Sandra mengalihkan pandangannya ke arah lain, berusaha menyembunyikan matanya yang sudah berkaca-kaca.
"Hati mama sangat sakit setelah mengetahui kenyataan ini. Kenapa Galen harus menuduhmu? Mama sudah tunjukan rekaman itu pada nenek, tapi saat mama ingin menunjukan pada papamu mama tidak sanggup. Di sisi lain, mama juga tidak mau membuat Galen dihukum oleh papamu. Walaupun dia bersalah. Mama tau, mama adalah ibu tiri untuk Galen. Jika mama membuat Galen dihukum karena membela kebenaran anak kandung mama, bukankah mama akan menjadi ibu tiri yang jahat? Sampai sekarang mama bingung, bagaimana membuatmu kembali ke keluarga Wiratama tanpa harus membuat Galen terluka."Sehan menunduk sesaat. Dia tak menyangka Sandra telah melakukan banyak hal untuk dirinya. Wajar jika Joana tidak pernah membencinya, ternyata sudah mengerti kejadian yang sebenarnya.Sehan kini berdiri, lalu berpindah duduk di samping mamanya. Dia lalu menggenggam tangan Sandra dengan erat, beLiona segera merapikan pakaiannya saat mendengar pintu kamar terbuka. Sehan sudah memasuki kamar itu, dia lalu menoleh dan tersenyum ke arah Sehan. laki-laki itu mulai menghampiri dan memperhatikan penampilan sang istri dengan seksama.Liona baru saja selesai berganti pakaian, dia menggunakan piyama yang sudah disiapkan oleh salah satu pelayan di rumah itu. "Sepertinya para pelayan itu tau ukuran tubuhmu."Liona menatap piyama yang dia pakai sesaat, memang pas di tubuhnya. "Tapi aku merasa ini masih sedikit kebesaran.""Kalau begitu tambah lah berat badanmu sedikit lagi," ucap Sehan sambil mengacak pucuk kepala sang istri dengan gemas. Dia kemudian duduk di sisi kasur, dan menatap ke sekitarnya.Sudah sangat lama Sehan tidak memasuki kamar itu. Beberapa barang di sana masih tersusun rapi, bahkan ruangannya juga masih sangat bersih. Tidak ada yang berubah seperti terakhir Sehan berada di sana. "Sepertinya mama benar-be
Perlahan kelopak mata Liona terbuka. Nyawanya belum sepenuhnya kembali, Liona berusaha meraih ponsel miliknya yang tak terlalu jauh darinya. Dia mengerjapkan matanya sesaat, jam di layar ponselnya sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Seketika mata Liona terbuka lebar. "Apa aku kesiangan?"Nyaris beringsut duduk, namun tertunda saat sebuah tangan semakin erat melingkar di pinggangnya. Liona menoleh, nyaris tak percaya saat melihat Sehan ternyata juga masih terlelap. Liona ingat, mereka saat ini masih berada di rumah keluarga Wiratama. Jika mereka bangun siang, tentu Liona akan malu menyapa keluarga Sehan pagi ini."Sehan bangunlah, ini sudah siang!" Bukannya segera membuka mata saat tidurnya mulai diusik oleh sang istri, Sehan justru menenggelamkan wajahnya ke leher Liona. Membuat perempuan itu menahan geli."Sehan segeralah bangun!" Liona memukul pelan lengan laki-laki itu, berusaha membuat sang suami untuk segera memb
Liona balas tersenyum pada Galen. Dia senang melihat pagi ini Galen mau menyapanya lagi, mengingat tadi malam menatap Liona saja Galen tidak mau. Liona berpikir, mungkin karena Sehan tak jadi mengambil posisi Galen di perusahaan, jadi kakak iparnya itu juga tak marah lagi padanya. "Pagi juga kak Galen.""Liona, apa kau akan segera pulang?"Liona berpikir sejenak. "Sepertinya aku mengikuti keputusan Sehan. Tapi Sehan belum mengatakan apapun padaku, kapan kami akan pulang."Galen mengangguk paham. "Kalau begitu, apa kamu mau meminum teh bersamaku sebentar?"Liona kembali berpikir. Terlihat ragu untuk menerima ajakan Galen tersebut. Tadinya dia ingin segera menemui Sandra atau Joana, apa yang mereka sedang lakukan sekarang?"Sambil menunggu pelayan selesai menghidangkan makanan, jadi aku ingin mengajakmu minum teh sebentar."Jika Liona menolak ajakan Galen, dia juga merasa tidak enak. Tak ada pilihan lain, akhirn
