“Kamu tenang saja, Sayang, semua akan baik-baik saja.”“Mami akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu, selalu bahagia, Nak.”“Mami sangat sayang sama Fajar, dan maafkan Mami sedikit memaksa kamu untuk menikah walaupun sebenarnya kamu masih enggan, tetapi percayalah Sayang, Mami yakin Tari adalah pasangan kamu yang tepat.”“Filling seorang ibu tidak akan salah untuk kebahagiaan anaknya,” jelasnya kepada Fajar.“Apakah Mami bahagia?” tanya Fajar sembari memegang tangan Bu Nia.“Mami sangat bahagia, Sayang dan kamu?”“Jika Mami bahagia dengan pernikahan ini, Fajar ikut bahagia lagian Tari itu nggak terlalu jelek untuk bisa berdampingan dengan Fajar kok,” kilahnya.“Fajar jangan ngomong seperti itu dong, Tari itu gadis yang cantik dan baik kok,” sanggah Bu Nia.“Mi, Rambutnya itu loh potongannya seperti laik-laki, bisa di konde nggak itu rambut, nanti malu-maluin, Mami kan tahu Fajar itu suka rambutnya yang panjang hitam, tebal nah ini rambutnya nggak ada, nanti malah saingan lagi F
“Alhamdulillah, pasien sudah melewati masa kritisnya, tetapi harus tetap dikontrol, usahakan pasien tidak boleh mendengarkan hal-hal yang bisa membuatnya terkejut karena itu bisa berakibat fatal.”“Baik Dok, tetapi apakah Mbak Lanie sudah bisa pulang?” tanyanya lagi.“Sekitar dua atau tiga hari lagi, mengingat pasien baru saja sadar dari komanya, dan kami akan memantau terus perkembangan pasien.”“Jika laporan medisnya menunjukkan baik, kalian bisa membawanya pulang segera,” jelas Dokter itu tersenyum.“Terima kasih Dok!”“Sama-sama, hal ini juga berkat atas diri Mbak Lanie sendiri yang mau berusaha dalam dirinya dan tidak lupa mukjizat dari Allah SWT karena masih ingin Mbak Lanie hidup.”“Baiklah saya tinggal dulu, dan saya juga mengucapkan selamat atas pernikahan kalian, semoga menjadi keluarga samawa sakinah mawadah dan Warohmah.”“Terima kasih, Dok,” sahut Tari tersenyum kecut.Fajar yang tidak lepas memandang Tari yang begitu cantik dalam balutan hijab. Wajahnya tidak bisa disem
Lanie terus-menerus memohon kepada Fajar agar selalu menjaga dan mencintai Tari dengan sepuh hati.Pria tampan itu juga merasa serba salah, padahal rencana mereka setelah selesai acara ini, mereka akan membuat surat perjanjian.“Duh, bagaimana ini, nggak mungkin aku beritahu kalau kami hanya sebentar dalam pernikahan ini, tetapi Lanie memintanya dengan tulus dan penuh harapan kepadaku?”“Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya dalam hati.“Mas?”“Baiklah Lan, saya akan berusaha untuk bisa mencintai Tari, tetapi kamu harus tahu juga kalau cinta tidak bisa dipaksakan.”“Jika ternyata kami tidak cocok satu sama lain, kami tidak bisa bertahan hanya untuk kamu Lanie, itu akan membuat baik Tari dan saya lebih menderita, kamu paham kan?”“Iya Mas, tetapi aku yakin kalian bisa melewatinya dengan baik dan penuh cinta, aku sangat yakin kepada kalian,” sahutnya tersenyum.“Oke!”“Selamat menempuh hidup baru, Mas Fajar, semoga kalian langgeng selamanya sampai maut yang bisa memisahkan kalian!”Un
Sampai dipakiran ternyata Tari baru menyadari kalau dia sangat dekat dengan Fajar dan melihat tangan kekar pria itu ada dibahunya.Sesaat Tari pun menyukainya saat di rangkul tetapi dia juga gengsi untuk mengatakannya duluan.“Ya Allah apakah benar yang dikatakan Mbak Lanie , kalau pria yang sudah bergelar suamiku ini adalah jodoh yang terbaik untuk Tari?”“Dari tampang sih nggak diragukan lagi gantengnya kebangetan, tetapi apakah dia juga punya rasa dengan Tari?”“Ehmm ... aku rasa tidak.”“Dia kan mati rasa dengan namanya cinta.”“Cinta sudah membuat hatinya membeku seperti es.”“Apakah dia juga mulai mencintaiku atau tidak ya?” “Apakah perlu diuji?”“Ah, aku kenapa, gengsi dong!”Tari mendongkak melihat wajah yang tampan itu, seketika dia pun merasa ada yang menggelitik hatinya dan tersenyum.“Hey ... Kamu kenapa kok senyum?”“Baru tahu ya kalau suamimu ini sangat tampan nan rupawan?” tanyanya dengan bangga.“Nggak tuh biasa saja, bukannya kamu yang terpesona melihatku yang cantik
