Beranda / Romansa / Menikahi Duda Palsu / 7. Katanya Takdir

Share

7. Katanya Takdir

Penulis: seventho
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-29 11:31:16

Semburat kemerahan di langit menandakan tak lama lagi, malam akan datang. Saat itulah Shenna baru dapat meninggalkan kantor. Hari ini cukup padat dan ia agak kewalahan. Ia ingin segera pulang ke apartemen, bercengkrama kembali dengan empuknya kasur. Namun, sudah 10 menit lebih Shenna berdiri di pinggir jalan, ojol yang ia pesan tak juga datang.

Shenna mendecak. Kalau saja ia memiliki kendaraan pribadi, pasti tak perlu menunggu seperti ini. Wanita itu tentu ingin mempunyai kendaran sendiri, tetapi banyak pertimbangan yang Shenna pikirkan. Membayar pajak, service, isi ulang bahan bakar, dan lain-lain. Selain itu juga Shenna tidak terlalu bisa mengendarai motor ataupun mobil.

Tin! Tin!

Kepala Shenna segera berotasi. Sebuah mobil BMW berhenti tepat di hadapan wanita tersebut. Entah dari mana datangnya dan apa tujuannya berhenti di situ.

Hingga seorang pria menyembulkan kepala dari balik jendela mobil. Senyum lebar terlukis sempurna di potret orang itu. "Sedang apa? Menunggu seseorang?" tanyanya.

"Iya. Nunggu ojol." Shenna membalas singkat.

Pria yang tak lain tak bukan adalah Marcel itu malah tertawa. Padahal Shenna hanya mengucap beberapa patah kata, tetapi Marcel merasa Shenna itu menggemaskan.

"Kalau begitu ikut saya saja. Orderannya cancel, nanti tukang ojolnya saya yang bayar untuk ganti rugi. Daripada kamu menunggu lama di sini. Bagaimana?"

Shenna menggeleng. "Terima kasih. Tapi saya rasa nggak perlu."

Selama beberapa hari terakhir ini Shenna tidak pernah melihat Marcel lagi. Terakhir saat ia ke rumah pria itu. Anehnya, ia merasa sedikit senang. Walau ia tidak mau mengakui hal tersebut dengan jujur.

"Ey ... ayolah! Nggak baik menolak tawaran baik seseorang."

"Sekali lagi terima kasih. Tapi sepertinya arah kita juga berbeda. Saya tidak mau merepotkan."

"Saya sama sekali tidak merasa direpotkan, tuh."

"Tetap saja—"

Ucapan Shenna terpotong akibat dering ponselnya. Ada notifikasi dari ojol yang ia pesan.

[Maaf, ya, Mbak. Motor saya mendadak mogok padahal udah deket. Kayaknya motor saya nggak akan bisa dipakai dalam waktu dekat. Mbaknya cari ojol yang lain aja, ya. Sekali lagi saya minta maaf.]

Dalam hati, Shenna mengumpat. Mengapa harus pas sekali dengan kedatangan Marcel, sih? Apa pria itu juga yang merencanakan mogolnya mas ojol ini?

"Kenapa?" Marcel melontarkan tanya. Merasa bingung karena raut wajah Shenna mendadak muram Seperti telah terjadi sesuatu yang tak ia kehendaki.

"Nggak."

"Beneran?"

Lagi-lagi wanita itu mendecak. "Kenapa, sih? Pengen banget pulang sama saya, ya?"

"Not gonna lie, yes. Jadi mau pulang sama saya atau enggak?"

"Kenapa harus saya?"

"Karena kamu Shenna."

Bibir Shenna membeku. Mata mereka saling bertemu. Manik sebiru lautan itu tampak berbinar ketika bersibobrok dengan miliknya. Ada setitik rasa rindu dan candu yang datang ke relung Shenna. Marcel ini benar-benar.

"Baiklah. Terima kasih."

"My pleasure," balas Marcel tersenyum cerah.