Galen mengukir senyum kosong. "Aku terus berbohong pada semua orang bahwa Sehan lah yang mendorongku dari tangga, dan membuat kakiku cacat. Tanpa aku sadari, ternyata semua orang sudah tahu kebenarannya. Bahkan mama dan nenek tetap diam, setelah mengetahui semua itu. Aku benar-benar malu. Aku bersikap seolah aku korban di depan semua orang, padahal semua orang itu sudah tau bahwa aku lah pelakukanya. Seharusnya bukan Sehan yang pergi dari rumah ini, tapi aku!"Liona sedikit merasa terkejut dengan pernyataan Galen barusan. "Jadi, semua orang di keluarga ini sudah tau yang sebenarnya?"Galen mengangguk mengiyakan. "Mama sengaja tidak mengungkapkan hal itu, karena dia tidak mau terlihat lebih membela anak kandungnya dan terlihat mencampakkan anak tirinya."Nyaris tak percaya. Benarkah Sandra melakukan itu? "Kak Galen, itu artinya mama ingin menjaga perasaanmu. Dia juga sangat menyayangimu. Itu artinya, dugaanmu yang mengira mama hanya menyayangi Sehan saja, i
"Kalian dari mana?" tanya Joana penasaran saat melihat Liona dan Galen datang bersamaan. "Galen tadi mengajak Liona minum teh sebentar nek, dan melihat taman di belakang rumah," jelas Galen. Joana mengangguk percaya. "Kalau begitu ayo duduk, kita sarapan bersama." Liona dan Galen mulai duduk ikut bergabung mereka. Liona duduk di antara Sehan dan Galen. Perempuan itu mengukir senyum saat suaminya terus melempar tatapan curiga. Sandra yang sejak tadi hanya diam, kini mulai memperhatikan Liona dan Sehan secara bergantian. Dia tau, hubungan Sehan dan Galen tidak baik. Tapi Galen dan Liona justru terlihat akrab. Sandra bisa merasakan apa yang saat ini dirasakan Sehan, namun dia tak mau ikut campur. Sandra percaya, Sehan bisa menyelesaikannya sendiri. "Minum teh sebelum sarapan tidak baik untuk kesehatan," ucap Sehan sambil mengambil makanan di piringnya. Walau Sehan berbicara cukup pelan, dan bern
Liona diam seketika. Dia bisa melihat, ada air mata kekhawatiran yang menggenang di kelopak mata Sehan. Ucapan laki-laki itu barusan, berhasil membuat hati Liona merasakan desiran aneh. Memang benar, selama ini tidak ada hal lain yang membuat Sehan takut selain kehilangan Liona. Liona sadar, Sehan selalu khawatir padanya. Pikiran Liona kembali teringat tentang kejadian-kejadian yang telah menimpanya setelah menjadi istri Sehan. Dia pernah hampir terserempet mobil karena syok dengan pernyataan Gretta dan kakeknya, Sehan menghampirinya dengan wajah khawatir.Saat pertama menemui Galen, Sehan juga menghampirinya dengan raut khawatir. Liona kini sadar, Sehan benar-benar takut kehilangan dirinya. Tapi Liona tak tau alasannya karena apa. Benarkah karena cinta? Tapi Liona masih bingung, secepat itukah Sehan jatuh cinta padanya? Bahkan Liona sendiri sampai sekarang bingung bagaimana perasaannya terhadap Sehan, sedangkan laki-laki itu justru l
