Keesokan hari setelah pertempuran ganas, Clara sudah berada di dalam mobil."Itriku, hari ini kamu uruslah pameran dengan baik, sepulang kerja aku akan menjemputmu." Ucap Sean dari luar mobil."Iya." Jawab Clara singkat.Pameran."Clara, ada orang yang mengirimkan bahan lukisan kemari." April memberi tahu."Bagaiman kabar Zee ahir - ahir ini?" Tanya Clara melihat sahabatnya Celia."Dia ua, meski masih merajuk karena kebebasanya masih terbatas, tapi dokter bilang kalau dua bulan lagi paku baja uang ada di pahanya diambil dan bisa mulai membaik." Jawab Cellia memghela nafas lega, sembari menyerahkan bahan melukis."Itu tidak begitu buruk, rumah kami sudah selesai di pasang perabotan, saat pindah nanti kalian..." Jawab Clara belum menyeleaikan ucapn ya."Dion disana." Cellia menunjuk bekang Clara."Apa kamu mengundanhya kemari." Tambah CLara."Tidak dundang." Clara malas menjawab."Adik seperrguruan , ku denga pameranmu terlah terjasi masalahdan pindah kemari, kalau kamu bilang kepadau,
"Barang - barang di villa belakang harus dibawa keluar, kalau ada kesempatan, ingatlah untuk membawa keluar botol obat itu." Ucap Clara."Baik, aku sudah ingat." Jawab Sean menoleh kearah Clara.Villa belakang, Ayah Sean berdiri di depan meja rias."Ada beberapa bukti rahasaia yang lebih baik dibiarkan berlalu seiring berjalanya waktu." Ucap Ayah Sean.Pameran."Piere seorang jurnalis dari p-rancil menuduh Clara meniru lukisan pelukis ternama Dion, demi menikahi keluarga kaya." Postingan di berbagai media sosial."Clara, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya darma gelisa."Kamu bantu aku menghubungi Dion, bilang saja aku ahir - ahir ini sedang mengalami nasib buruk, jadi perlu bertemu dengannya." Peritah Clara.Kantor Dion."Tuan Dion ada di studio di dalam, jain kamu bisa langsung ke sana." Sapa asisten Dion dengan sopan."Bukankah kakak seperguruan baru saja membuka pameran lukisan? kenapa sekarang berkarya lagi?" Tanya Clara berjlan menuju Dion yang sedang melukis di kanvas
"Bukankah kamu nilang keberuntunganmu sudah habis? ini ku beikan gelang keberuntungan padamu." Sean mengeluarkan sebuah gelang kecil."Kamu .. sudah mngetahunya?" Clara duduk di samping Sean." Apa yang harus aku ketahui?" Sean dengan sewot menolehkan kepala menghindari Clara."Kakal, ... aku sedang membalas dendam." Clara merayu Sean sembari memang wajah memelas.Keesokan hari."Kalai kamu ada waktu boleh menghubungi orang - orang yang ada disisi Dion." Perintah Sean melihat Vino Sedang menunggu Clara."Aku mengerti, penjaga gedung studionya, tidak menutup kemungkinan ada orang yang aku kenal." Jawab Vino mengerti." Jangan melihat bentuknya yang kecil, tapi sekali terkena bsa membuat orang pingsan, jadi kamu harus selalu hati - hati agar tidak melukai diri sendiri secara tidak sengaja." Sean menghadang Clara memberikan setrum listrik yang mungil." Iya." Jawab Clara patuh.Didalam mobil."Kak Vino, pergi ke studio Dionkan?" Tanya Clara."Kamu bahkan mengetahui hal ini? Sean yang mem
"Apa kamu masih berfikir tidak memakai baju?" Teriak Sean dengan marah. "..." Sean mengambil Flasdiks di sakunya menancapkan ke CPU komputer untuk mengambil data. "Clara ambilkan sebotol minuman kesini." Perintah Sean. "Baik." Jawab CLara dengan patuh. "Pyurrrrrr." Sean menuangkan minuman ke atas komputer setelah menjalin semua data yang ada. "Sean, caramu ini sungguh terlalu kejam, Dion pasti mengira ada orang yang sengaja terlah menjatuhkan minuman di atasnya." Ucap CLara melihat komputer yang basah kuyup dan mati total. Hari selanjutnya di resto yang sudah di pesan, Clara dan Dion bertemu. "Ada maslah apa Kakak senior ingin bertanya?" Tanya Clara berakting polos. "Apakan Dion sudah mengetahui kalau aku yang telah mengutak -atik komputernya?" Tanya Clara dalam hati, berusaha bersikap tenang. "Lukisan, Pemandangan yang kamu bawa kemari terakhir kali sangat bagus, berapa banyak lagi yang kamu lukis sebelum pameran kecilku di mulai?" Tanya Dion tanpa basa - basi. "Sekarang su