Mobil yang kali ini mereka tumpangi, tampak seperti baru keluar dari kemasan. Aroma mobil baru yang menyengat menguar begitu pekat. Padahal kemarin Shenna lihat masih banyak mobil lain berjejer di dalam garasi Marcel. Orang kaya memang beda, ya.

"Bagaimana harimu?" Marcel membuka pembicaraan. Sore ini lalu lintas padat. Butuh waktu lama untuk sampai ke apartemen Shenna.

"Biasa saja. Hanya bekerja, makan siang, lalu dimarahi atasan karena kesalahan kecil." Sebelum ini, tak pernah ada yang menanyakan pada Shenna bagaimana hari wanita itu berlalu. Sebuah senyum kecil lantas timbul di wajah Shenna. "Kalau Anda, bagaimana?"

"Sangat baik karena bisa bertemu dengan kamu. Beberapa hari ini saya ingin menemui kamu, tapi tidak pernah ada waktu luang."

"Anda sepertinya sedang banyak pekerjaan."

"Ya, begitulah."

"Lalu bagaimana bisa sampai ke kantor saya? Padahal setahu saya Anda sudah tidak ada urusan di sana."

Marcel menoleh sejenak ke Shenna. Wajah sang wanita tampak begitu menawan di bawah terpaan cahaya oranye. "Tidak ada alasan khusus. Hanya ingin lewat, siapa tahu bisa bertemu kamu. Dan sepertinya pertemuan kita memang sudah takdir."

"Takdir? Lucu sekali."

"Ah, iya!" Mendadak nada bicara Marcel naik. Shenna mengerjap-ngerjap bingung. "Bisakah kita berhenti menggunakan bahasa yang formal? Gunakan bahasa yang lebih santai saja."

"Kenapa? Kita bahkan tidak sedekat itu."

"Apa kita tidak bisa dikatakan dekat setelah apa yang sudah terjadi selama ini?" tanya Marcel. Kali ini ia terdengar serius.

Benar juga. Shenna bahkan sudah pernah mengunjungi rumah Marcel. Namun, Shenna merasa itu hanya segelintir kejadian yang tak bisa membuat mereka dikatakan dekat. Mereka belum saling mengenal lebih dari satu bulan. Hanya beberapa hari dan tidak terlalu intensif.

"Shenna," panggil Marcel. Ada jeda sejenak sebelum ia melanjutkan, "kamu tahu, kan, kalau saya tertarik dengan kamu? Saya tidak tahu apa pendapat kamu tentang saya, tetapi saya ingin berusaha untuk mendapatkan hati kamu. Saya akan berusaha sebaik mungkin."

"Kenapa—"

"Tolong jangan tanya mengapa saya bisa tertarik dengan kamu. Karena saya sendiri juga tidak tahu pasti. Di mata saya hanya kamu yang terlihat bersinar dan sangat ingin saya miliki."

Mendadak sekali. Shenna tidak menyangka Marcel akan seblak-blakan inu padanya. Dan sialnya pria itu terlihat sangat keren. Seperti seorang lelaki sejati.

"O-oke."

"Oke untuk apa?" Alis Marcel menyatu. Bingung.

"O ... ke? Oke, kalau Anda memang tertarik dengan saya. Saya tidak keberatan dengan itu."

"Kalau begitu saya juga dipersilakan untuk mendapatkan hatimu juga, kan?" Marcel mendekatkan wajahnya ke Shenna. Beruntung saat ini mereka sedang berada di lampu merah. Sehingga Marcel bisa curi-curi kesempatan tanpa takut menyebabkan kecelakaan.

Degupan jantung Shenna menjadi tak tenang. Ia buru-buru berpaling dari Marcel. Dari jarak sedekat itu, ia bisa mencium aroma maskulin yang menguar dari tubuh Marcel. Efeknya benar-benar tidak baik untuk tubuh Shenna.

"Pipi kamu merah. Lucu sekali," kekeh Marcel.

"Aish!"