Satu Minggu kemudian ... Liona yang sejak tadi sibuk bermain ponsel di sofa ruang tengah, mendadak mendengar suara pintu terbuka. Dia mengalihkan pandangannya, dan mendapati sang suami ternyata sudah kembali ke rumah. Laki-laki itu baru saja selesai menghadiri acara peresmian presdir Wiratama group. Liona berdiri, dan menyambutnya. "Sudah pulang?" Sehan mengangguk mengiyakan. Lalu menghampiri sang istri, dan mengecup singkat kening perempuan itu. Liona sudah mulai terbiasa dengan perlakuan yang diberikan Sehan setiap berangkat dan pulang bekerja. Dia ingin menanyakan bagaimana kakak iparnya setelah diresmikan menjadi Presdir Wiratama, tapi Liona segera mengurungkan niatnya tersebut. Mengingat Minggu lalu dia sempat berdebat dengan Sehan karena terlalu dekat dengan Galen, Liona jadi harus berhati-hati setiap ingin menanyakan tentang kakak iparnya tersebut pada sang suami. "Liona,
Gretta menatap Darwin tak habis pikir. "Sayang apa maksudmu?""Tujuanku mengundang Sehan untuk makan malam di sini, aku ingin memberikan kabar baik untuk kita semua. Aku akan memberikan sebagian saham yang ku punya di perusahaan Atharya, untuk Liona."Mata Gretta melotot tak terima. Bagaimana bisa Darwin memutuskan sepihak begitu saja tanpa mendiskusikannya lebih dulu dengannya? Bahkan saham yang sangat Gretta harapkan jatuh pada Aoura justru dengan mudahnya Darwin berikan pada Liona."Kau akan membantu keuangan perusahaan Atharya jika Liona mendapatkan sebagian saham di sana kan?" tanya Darwin memastikan. Tanpa pikir panjang, Sehan mengangguk meyakinkan sang ayah mertua. "Tentu saja. Aku senang mendengarnya, walau masih sebagian kecil Liona mendapatkan saham di sana. Akan lebih baik jika Liona memegang saham tertinggi bukan?""Apa kau sedang menghasut ayah?" kini Aoura ikut bersuara. Dia tak tahan mendengar Sehan terus memanfaatkan kead
Enam tahun kemudian ...Rumah keluarga Wiratama kini tampak ramai. Para tamu undangan mulai berdatangannya, dan banyak anak kecil membawa hadiah.Tepat hari ini, Arsen Wiratama berusia genap lima tahun. Semua orang merayakan ulang tahunya dengan kegembiraan. "Okey, selanjutnya adalah acara potong kue!"Semua anak dan para tamu undangan bertepuk tangan dengan meriah, saat sang MC membacakan urutan acara selanjutnya. "Potong kuenya!""Potong kuenya!"Sorak anak-anak yang ada di sana. Dibantu dengan sang papa dan mamanya, Arsen mulai memotong kue ulang tahun di hadapannya. "Baik, kuenya sudah dipotong. Sekarang, Arsen ingin memberikan suapan pertama kuenya ke siapa ya?" tanya MC membuat semua orang di sana jadi penasaran tak sabar. Arsen menoleh ke kenan dan kirinya sesaat, mulai bingung."Arsen pasti ingin memberikan suapan pertama pada mama kan?" bisik Liona berusaha merayu putra kecilnya te
Ke esok harinya, Sehan dan Galen duduk di jok belakang mobil. Sedangkan Dua pria berbadan kekar kekar duduk di jok depan mereka, dan satu pria itu mengemudikan mobil.Di depan mobil mereka, juga ada satu mobil lain yang menunjukan arah sekaligus mendampingi Sehan dan Galen.Setelah cukup lama, mereka telah sampai di sebuah bangunan beton yang tampak kusam. Menuju ke sana memerlukan waktu hampir tiga jam, letakkan memang sangat jauh dari pusat kota.Dua bodyguard yang ada dalam mobil tersebut keluar lebih dulu, lalu berdiri di sisi mobil, dan mengawasi sekitarnya.Sehan tak langsung keluar, dia menoleh ke samping, menatap sang kakak. "Kak Galen tidak mau menemuinya bersamaan langsung denganku?"Galen menggeleng. "Aku akan berbicara dengannya setelah kau selesai. Aku hanya ingin memarahinya karena sudah berani membuat kakiku tidak berfungsi, sedangkan kamu pasti banyak hal yang ingin dibicarakan bukan?"Sehan mengangguk m
