk menarik perhatianku, hubungan di antra kita..." Dion menjawab dengan nada lembut menampilkan senyum terbaiknya."Tunggu! berhenti!" Clara dengan sigap menutup mulut Dion dengan tanganya."Kamu bilang apa? aku begitu te
"Stop...Selaian kaeyawan, dilarang masukdari belakang panggung!" Satpam memberhentikan langkahnya yang terus mengejar wanita yang mirip denganya."Apakah itu kamu?" Tanya Clara dalam hati.Kamar, Clara duduk di atas tempat tidur." Istriku, bagaimana dengan dramanya?" Tanya Sean berjalan menuju Clara."Iya, lumayan." Clara mernjawab dengan nada tidak semangat.Sean duduk disamping Clara." Hari ini sepertinya aku melihat kakaku." Clara membua cerita dengan semnagat."Kapan?" Sean terkejut."Di teater , meskipun tidak terlalu jelas, tapi aku yakin pasti dia!" Clara bercerita dengan semangat."Itu mungkin karyawan teater, atau orang yang datang untuk menonton, jika kamu ingin mencarinya, seharusnya tidak sulit..." Tanya Sean."Tidak, aku tidak ingin mencarinya." Clara menggelengkan kepalanya."Saat da melarikan diri dari pernikahan, tidak ada kabar sama sekali , pasti dia sudah merencanakanya dengan sangat baiak, sekarang sudah sesuai apa yang diimpikan , aku tidak ingin menggangunya."
"Ayah!" Sapa Clara sembaeri menoleh kerah belakang."Ayah, ini adlaah manajerku kak April.." Clara memperkenalkan manajernya."..." Manajernya senyum dengan ramah."Deg..." Ayah Clara tersipu malu, jantung berdetag dengan sangat kencang."Apakah Ayah sedang jatuh cinta?" Tanya Sean dalam hati melihat Ekspresi mertuanya."Ayah, jangan melamun!" Senggol Clata."Ahh." Ayah kembali tersadar."Halo, apa kabar? aku adalah Ayah Clara..." Ayah mengajukan jabatan tangan."Salam, Clara begitu imut, ternyata Ayahnya seoarang paman tampan." April membalas jabat tangan Ayah Clara."Lihat Ayah." Sean memberi kode Clara."Aaa!" Clara terkejut."Ayahku... suka dengan kak April." Ucap Clara dalam hati."Siapa yang bertanggung jawab disini? siapa yang mengizinkan kalian membuka pameran? apa kalian sekelompk orang yang mematuhi hukum!" Teriak pemuda beserta ajudanya mausk dengan berteriak."Ada apa?" Tanya Sean."Kita telah melaporkan kegiatan kita kepada persatuan museum seni, jadi kegiatan kita tida
"Aku selalu merasa, Mama tiri Sean memeiliki niat bururk." Ucap Clara dalam hati sembari berfikir sejenak. Pameran. " Tes..tes..tes." Suara air yang menetes dari sisa pemadam kebakaran tadi malam. "untuk kamu menyuruh orang untuk menurunkan blukisanya, kalau tidak semuanya pasti akan sudah basah kuyup dengan jumlah air yang sangat besar." Ucap April. "Pagi hari ada orang yang membuat masalah, malam hari terjadi kebakaran, bukankah kedua hal ini terlalu jelas untuk mnejadi sebuah kebetulan?' Tanya Clra dalam hati sembari memegang air yang berada di dinding. "Belum lagi pameran masih harus terus berlanjut, prioritas utama kita saaat ini adalah menemukan ruangan pameran baru." Ucap Clara menoleh kearah masnajernya. ruang pameran harus dipesan berbulan - bulan sebelumnya dulu, dan mungkin sulit bagi kita untuk menemukan ruang pameran yang sudah jadi sekarang." Tanya April. "Panti Asuhan bagaimana? didalamnya ada sebuah aula yang sangat besar, cukup untuk meletaklan beberapa lukisan