Shenna malu. Apakah ia harus membiarkan Marcel untuk mendapatkan hatinya? Lagi pula Shenna yakin, kalau ia tak memberi ijin pun Marcel akan tetap melakukannya. Toh, Marcel juga bukan pria aneh.

"Baiklah, baiklah! Lakukan saja apa yang Anda mau," putus Shenna kemudian.

"Kalau begitu bagaimana kalau kita mulai berbicara santai saja? Pakai aku-kamu dan biasakan panggil nama saya. Saya ingin sekali mendengar kamu memanggil nama saya."

Shenna mendengkus. Pria itu memang banyak mau. "Harus?"

"Tentu saja!"

"Baiklah, Marcel." Shenna berucap dengan ogah-ogahan.

"Apa? Aku nggak dengar, nih!"

"Marcel!"

Pria berdarah Amerika itu lantas terbahak. Lalu mengusak puncak kepala Shenna gemas. "Gadis pintar. Kamu ini lucu sekali, sih! Saya jadi tidak sabar untuk mendapatkan hatimu."

Senja hari itu membawa mereka pada babak baru dalam kehidupan. Shenna yang selama beberapa tahun ke belakang ini tak pernah menjalin kasih, perlahan mencoba membuka hati. Semoga saja ia membukakan hati untuk orang yang tepat.

Karena ia belum siap jika harus terluka saat baru saja terbuai asmara.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rastri Quinn
Keren ceritanya ...️...️
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikahi Duda Palsu   1. Club

    Gemerlap lampu disko dipadu dengan suara alunan musik yang sangat kencang, menjadi salah satu alternatif yang dipilih Shenna untuk melepas penat. Menjadi pekerja kantoran sekaligus influencer, agaknya sulit dijalani secara bersamaan bagi Shenna. Namun, ia tidak bisa melepaskan salah satu pekerjaannya. Mereka sama-sama berharga bagi Shenna. Lantas ia hanya akan mengeluh sejenak, kemudian kembali menekuni pekerjaan tersebut.Malam yang bising ini memberikan sedikit celah bagi Shenna untuk beristirahat. Jika orang lain lebih suka tempat sepi guna melepas penat, Shenna malah sebaliknya. Ia lebih suka di tempat ramai begini. Karena ia benci sepi, benci sendirian. Mengingatkan Shenna akan betapa keras dunia yang tengah ia jalani.Shenna menegak bir dalam gelas perlahan. Ia tidak berniat untuk mabuk malam ini. Besok masih ada pekerjaan yang harus diseles

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • Menikahi Duda Palsu   2. Tepukan

    Derap langkah panjang Shenna, dengan mudah dilampaui oleh Marcel. Lelaki itu segera berdiri di hadapan Shenna. Menahan pergerakan gadis tersebut. Lantas sedikit tersentak kala melihat wajah Shenna merah padam, penuh emosi. Marcel jadi sangat tidak enak hati. Ia akan memberi pelajaran pada Kenneth nanti."Saya nggak mau berantem, ya. Kalau Anda mau cari simpanan, saya bukan orang yang tepat untuk dijadikan simpanan," tegas Shenna berapi-api."Simpanan apa? Saya cuma ngajak kamu pulang bareng, kan?""Itu cuma akal-akalan!"Entah harus bagaimana Marcel membuat Shenna mengerti. Lelaki itu mendadak sakit kepala. "Begini, Shenna .... Saya ini bukan mau cari simpanan. Saya juga mengajak kamu pulang bareng nggak ada mak

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • Menikahi Duda Palsu   3. Bertemu Lagi

    "Shen, lo keliatannya ngantuk banget. Semalam balik jam berapa ngedugem?"Ujaran dari teman sejawat Shenna itu mengembalikan kesadarannya. Ia menguap lagi, untuk kali kesekian. "Jam tiga pagi, kali. Gue nggak sempet liat jam. Tadinya mau langsung tidur, tapi ternyata nggak bisa tidur sampai pagi. Jadinya, ya udah. Untung aja gue nggak mabok. Kalau mabok pasti bakalan lebih parah.""Gue beliin kopi aja, ya. Kasian banget lo ngantuk gini. Mana kerja sampai sore," kata Felisya prihatin. Mata panda Shenna begitu kentara, ditambah raut lelah yang tak dapat disembunyikan.Shenna mengangguk saja. Sekarang mereka sedang berada di cafetaria kantor, tetapi Shenna malah memanfaatkan waktunya di sana untuk menaruh kepala di atas meja. Tadi pagi tidak sempat ngopi karena persediaan kopi di aparteme