Tari merasa jengkel, dia pun langsung tidak menghiraukan Fajar yang masuk ke kamarnya.Fajar menghela napas panjang, hidupnya sekarang berubah setelah menikahi Tari. Ada perasaan marah, kesal dan kasihan.Fajar lalu membuka pakaiannya dan bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya.Sebelumnya dia ingin mengambil handuk di dalam lemari berwarna merah muda itu. Dengan malas dia berjalan kearah itu dan langsung membukanya.Dan benar apa yang dikatakan eh Bu Nia kalau sebagian pakaiannya sudah berpindah tempat ke lemari merah muda itu.Setelah mengambil handuk dia pun ke kamar mandi. Sungguh dibuatnya terkejut kembali karena kamar mandi itu sangat wangi, bersih dan rapi walaupun lagi-lagi semuanya bernuansa merah muda.“Waw, gila nih cewek, walaupun gayanya macho, tetapi kamar mandi ini sangat bersih, tidak ada noda debu sedikit pun,” ucapnya sambil menempelkan jarinya untuk melihat ada debu atau tidak di tempat wastafel keramik itu.Fajar pun segera mengguyurkan tubuhnya dengan pa
Tari memutar bola mata dengan malas, lalu dia beranjak dari tempat tidurnya dan masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya.“Okelah kalau begitu akan kubuat kamu mencintaiku, Tari!” ucapnya dalam hati dan tersenyum.Pria tinggi lalu mengambil pakaiannya dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor.Dia pun tidak ingin berlama-lama di kamar itu, karena baginya waktu adalah uang selain itu tidak mau terlalu lama untuk tidak masuk ke kantor dan juga dia sudah sangat rindu dengan kamarnya sendiri.Di rumah Tari tepatnya di kamar mereka, Fajar begitu tersiksa selain harus tidur di sofa dan tidak bisa bebas.Fajar lalu mengambil ponselnya dan menghubungi langsung asistennya yang bernama Udin.Udin { Ya, Bos ada apa?}Fajar {Sore kita pulang ke rumah}Udin {Rumah yang mana Bos, bukannya ini kita sudah di rumahnya Bos?}Fajar { Kamu itu hampir sama sudah dengan Mami bawelnya keterlaluan, turuti saja apa yang saya bilang, paham?}Udin { I -iya Bos, maaf, terus apa yang harus saya lakukan, Bos?
“Apa maksudmu?”“Lepaskan .. sakit!” Tari berusaha dengan sekuat tenaganya untuk menghindar dari pelukan Fajar yang terlalu kuat, membuat kulitnya menjadi merah.“Katakan, katakan siapa ingin kamu goda?” bentak Fajar.“Dengar jika kamu menyakiti, aku tidak akan segan-segan untuk berteriak!”“Sekarang kamu yang harus dengarkan perkataan saya, Tari!”“Saya tidak mau masalah ini terulang lagi, kamu kan bisa mengunci pintu kamar ini, atau kamu memang sengaja melakukan semua ini, agar saya mulai menyukai kamu, benarkan?” “Satu hal yang perlu kamu ingat Tari, saya tidak suka dibantah dan kamu harus menjaga kehormatan di mana pun kamu berada!”“Ingat itu!”Fajar lalu beralih ke meja rias tempat ponselnya diletakkan di sana.Dia lalu membuang muka kepada Tari dan pergi begitu saja dengan cara membanting pintu kamar.Sontak membuat Tari terkejut dan tentu saja wanita itu semakin membencinya.“Dasar Panda, dia membuatku lenganku sakit, awas saja nanti!”“Lebih baik aku tidak mau ikut ke rumahn
“Wanita itu sedang bermain di atas ranjang bersama suami Mami, papahnya Fajar!” Bu Nia dengan suara sedikit gemetar menjelaskan kepada Tari. Seketika Tari pun terkejut bukan main sampai-sapai mulutnya menganga.“A-apa?”“Maksud Mami kalau tunangan Mas Fajar itu selingkuh dengan Papi?” tanyanya memastikan.“Iya, itu yang terjadi saat itu dan kamu tahu jawabannya apa saat Fajar bertanya dengan mereka, mengapa mereka mengkhianati kami?”“Dia bilang kalau Fajar selama menjadi pacarnya tidak mau melakukan hubungan suami istri, sehingga dia mencari kepuasan dengan pria lain.”“Dan Papinya Fajar mengatakan kepada Mami kalau dia sudah bosan dengan Mami, tetapi tidak mau menceraikan Mami, karena dia bilang masih mencintai Mami.”“Wanita itu hanya untuk pelampiasan birahinya saja yang tidak bisa Mami wujudkan.”“Fajar sangat marah dan membuang semuanya, setelah itu Mami berencana menikahkan mereka dan membiarkan mereka berbulan madu secara gratis.”“Setelah kepulangan mereka dari bulan madu, M