Di sebuah gedung besar, sebuah pesta pernikahan dilaksanakan dengan tema yang begitu sangat sederhana. Tamu undangan hanya terbatas, yaitu para rekan kerja dan sahabat-sahabatnya dari mempelai pria. Reno dan Aoura berdiri berdampingan, bersalaman dan menyambut para tamu dengan ramah.Hingga kedatangan Darwin bersama anak dan mantunya, berhasil mengalihkan perhatian semua orang di sana. Beberapa orang yang dilalui oleh mereka tersenyum menyapa. Tentu karena kebanyakan tamu undangan di sana adalah karyawan Wiratama group, jadi mereka begitu menghormati Darwin dan Liona, terutama Sehan.Melihat tiga orang penting itu berjalan ke arahnya, tangan Aoura mendadak berkeringat dingin. Dia lalu menyenggol lengan Reno di sampingnya, dan berbisik protes. "Kau juga mengundang ayah?""Tentu saja, bagaimana pun dia juga pernah menjadi ayah untukmu. Kita harus menghargainya dengan mengundangnya ke pernikahan kita," jelas Reno berusaha membuat Aoura pah
Satu Minggu kemudian. Liona dan Sehan sudah berpakaian rapi, bersiap untuk berangkat ke acara pernikahan Aoura dan Reno. "Sudah siap?" tanya Sehan memastikan saat sang istri baru saja keluar dari kamar. Liona tersenyum, lalu mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu, kita berangkat sekarang."Sehan dan Liona berjalan keluar rumah. Saat ini mereka sudah berada di rumah mereka sendiri. Sehan memutuskan untuk kembali ke rumah mereka dua hari lalu, setelah Sehan berhasil meyakinkan Joana bahwa keadaannya sudah membaik.Mobil yang mereka tumpangi kini mulai melaju, meninggalkan halaman rumah. Tak langsung menuju gedung acara pernikahan, Sehan dan Liona meminta sang suami untuk mengantarkannya lebih dulu ke rumah Darwin. "Bukankah ayah pasti juga diundang oleh Aoura?" tanya Liona penasaran.Sehan menoleh sesaat, lalu kembali fokus pada jalanan di hadapannya. "Entahlah, aku juga tidak tau. Bahkan setelah meninggalkan rumah ayahmu, seperti
Setelah sampai di depan kamar yang mereka sewa. Sehan menurunkan Liona dari gendongannya. Laki-laki itu kemudian membuka pintu di hadapannya menggunakan key card yang baru saja dia kantongi.Setelan pintu terbuka, Liona masuk lebih dulu ke dalam sana, diikuti Sehan di belakangnya. Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke sekitar, memperhatikan ruangan tersebut dengan seksama. "Sepertinya tidak ada yang berubah, ini masih sama seperti saat aku datang ke sini pertama kalinya."Sehan menghentikan langkahnya di samping sang istri, dia menatap wajah Liona yang tampak bahagia itu sesaat, sebelum akhirnya ikut memperhatikan sekitarnya dengan seksama. Sehan memang tidak pernah merubah tampilan ruangan itu. Sejak dulu masih sama, tetap begitu-begitu saja. Namun Sehan tak pernah bosan dengan tampilan yang seperti itu. "Lagi pula, aku jarang ke sini lagi setelah menikah denganmu. Dulu, aku menyewa kamar ini untuk tempat istirahatku, ji