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • Menikahi Duda Palsu   4. Tamu Tak Diundang

    Seminggu sudah sejak kejadian di club waktu itu. Shenna tetap menjalani rutinitas seperti biasa, meski kadang selalu ada sekelebat pikiran tentang Marcel. Namun, ia berusaha untuk mengabaikan itu semua. Menjalani keseharian seperti biasa. Seperti saat sebelum bertemu dengan Marcel. Shenna tidak mau menganggap perlakuan Marcel sebagai sesuatu yang spesial. Lebih tepatnya, ia tidak ada waktu untuk itu. Ada lebih banyak hal yang harus Shenna lakukan.Minggu pagi Shenna sengaja bangun telat. Memberi diri sendiri waktu tidur lebih lama. Karena saat hari kerja ia jarang sekali bisa mempertahankan pola tidur yang sehat. Shenna sering terjaga sampai dini hari dan tidak mendapat cukup waktu tidur. Agak menyedihkan memang, tetapi tuntutan pekerjaan yang mengharuskan.Biasanya saat weekend, Shenna akan aktif di sosial media. Membuat postingan berisi endorsement. H

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • Menikahi Duda Palsu   5. His Home

    Seusai makan dan sedikit merecoki Shenna, Kenneth memohon untuk diantar pulang. Tentu saja mendapat penolakan dari Shenna. Namun, bukan Kenneth namanya kalau tidak memiliki cara meluluhkan Shenna. Butuh perjuangan keras agar Shenna mau mengantarnya pulang. Shenna terus bersikeras tak mau karena Kenneth terlalu berlebihan sampai minta diantar pulang. Padahal sama saja, mereka akan naik taksi online. Shenna tidak punya kendaraan pribadi. Sehari-hari pun naik taksi atau ojek online.Akan merepotkan kalau Shenna harus mengantar Kenneth. Selain itu, juga buang-buang waktu dan uang. Sungguh, Shenna benci harus terlibat dengan putra semata wayang Marcel ini. Baru saja ia memberikan simpati, sudah dibuat kesal lagi."Ayo, dong. Masa tega biarin gue pulang sendiri? Gimana kalau gue diculik orang?" Kenneth memohon untuk yang kesekian kali."Nggak akan ada yang mau culik lo."&nb

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • Menikahi Duda Palsu   6. Tanaman

    "Halo, Dad?" Sungguh, sebenarnya Marcel hendak marah ketika melihat Kenneth dengan begitu tenang menyunggingkan senyum lebar. Padahal sejak tadi dirinya kebingungan mencari keberadaan pemuda tersebut. "Kamu dari mana saja sebenarnya?""Nggak dari mana-mana," kelit Kenneth. "Kamu tahu Daddy sudah cari-cari kamu dan hampir gila karena di setiap tempat yang Daddy datangi kamu nggak ada. Kamu ini kenapa? Nggak biasanya begini," ungkap Marcel. Ia menghela napas panjang. Kemudian menarik Kenneth ke dalam pelukan, "jangan ulangi lagi. Daddy nggak suka." "But, Daddy ...." "Hng?" "Ada Kak Shenna di sini." Marcel mendelik. Lalu buru-buru melepas pelukannya dari Kenneth. Benar saja, di sana memang ada Shenna. Namun, akibat terlalu khawatir pada Kenneth ia sampai tidak menyadari hal tersebut."Ah, maaf, Shenna. Saya terlalu cemas jadi tidak sempat menyapa kamu," ujar Marcel seraya menggaruk tengkuk. Mendadak kikuk. "No probs." Jujur saja

