Sandra berjalan bolak-balik di hadapan Joana dan Bram. Dia sangat khawatir dengan Liona, di tambah dia juga sekarang tak mengetahui keberadaan Sehan. Membuat pikirannya semakin tak bisa tenang.
"Seharusnya aku ikut dengan Sehan tadi," ucap Sandra menyesal. "Pikiran Sehan sedang kacau. Dan aku justru membuatkannya pergi sendiri mencari Liona.""Sandra duduklah," pinta Joana yang juga ikut merasa khawatir. Dia justru semakin pusing melihat menantunya berjalan mondar-mandir di depannya. Pandangan Joana kini mengarah pada Bram. "Bram, kau sudah minta polisi untuk menghubungimu kembali jika bertemu dengan Sehan atau Liona kan?"Bram mengangguk membenarkan. "Salah satu polisi itu adalah teman Sehan. Mereka juga yang telah membantu Sehan menangkap Gretta di apartemen saat itu, aku yakin jika saat ini Sehan mencari Liona, pasti anak itu juga akan meminta bantuan kepada temannya itu lagi. Tapi untuk saat ini, polisi itu mengatakan Sehan belum ada menelponnya lagiSebuah mobil putih terus melaju, menyusuri jalanan dengan kecepatan penuh. Hari sudah senja, namun Sehan belum juga menemukan sang istri. Tentu pikirannya semakin tak bisa tenang. "Bagaimana keadaan Liona saat ini? Bagaimana jika Gretta melakukan hal macam-macam padanya?" Tangan Sehan mencengkram setir mobilnya dengan erat. Dia frustasi dan juga marah. Mengingat Liona saat ini sedang hamil, jika Gretta melukai Liona sudah pasti janin dalam kandungan perempuan itu juga akan ikut kenapa-kenapa. Saat ini ada dua nyawa yang sangat Sehan khawatirkan. "Ingat Gretta, aku akan menyiksamu hidup-hidup jika sampai Liona dan janinnya terluka!" Sehan semakin menambah laju mobilnya. Dia tak mempedulikan sekitar, bahkan juga tak peduli dengan keselamatannya. Pikirannya saat ini hanya tentang Liona saja. Sehan benar-benar frustasi. Hingga tak sengaja, seekor anak anjing menyeberang jalan. Mata
Hari sudah gelap, akhirnya Sandra kembali pulang. Saat baru keluar dari mobil, Sandra sudah disambut oleh Bram dan juga Joana di teras rumah. "Sandra." Joana menghampiri sang menantu dengan raut khawatir. Dia lalu bertanya, "apa kamu menemukan Sehan atau Liona?" Sandra menjawab pertanyaan Joana dengan sebuah gelengan lemah. "Aku tidak menemukan mereka Bu." "Sandra sebaiknya kita tunggu di rumah saja. Aku sudah meminta polisi untuk menambah personil mereka yang diturunkan ke lapangan untuk mencari Liona. Dan semoga mereka juga bertemu dengan Sehan dalam perjalanan mencari Liona nantinya." Sandra mengangguk menurut. Joana kembali berucap, "kalau begitu kita tunggu informasi selanjutnya di dalam rumah saja. Kamu juga belum makan Sandra, kondisimu pasti akan melemah." "Sandra tidak nafsu makan Bu, Sandra hanya khawatir dengan kondisi Sehan dan Liona." Tentu saja, seorang ibu mana yang bisa tenang j
Terdengar Gretta terbahak keras setelah Sehan memanggil nama sang istri. Panggilan video itu kembali di arahkan ke wajah Gretta. Dia lalu berucap, "baru tadi pagi kau berpisah dengan istrimu. Sepertinya kau sudah sangat begitu merindukannya sekarang.""Gretta, kembalikan Liona kepadaku sekarang!"Gretta kembali terbahak sesaat. "Sehan, kenapa kau terlihat begitu takut saat melihat Liona bersamaku? Apa kau sudah menduga jika aku akan membunuh Liona?""Aku tidak akan membiarkanmu melakukan itu! Aku akan membunuhmu lebih dulu, sebelum kau melukai Liona!" ucap Sehan murka. Namun Gretta sama sekali tidak takut dengan ancaman Sehan. Dia justru berbicara menantang, "silahkan jika kau bisa melakukan itu Sehan! Kau saja tidak tau saat ini aku dan Liona berada di mana kan?"Sehan terdiam. Apa yang dikatakan Gretta memang benar. Bahkan dia tidak bisa menemukan keberadaan sang istri. Sehan hanya bisa menahan amarah. "Tapi tenang
