Lanie terus-menerus memohon kepada Fajar agar selalu menjaga dan mencintai Tari dengan sepuh hati.Pria tampan itu juga merasa serba salah, padahal rencana mereka setelah selesai acara ini, mereka akan membuat surat perjanjian.“Duh, bagaimana ini, nggak mungkin aku beritahu kalau kami hanya sebentar dalam pernikahan ini, tetapi Lanie memintanya dengan tulus dan penuh harapan kepadaku?”“Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya dalam hati.“Mas?”“Baiklah Lan, saya akan berusaha untuk bisa mencintai Tari, tetapi kamu harus tahu juga kalau cinta tidak bisa dipaksakan.”“Jika ternyata kami tidak cocok satu sama lain, kami tidak bisa bertahan hanya untuk kamu Lanie, itu akan membuat baik Tari dan saya lebih menderita, kamu paham kan?”“Iya Mas, tetapi aku yakin kalian bisa melewatinya dengan baik dan penuh cinta, aku sangat yakin kepada kalian,” sahutnya tersenyum.“Oke!”“Selamat menempuh hidup baru, Mas Fajar, semoga kalian langgeng selamanya sampai maut yang bisa memisahkan kalian!”Un
Sampai dipakiran ternyata Tari baru menyadari kalau dia sangat dekat dengan Fajar dan melihat tangan kekar pria itu ada dibahunya.Sesaat Tari pun menyukainya saat di rangkul tetapi dia juga gengsi untuk mengatakannya duluan.“Ya Allah apakah benar yang dikatakan Mbak Lanie , kalau pria yang sudah bergelar suamiku ini adalah jodoh yang terbaik untuk Tari?”“Dari tampang sih nggak diragukan lagi gantengnya kebangetan, tetapi apakah dia juga punya rasa dengan Tari?”“Ehmm ... aku rasa tidak.”“Dia kan mati rasa dengan namanya cinta.”“Cinta sudah membuat hatinya membeku seperti es.”“Apakah dia juga mulai mencintaiku atau tidak ya?” “Apakah perlu diuji?”“Ah, aku kenapa, gengsi dong!”Tari mendongkak melihat wajah yang tampan itu, seketika dia pun merasa ada yang menggelitik hatinya dan tersenyum.“Hey ... Kamu kenapa kok senyum?”“Baru tahu ya kalau suamimu ini sangat tampan nan rupawan?” tanyanya dengan bangga.“Nggak tuh biasa saja, bukannya kamu yang terpesona melihatku yang cantik
Tari merasa jengkel, dia pun langsung tidak menghiraukan Fajar yang masuk ke kamarnya.Fajar menghela napas panjang, hidupnya sekarang berubah setelah menikahi Tari. Ada perasaan marah, kesal dan kasihan.Fajar lalu membuka pakaiannya dan bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya.Sebelumnya dia ingin mengambil handuk di dalam lemari berwarna merah muda itu. Dengan malas dia berjalan kearah itu dan langsung membukanya.Dan benar apa yang dikatakan eh Bu Nia kalau sebagian pakaiannya sudah berpindah tempat ke lemari merah muda itu.Setelah mengambil handuk dia pun ke kamar mandi. Sungguh dibuatnya terkejut kembali karena kamar mandi itu sangat wangi, bersih dan rapi walaupun lagi-lagi semuanya bernuansa merah muda.“Waw, gila nih cewek, walaupun gayanya macho, tetapi kamar mandi ini sangat bersih, tidak ada noda debu sedikit pun,” ucapnya sambil menempelkan jarinya untuk melihat ada debu atau tidak di tempat wastafel keramik itu.Fajar pun segera mengguyurkan tubuhnya dengan pa
Tari memutar bola mata dengan malas, lalu dia beranjak dari tempat tidurnya dan masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya.“Okelah kalau begitu akan kubuat kamu mencintaiku, Tari!” ucapnya dalam hati dan tersenyum.Pria tinggi lalu mengambil pakaiannya dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor.Dia pun tidak ingin berlama-lama di kamar itu, karena baginya waktu adalah uang selain itu tidak mau terlalu lama untuk tidak masuk ke kantor dan juga dia sudah sangat rindu dengan kamarnya sendiri.Di rumah Tari tepatnya di kamar mereka, Fajar begitu tersiksa selain harus tidur di sofa dan tidak bisa bebas.Fajar lalu mengambil ponselnya dan menghubungi langsung asistennya yang bernama Udin.Udin { Ya, Bos ada apa?}Fajar {Sore kita pulang ke rumah}Udin {Rumah yang mana Bos, bukannya ini kita sudah di rumahnya Bos?}Fajar { Kamu itu hampir sama sudah dengan Mami bawelnya keterlaluan, turuti saja apa yang saya bilang, paham?}Udin { I -iya Bos, maaf, terus apa yang harus saya lakukan, Bos?