Keesokan hari setelah pertempuran ganas, Clara sudah berada di dalam mobil."Itriku, hari ini kamu uruslah pameran dengan baik, sepulang kerja aku akan menjemputmu." Ucap Sean dari luar mobil."Iya." Jawab Clara singkat.Pameran."Clara, ada orang yang mengirimkan bahan lukisan kemari." April memberi tahu."Bagaiman kabar Zee ahir - ahir ini?" Tanya Clara melihat sahabatnya Celia."Dia ua, meski masih merajuk karena kebebasanya masih terbatas, tapi dokter bilang kalau dua bulan lagi paku baja uang ada di pahanya diambil dan bisa mulai membaik." Jawab Cellia memghela nafas lega, sembari menyerahkan bahan melukis."Itu tidak begitu buruk, rumah kami sudah selesai di pasang perabotan, saat pindah nanti kalian..." Jawab Clara belum menyeleaikan ucapn ya."Dion disana." Cellia menunjuk bekang Clara."Apa kamu mengundanhya kemari." Tambah CLara."Tidak dundang." Clara malas menjawab."Adik seperrguruan , ku denga pameranmu terlah terjasi masalahdan pindah kemari, kalau kamu bilang kepadau,
"Barang - barang di villa belakang harus dibawa keluar, kalau ada kesempatan, ingatlah untuk membawa keluar botol obat itu." Ucap Clara."Baik, aku sudah ingat." Jawab Sean menoleh kearah Clara.Villa belakang, Ayah Sean berdiri di depan meja rias."Ada beberapa bukti rahasaia yang lebih baik dibiarkan berlalu seiring berjalanya waktu." Ucap Ayah Sean.Pameran."Piere seorang jurnalis dari p-rancil menuduh Clara meniru lukisan pelukis ternama Dion, demi menikahi keluarga kaya." Postingan di berbagai media sosial."Clara, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya darma gelisa."Kamu bantu aku menghubungi Dion, bilang saja aku ahir - ahir ini sedang mengalami nasib buruk, jadi perlu bertemu dengannya." Peritah Clara.Kantor Dion."Tuan Dion ada di studio di dalam, jain kamu bisa langsung ke sana." Sapa asisten Dion dengan sopan."Bukankah kakak seperguruan baru saja membuka pameran lukisan? kenapa sekarang berkarya lagi?" Tanya Clara berjlan menuju Dion yang sedang melukis di kanvas
"Bukankah kamu nilang keberuntunganmu sudah habis? ini ku beikan gelang keberuntungan padamu." Sean mengeluarkan sebuah gelang kecil."Kamu .. sudah mngetahunya?" Clara duduk di samping Sean." Apa yang harus aku ketahui?" Sean dengan sewot menolehkan kepala menghindari Clara."Kakal, ... aku sedang membalas dendam." Clara merayu Sean sembari memang wajah memelas.Keesokan hari."Kalai kamu ada waktu boleh menghubungi orang - orang yang ada disisi Dion." Perintah Sean melihat Vino Sedang menunggu Clara."Aku mengerti, penjaga gedung studionya, tidak menutup kemungkinan ada orang yang aku kenal." Jawab Vino mengerti." Jangan melihat bentuknya yang kecil, tapi sekali terkena bsa membuat orang pingsan, jadi kamu harus selalu hati - hati agar tidak melukai diri sendiri secara tidak sengaja." Sean menghadang Clara memberikan setrum listrik yang mungil." Iya." Jawab Clara patuh.Didalam mobil."Kak Vino, pergi ke studio Dionkan?" Tanya Clara."Kamu bahkan mengetahui hal ini? Sean yang mem
"Apa kamu masih berfikir tidak memakai baju?" Teriak Sean dengan marah. "..." Sean mengambil Flasdiks di sakunya menancapkan ke CPU komputer untuk mengambil data. "Clara ambilkan sebotol minuman kesini." Perintah Sean. "Baik." Jawab CLara dengan patuh. "Pyurrrrrr." Sean menuangkan minuman ke atas komputer setelah menjalin semua data yang ada. "Sean, caramu ini sungguh terlalu kejam, Dion pasti mengira ada orang yang sengaja terlah menjatuhkan minuman di atasnya." Ucap CLara melihat komputer yang basah kuyup dan mati total. Hari selanjutnya di resto yang sudah di pesan, Clara dan Dion bertemu. "Ada maslah apa Kakak senior ingin bertanya?" Tanya Clara berakting polos. "Apakan Dion sudah mengetahui kalau aku yang telah mengutak -atik komputernya?" Tanya Clara dalam hati, berusaha bersikap tenang. "Lukisan, Pemandangan yang kamu bawa kemari terakhir kali sangat bagus, berapa banyak lagi yang kamu lukis sebelum pameran kecilku di mulai?" Tanya Dion tanpa basa - basi. "Sekarang su