Setelah memastikan panggilan video bersama Sehan, Gretta mengukir senyum puas. "Aku yakin, saat ini Sehan pasti benar-benar menyesal telah mengusik kehidupanku. Dia pasti sangat takut dan frustrasi. Selamat Sehan, ini adalah kehancuranmu dimulai."Gretta kemudian berbalik, menatap perempuan malang yang masih terikat di kursi. Lalu menghampiri."Tidak perlu berharap lebih Liona, sebentar lagi kematian akan datang menjemputmu. Impianmu menjadi seorang ibu, dan hidup bahagia bersama Sehan tidak akan pernah terjadi. Kau tidak mau berdoa lebih dulu sebelum aku mengirimkan nyawamu kepada Tuhan, jangan berdoa untuk hidup lebih lama, tapi berdoalah agar Tuhan mau menerimamu di surga."Liona menggeleng lemah. Air mata sejak tadi tak bisa berhenti mengalir dari kelopak matanya. "Sekarang ikutlah denganku. Kita akan menuju ke tempat, di mana kehidupanmu akan berakhir."Gretta melepas ikatan di kaki Liona, membuat perempuan itu kini b
Gretta langsung menginjak rem mobilnya seketika, saat sebuah mobil lain tiba-tiba menyalip dan berhenti di depan mobilnya. Dia berdecak kesal."Sialan. Siapa yang menghalangi jalan mobilku? Apa dia tidak bisa menyetir?"Gretta kemudian keluar dari mobil, dan berniat untuk menghampiri pemilik mobil yang berhenti di depannya.Liona hanya memperhatikan di dalam mobil, apa yang akan dilakukan Gretta? Tak lupa, dia masih berusaha melepaskan ikatan di pergelangan tangannya.Baru beberapa langkah keluar dari mobilnya, pemilik mobil yang ada di depan Gretta justru keluar. Mata Gretta membulat, langkahnya seketika terhenti. Galen keluar bersamaan dengan sang supir. Dia memberikan tatapan dingin pada wanita di hadapannya, yang terlihat begitu takut padanya. "Galen?""Lama tidak bertemu, Gretta?" sapa Galen masih dengan raut datar. Gretta sama sekali tak mempedulikan sapaan laki-laki itu. Dia melangkah mundur secara per
Pandangan Gretta kini kembali mengarah pada Liona. Dia menghampiri, dan berniat untuk menutup pintu mobil di samping Liona tersebut. Namun dengan segera Galen merangkak, lalu menahan kaki Gretta. Membuat wanita itu tak bisa berjalan. "Apa yang kau lakukan padaku Galen?"Gretta berusaha melepaskan kakinya dari pegangan Galen, namun sayangnya kekuatan laki-laki itu terlalu kuat untuk dia kalahkan.Sorot mata Galen kini mengarah pada Liona yang masih berada di dalam mobil. Dia lalu memberikan perintah, "Liona. Segeralah masuk ke mobilku!""A-apa yang kak Galen maksud?" ucap Liona tak paham."Aku akan menahan wanita ini. Kamu bisa mengemudikan mobil kan? Cepat masuklah ke mobilku, dan pulanglah ke rumah. Ada nenek di sana, dan juga keamanan sangat ketat di rumah Wiratama. Kamu pasti aman di sana, dia tidak bisa mengejarmu sampai sana!" jelas Galen berusaha membuat Liona paham.Namun mendengar hal itu, Gretta melotot protes
Darah segar keluar, bercucuran dari kaki kanan Galen. "Arghh!" Galen teriak tertahan saat sebuah pisau menghujam tepat di kaki kanannya. Gretta mencabutnya lagi, dan memasukan pisau itu ke balik bajunya seperti semula. Dia sudah cukup puas melihat Galen tak berdaya saat ini."Itulah akibatnya jika kau terlalu ikut campur urusan orang lain!"Setelah mengatakan itu, Gretta kembali menginjak dengan kasar kaki Galen yang terluka. Membuat Galen semakin teriak kesakitan. Setelah cukup puas, Gretta bergegas masuk ke mobilnya. Wanita itu mulai mengejar Liona yang sudah cukup jauh.Galen ingin menahannya lagi, namun kekuatannya sudah terkuras. Dia tak punya cara lain, selain pasrah melihat Gretta pergi. Di tengah jalanan sunyi malam itu, Galen hanya bisa menahan sakit yang menjadi di kedua kakinya. Dia ingin merayap meraih tongkatnya, namun sepertinya juga mustahil dia bisa berdiri lagi. Sorot matanya kini kembali m
Wajah Galen semakin pucat. Dia telah banyak kehilangan darah. Galen hanya pasrah, jika sebentar lagi dia akan menyusul supir pribadinya ke surga.Namun sebuah mobil akhirnya datang, dan berhenti di hadapannya. Sepasang suami istri keluar dari mobil tersebut. Dengan raut panik, mereka langsung menghampiri Galen. "Galen!"Bram dan Sandra berjongkok di samping Galen, memperhatikan kondisi sang anak dengan seksama."Apa yang terjadi padamu?" tanya Bram khawatir. Belum sempat Galen menjawab pertanyaan Bram. Perhatian Sandra justru teralihkan pada sang supir yang sudah tergeletak kaku tak jauh dari mereka. "Papa, liat itu!"Bram menoleh, dan mendapati jasad sang supir. Matanya membelalak tak menyangka. "Apa yang telah terjadi pada kalian Galen?""Gretta yang melakukan semua ini. Kami ingin menolong Liona, tapi hal itu membuat Gretta marah. Dan inilah yang terjadi."Sandra menggeleng tak percaya.