“Apa maksudmu?”“Lepaskan .. sakit!” Tari berusaha dengan sekuat tenaganya untuk menghindar dari pelukan Fajar yang terlalu kuat, membuat kulitnya menjadi merah.“Katakan, katakan siapa ingin kamu goda?” bentak Fajar.“Dengar jika kamu menyakiti, aku tidak akan segan-segan untuk berteriak!”“Sekarang kamu yang harus dengarkan perkataan saya, Tari!”“Saya tidak mau masalah ini terulang lagi, kamu kan bisa mengunci pintu kamar ini, atau kamu memang sengaja melakukan semua ini, agar saya mulai menyukai kamu, benarkan?” “Satu hal yang perlu kamu ingat Tari, saya tidak suka dibantah dan kamu harus menjaga kehormatan di mana pun kamu berada!”“Ingat itu!”Fajar lalu beralih ke meja rias tempat ponselnya diletakkan di sana.Dia lalu membuang muka kepada Tari dan pergi begitu saja dengan cara membanting pintu kamar.Sontak membuat Tari terkejut dan tentu saja wanita itu semakin membencinya.“Dasar Panda, dia membuatku lenganku sakit, awas saja nanti!”“Lebih baik aku tidak mau ikut ke rumahn
“Wanita itu sedang bermain di atas ranjang bersama suami Mami, papahnya Fajar!” Bu Nia dengan suara sedikit gemetar menjelaskan kepada Tari. Seketika Tari pun terkejut bukan main sampai-sapai mulutnya menganga.“A-apa?”“Maksud Mami kalau tunangan Mas Fajar itu selingkuh dengan Papi?” tanyanya memastikan.“Iya, itu yang terjadi saat itu dan kamu tahu jawabannya apa saat Fajar bertanya dengan mereka, mengapa mereka mengkhianati kami?”“Dia bilang kalau Fajar selama menjadi pacarnya tidak mau melakukan hubungan suami istri, sehingga dia mencari kepuasan dengan pria lain.”“Dan Papinya Fajar mengatakan kepada Mami kalau dia sudah bosan dengan Mami, tetapi tidak mau menceraikan Mami, karena dia bilang masih mencintai Mami.”“Wanita itu hanya untuk pelampiasan birahinya saja yang tidak bisa Mami wujudkan.”“Fajar sangat marah dan membuang semuanya, setelah itu Mami berencana menikahkan mereka dan membiarkan mereka berbulan madu secara gratis.”“Setelah kepulangan mereka dari bulan madu, M
“Oke, kalau begitu aku keluar dulu ada yang harus aku kerjakan,” ucapnya dan berlalu pergi meninggalkan mereka di kamar Tari.“Sudahlah Sayang, tidak perlu kamu mengingat kejadian yang sudah berlalu, karena bisa merusak hati kamu.”“Sekarang ada Mami, jadi kamu nggak sendirian lagi,” jelas Bu Nia tersenyum.“Baik Mami!”“Oh ya, makanan kesukaan Mas Fajar apa ya Mi?”“Pokoknya dijamin enak, Mami dan Mas Fajar tidak akan kecewa dengan masakan Tari,” pujinya.“Oh ya, baiklah Mami percaya kok.”“Fajar itu sebenarnya sangat menyukai semua masakan rumahan apa saja yang penting bersih dan higienis.”“Dia tidak ada pantangan, bisa di bilang pemakan segalanya, tetapi kalau Mami membuat satu jenis masakan ini dia bisa tambah berkali-kali,” jelasnya kepada Tari dengan tersenyum.“Memang Mas Fajar menyukai masakan apa, Ni?” tanyanya penasaran.“Fajar itu paling suka dengan masakan sambal goreng teri kacang sama tumis kangkung, ditambah sambal tomat., itu saja,” jelasnya kepada Tari.“Apa, maka
Seketika wajah Bu Arumi dan Lili sedikit pucat dan malu, kalau sebenarnya Tari sendiri yang membantu Mbok Yem di dapur.“Ada apa Mah, Lila kenapa kalian terkejut seperti itu?”“Biasa aja kali.”“Mamah tahu setelah Mamah dan Papah meninggalkan kami, Tari dan Mbak Lanie selalu bangun pagi sebelum ayam berkokok atau pun azan berkumandang.”“Mamah tahu kenapa?”“Karena kami harus mencari sesuap nasi untuk di makan, Mbak Lanie sudah bekerja keras untuk bekerja di sebuah warung agar bisa memberi makan Tari.”“Sampai-sampai dirinya lupa dengan kata makan, bahkan tangan dan kakinya dibiarkan melepuh dan kasar hanya untuk bisa mendapatkan uang.”“Tari tidak boleh putus sekolah katanya, karena dia sudah mengorbankan pendidikannya hanya untuk Tari.”“Di saat itu Tari bersumpah apa pun yang Mbak Lanie minta sebisa mungkin Tari akan lakukan.”“Perjuangan Mbak Lanie tidak sampai di situ Mah, dia selalu melindungi Tari dari bahaya apa pun, bahkan dia rela nggak makan hanya untuk bisa Tari kenyang.”