Setelah pergi dari rumah Reno, Sehan dan Liona kembali melanjutkan perjalanannya. Kini mobil yang Sehan kemudikan telah sampai di depan gedung hotel Wiratama, seperti apa yang Liona minta. Entah, Sehan belum mengerti kenapa istrinya mengajaknya ke sana. "Apa yang sebenarnya kamu rencanakan Liona?" tanya Sehan yang semakin penasaran. Namun Liona masih tak mau menjawabnya, perempuan itu hanya tersenyum saja. Liona kemudian keluar lebih dulu dari mobil, Sehan hanya mengikutinya. Hingga mereka memasuki gedung tersebut, dan Sehan terus mengikuti Liona dari belakang. Perempuan itu berjalan menuju restoran yang ada di lantai dua hotel tersebut. Hingga sampai di salah satu kursi pengunjung yang terletak di dekat jendela kaca gedung tersebut, Liona menarik Sehan dan memaksa laki-laki itu untuk duduk di sana. Sehan yang sejak tadi masih kebingungan, hanya menurut mengikuti apa yang sang istri lakukan padanya. Setelah Sehan duduk di s
Aoura mengarahkan pandangannya pada Sehan sesaat. Tampak terkejut setelah mendengar pertanyaan Sehan barusan. Aoura lalu menatap Reno, meminta penjelasan. Reno paham apa maksud Aoura. Dia menghela nafas pelan sesaat, lalu menjelaskan, "aku sudah mengatakan semuanya pada pak Sehan.""Kenapa kau memberitahu banyak orang?""Pak Sehan adalah orang penting di tempatku bekerja, tidak mungkin aku tidak akan mengundangnya di pernikahan kita," jelas Reno berusaha membuat Aoura paham."Jadi, apa kau tidak berniat untuk mengundangku?" tanya Sehan pada Aoura. Perempuan itu hanya diam. Sehan lalu mengimbuhkan, "jika Reno menikah tanpa memberitahu atasan di perusahaannya, maka dia tidak akan mendapatkan hadiah istimewa dari perusahaan."Aoura menatap Sehan dengan sorot berbinar. Tentu saja saat mendengar kata 'hadiah' suasana hatinya seketika berubah senang. "Benarkah? A-aku pasti akan mengundangmu Sehan."Reno menghela nafas pelan.
Seperti apa yang Liona katakan tadi malam. Perempuan itu akan mengajak suaminya ke suatu tempat, pagi ini.Namun sebelum menuju tempat yang Liona maksud, perempuan itu meminta Sehan untuk singgah lebih dulu ke rumah Reno. Sehan tau apa maksud tujuan Liona menemui Reno dan Aoura.Hingga sesampainya di sana. Sehan mengetuk pintu sebuah kontrakan sederhana yang dia singgahi bersama sang istri. Tak lama kemudian, seorang laki-laki keluar dari kontrakan tersebut.Laki-laki itu menatap Sehan dan Liona dengan sorot terkejut. "Pak Sehan? Liona?""Pagi Reno. Apa kedatangan kami menganggu waktumu saat ini?"Reno tak langsung menjawab. Dia justru berpikir sejenak, sambil berusaha menebak apa tujuan sepasang suami istri tersebut datang ke tempat tinggalnya. Terakhir Sehan dan Liona datang ke sana, untuk bertemu dengan Aoura. "Pak Sehan datang sepagi ini ke rumah saya, tentu membuat saya cukup terkejut. Tapi kedatangan pak Sehan sa
Pintu kamar terbuka, Liona yang saat itu sedang menyisir rambut di depan kaca menoleh sesaat.Sehan tersenyum, lalu menutup pintu kamarnya kembali. Mereka baru saja menyelesaikan makan malam bersama keluarga yang lain, namun setelah selesai Liona langsung ke kamar, sedangkan Sehan masih berbincang dengan Joana dan Galen. "Sudah selesai berbicara dengan nenek dan kak Galen?" tanya Liona memastikan. Sehan mengangguk mengiyakan. Perempuan itu menatap cermin dan melanjutkan menyisir rambutnya. Sehan melangkah menghampiri, lalu memeluk pinggang Liona dari belakang. Sesekali memberikan usapan kecil pada perut buncit sang istri. Membuat Liona seketika menghentikan kegiatannya untuk menyisir rambut. Dia menatap wajah Sehan melalu cermin di hadapannya, senyum bahagia masih terukir di bibir laki-laki itu. Membuat Liona yang menatapnya juga ikut senang."Sepertinya setelah kamu sadar dari koma, kehidupan ini sangat menyenangkan untuk kita berdua.