"Terkadang ucapan Sean juga tidak enak di dengar,tapi kamu harus ingat, kamu bkan dirimu sendiri..' Mama Tiri memegang tangan Vanesa."Bibi, sebaiklanya aku menjauh darinya." Vanesa berjalan sembari menyeka air matanya."Bahkan tekanan seperti ini pun kamu tidak bisa menerimanya, pantas saja kamu tidak membuat kemajuan apapun." Ucap mama tiri sini.Dua hari kemudian, keluarga besar Adiatmaja berkumpul di ruang makan, ditemani hindangan yang beraneka macam."Kakak sepupu, kenapa Sean dan Nona Clara yang sudah berkencan begitu lama, masih belum pernah mendengarmu membicarakan soal pernikahan?" Tanya Perempuan berambut pendek yang duduk di sebelah ayah Sean, yang masih keluarga degan ayah Sean."Oh, aku hanya merasa kedua orang muda itu masih belum memikirkan waktu untuk menikah." Ayah Sean mencari alasan dengan cepat."Kakak sepupu, kamu juga memikirkan usiamu, masih membiarkan mereka terlarut dalam masa berpacaran, kapan kamu menggendong cucu." Wanita berambut pendek kembali menyindir
"Sean!" Clara berteriak senang dengan mata berkaca - kaca."Kamu mengejutkanku setengah mati." Clara menagis dengan kecang."Istriku, jangan menangis lagi yan , biar kulihat dirimu." Sean menyeka air mata Clara dengan lembut."Hmm, akirnya sudah bisa membuatmu mencicipi rasa kehilangan diriku, dendam lama ini, ahirnya sudah kubalaskan." Tambah Sean menggoda Clara."Kamu ini kenapa begitu pendendam?" Clara membuang muka, berakting marah dengan mengemaskan."Kamu tenang saja, aku pasti akan menangkap orang yang telah memberimu racun itu." Ucap Clara penuh semangat."Clara, kamu pergi dan istirahatlah, aku akan menjaganya disini." Sahut Ayah Sean berjalan masuk keruangan inap, bersama Ayah Sean."Baiklah, kalau begitu aku akan pulang dan membawakan beberpa pakaian ganti,disini kuserahkan padamu, Ayah." Jawab Clara lega."Apakah kamu yang melakukanya?" Tanya Ayah Clara, sembari menunjuk Sean yang terbaring di tempat tidur."Kamu sudah gila! Bagaimana mungkin aku mencelakai putra kandungku
"...." Vanessa terdiam dengan ekspresi."Polisi aku mnginggat seuatu." Ucap Vanessa sembari menundukan kepala.Keidaman Adiatmaja."Dimana Gery." Tanya mama tiri Sean kepada pelayan. "Gery sedang bersama pelayan, pagi tadi dia mengatakan akan pergi kesekolah, setelah dimarahi olehmu dia tidak nakal lagi." Ucap Pelayan di samping mama tiri yang sedang duduk merias diri."Kamu pergi panggil Gery ke sini, temuka seseorang untuk mngantar Gery kerumah lama orang tuaku, tidak, aku sendiri yang akan mengantarnya, jangan mengatakan kepada siapaun."Dreeet...Dreeett." Suara Hp yang berbunyi."Halo, nyonya polisis mencari anda." Suara hari telefon."Aku mengerti." Jawab Mama tiri singkatKantor polisi. Ruang intrigasi."Nyonya Sean, makan malam keluarga hari itu, saar sebelum dan sesudah pai susu disajikan, apa yang telah kamu lakukan?" Tanya polisi wanita mengintrogasi Mama tiri Sean."Aku melihat para tany sudah tidak menggerakan sendoknya lagi, jadi aku pergi ke dapur , dan memberitahu Vane
"Setiadaknya kita tahu bahwa Si Breng*ek itu, Mama tiri yang sangat kejam, bahkan dia bisa melakukan hal - hal yang bisa membunuh orang." Sean menghela nafas."Omong kosong! kali ini dia menggunakan racun, lain kali dia mungkin akan memotongmu dengan pisau!" Teriak Clara kesal mendengatr jawabann Sean yang terlalu santai."Kalau begitu aku akan bertanya kepada tuan besar tentang proyek kerjasama rumah sakot yang dibicarakan sebelumnya, dengan begini aku akan memiliki rumah sakit sendiri, aku mungkin tidak perlu mengeluarkan uang lagi jika masuk rumah sakit." Sean kembali menjawab dengan santai."Kamu masih memiliki mood untuk bercanda!" Clara dengan keras memukul - mukul dada Sean."Hahaha, Sudah - sudah , jangan marah lagi, tentu saja aku membencinya, tapi aku tidak ingin kebencian ini mempengaruhi hidupku." Sean tertawa melihat tingkah istrinya."Istriku, kamu lihat, pernikahan kurang dari sebulan lagi." Sean memberlihatkan file di Hpnya."Oh iya perikhan tingga sebulan lagi, bagaim