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14

Bab terbaru

  • Menikahi Duda Palsu   7. Katanya Takdir

    Semburat kemerahan di langit menandakan tak lama lagi, malam akan datang. Saat itulah Shenna baru dapat meninggalkan kantor. Hari ini cukup padat dan ia agak kewalahan. Ia ingin segera pulang ke apartemen, bercengkrama kembali dengan empuknya kasur. Namun, sudah 10 menit lebih Shenna berdiri di pinggir jalan, ojol yang ia pesan tak juga datang. Shenna mendecak. Kalau saja ia memiliki kendaraan pribadi, pasti tak perlu menunggu seperti ini. Wanita itu tentu ingin mempunyai kendaran sendiri, tetapi banyak pertimbangan yang Shenna pikirkan. Membayar pajak, service, isi ulang bahan bakar, dan lain-lain. Selain itu juga Shenna tidak terlalu bisa mengendarai motor ataupun mobil. Tin! Tin! Kepala Shenna segera berotasi. Sebuah mobil BMW berhenti tepat di hadapan wanita tersebut. Entah dari mana datangnya dan apa tujuannya berhenti di situ. Hingga seorang pria menyembulkan kepala dari balik jendela mobil. Senyum lebar terlukis sempurna di potret orang itu. "Sedang a

  • Menikahi Duda Palsu   6. Tanaman

    "Halo, Dad?" Sungguh, sebenarnya Marcel hendak marah ketika melihat Kenneth dengan begitu tenang menyunggingkan senyum lebar. Padahal sejak tadi dirinya kebingungan mencari keberadaan pemuda tersebut. "Kamu dari mana saja sebenarnya?""Nggak dari mana-mana," kelit Kenneth. "Kamu tahu Daddy sudah cari-cari kamu dan hampir gila karena di setiap tempat yang Daddy datangi kamu nggak ada. Kamu ini kenapa? Nggak biasanya begini," ungkap Marcel. Ia menghela napas panjang. Kemudian menarik Kenneth ke dalam pelukan, "jangan ulangi lagi. Daddy nggak suka." "But, Daddy ...." "Hng?" "Ada Kak Shenna di sini." Marcel mendelik. Lalu buru-buru melepas pelukannya dari Kenneth. Benar saja, di sana memang ada Shenna. Namun, akibat terlalu khawatir pada Kenneth ia sampai tidak menyadari hal tersebut."Ah, maaf, Shenna. Saya terlalu cemas jadi tidak sempat menyapa kamu," ujar Marcel seraya menggaruk tengkuk. Mendadak kikuk. "No probs." Jujur saja

  • Menikahi Duda Palsu   5. His Home

    Seusai makan dan sedikit merecoki Shenna, Kenneth memohon untuk diantar pulang. Tentu saja mendapat penolakan dari Shenna. Namun, bukan Kenneth namanya kalau tidak memiliki cara meluluhkan Shenna. Butuh perjuangan keras agar Shenna mau mengantarnya pulang. Shenna terus bersikeras tak mau karena Kenneth terlalu berlebihan sampai minta diantar pulang. Padahal sama saja, mereka akan naik taksi online. Shenna tidak punya kendaraan pribadi. Sehari-hari pun naik taksi atau ojek online.Akan merepotkan kalau Shenna harus mengantar Kenneth. Selain itu, juga buang-buang waktu dan uang. Sungguh, Shenna benci harus terlibat dengan putra semata wayang Marcel ini. Baru saja ia memberikan simpati, sudah dibuat kesal lagi."Ayo, dong. Masa tega biarin gue pulang sendiri? Gimana kalau gue diculik orang?" Kenneth memohon untuk yang kesekian kali."Nggak akan ada yang mau culik lo."&nb

  • Menikahi Duda Palsu   4. Tamu Tak Diundang

    Seminggu sudah sejak kejadian di club waktu itu. Shenna tetap menjalani rutinitas seperti biasa, meski kadang selalu ada sekelebat pikiran tentang Marcel. Namun, ia berusaha untuk mengabaikan itu semua. Menjalani keseharian seperti biasa. Seperti saat sebelum bertemu dengan Marcel. Shenna tidak mau menganggap perlakuan Marcel sebagai sesuatu yang spesial. Lebih tepatnya, ia tidak ada waktu untuk itu. Ada lebih banyak hal yang harus Shenna lakukan.Minggu pagi Shenna sengaja bangun telat. Memberi diri sendiri waktu tidur lebih lama. Karena saat hari kerja ia jarang sekali bisa mempertahankan pola tidur yang sehat. Shenna sering terjaga sampai dini hari dan tidak mendapat cukup waktu tidur. Agak menyedihkan memang, tetapi tuntutan pekerjaan yang mengharuskan.Biasanya saat weekend, Shenna akan aktif di sosial media. Membuat postingan berisi endorsement. H

  • Menikahi Duda Palsu   3. Bertemu Lagi

    "Shen, lo keliatannya ngantuk banget. Semalam balik jam berapa ngedugem?"Ujaran dari teman sejawat Shenna itu mengembalikan kesadarannya. Ia menguap lagi, untuk kali kesekian. "Jam tiga pagi, kali. Gue nggak sempet liat jam. Tadinya mau langsung tidur, tapi ternyata nggak bisa tidur sampai pagi. Jadinya, ya udah. Untung aja gue nggak mabok. Kalau mabok pasti bakalan lebih parah.""Gue beliin kopi aja, ya. Kasian banget lo ngantuk gini. Mana kerja sampai sore," kata Felisya prihatin. Mata panda Shenna begitu kentara, ditambah raut lelah yang tak dapat disembunyikan.Shenna mengangguk saja. Sekarang mereka sedang berada di cafetaria kantor, tetapi Shenna malah memanfaatkan waktunya di sana untuk menaruh kepala di atas meja. Tadi pagi tidak sempat ngopi karena persediaan kopi di aparteme

  • Menikahi Duda Palsu   2. Tepukan

    Derap langkah panjang Shenna, dengan mudah dilampaui oleh Marcel. Lelaki itu segera berdiri di hadapan Shenna. Menahan pergerakan gadis tersebut. Lantas sedikit tersentak kala melihat wajah Shenna merah padam, penuh emosi. Marcel jadi sangat tidak enak hati. Ia akan memberi pelajaran pada Kenneth nanti."Saya nggak mau berantem, ya. Kalau Anda mau cari simpanan, saya bukan orang yang tepat untuk dijadikan simpanan," tegas Shenna berapi-api."Simpanan apa? Saya cuma ngajak kamu pulang bareng, kan?""Itu cuma akal-akalan!"Entah harus bagaimana Marcel membuat Shenna mengerti. Lelaki itu mendadak sakit kepala. "Begini, Shenna .... Saya ini bukan mau cari simpanan. Saya juga mengajak kamu pulang bareng nggak ada mak

  • Menikahi Duda Palsu   1. Club

    Gemerlap lampu disko dipadu dengan suara alunan musik yang sangat kencang, menjadi salah satu alternatif yang dipilih Shenna untuk melepas penat. Menjadi pekerja kantoran sekaligus influencer, agaknya sulit dijalani secara bersamaan bagi Shenna. Namun, ia tidak bisa melepaskan salah satu pekerjaannya. Mereka sama-sama berharga bagi Shenna. Lantas ia hanya akan mengeluh sejenak, kemudian kembali menekuni pekerjaan tersebut.Malam yang bising ini memberikan sedikit celah bagi Shenna untuk beristirahat. Jika orang lain lebih suka tempat sepi guna melepas penat, Shenna malah sebaliknya. Ia lebih suka di tempat ramai begini. Karena ia benci sepi, benci sendirian. Mengingatkan Shenna akan betapa keras dunia yang tengah ia jalani.Shenna menegak bir dalam gelas perlahan. Ia tidak berniat untuk mabuk malam ini. Besok masih ada pekerjaan yang harus diseles

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status