Tiga hari kemudian ...
Gretta menggaruk kakinya yang terasa gatal. Sejak dimasukkan ke dalam sel penjara tubuhnya jadi merah-merah. Tentu saja, dia tidak terbiasa tinggal di tempat seperti itu.Tiga orang wanita lainnya yang berada di satu ruang bersamanya sejak tadi terus menatapnya dengan sorot aneh."Kau bahkan belum tidur sejak pertama masuk ke sini," ucap salah satu wanita itu mengomentari Gretta.Tentu saja. Bahkan semua orang bisa tau bahwa dirinya tidak pernah tidur hanya dengan melihat kondisi Gretta saat ini.Kantung matanya sudah menghitam, rambutnya yang kering terlihat berantakan. Bagaimana Gretta bisa tidur di tempat seperti itu?"Apa kalian tau, aku tidak pernah tinggal di tempat seperti ini? Ini semua gara-gara anak tiriku. Aku jadi masuk ke tempat seperti neraka ini," ucap Gretta dengan kesal. Dan yang lebih membuatnya kembali emosi, saat pikirannya kembali teringat pada Sehan.Gretta masih berpikir kerWanita berparas cantik tergeletak di lantai, dengan beberapa tablet obat berceceran di sekitarnya. Mata wanita itu masih terbuka, walau mulutnya sudah mengeluarkan banyak busa. "Bunda!"Kelopak mata Liona seketika terbuka. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat dingin sudah membasahi keningnya. "Mimpi itu lagi?"Liona beringsut duduk. Akhir-akhir ini dia selalu mendapat mimpi yang sama. Mimpi yang tak lain adalah sebuah potongan memori ingatannya di masa kecilnya. Hal itu selalu membuat Liona penasaran. Kenapa tidak semua ingatannya kembali? Kenapa hanya secuil saja yang bisa Liona ingat?Suara pintu terbuka berhasil menyita perhatian Liona yang tadinya tengah termenung. Sehan baru saja keluar dari kamar mandi, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil."Sudah bangun?"Liona mengangguk mengiyakan. Namun melihat wajah sang istri yang tampak berkeringat dan tak seceria biasanya, justru membuat Se
Hari ini, Sehan berada di Wiratama group. Sudah sangat lama dirinya tak mengunjungi perusahaan itu, terakhir bersama Liona dan justru membuatnya dan Galen berdebat. Seperti biasa, awal Sehan memasuki gedung besar itu para karyawan di sana menyapanya dengan ramah. Sehan tanya perlu balas tersenyum dan mengangguk, menghormati sapaan mereka. "Sehan."Langkah Sehan terhenti, tepat saat dirinya berada di lorong koridor menuju ruang presdir Wiratama group. Sehan menoleh, laki-laki dengan bantuan tongkat berjalan ke arahnya. "Kau datang ke sini?" tanya Galen berbasa-basi pada sang adik, sambil tersenyum samar. "Sudah lama tidak bertemu semenjak -""Aku tidak ingin membahas hal lain selain tentang perusahaan ini," ucap Sehan memotong kalimat Galen. "Aku ingin mendengar penjelasannya tentang perkembangan perusahaan ini."Galen mengangguk paham. Sampai sekarang dia belum tau, apakah Sehan sudah percaya bahwa dirinya benar berubah?
Setelah menemui Reno tadi siang, Sehan langsung pergi ke interior harmony karena ada pekerjaan penting yang harus diurus. Hingga pukul tujuh malam, dia akhirnya bisa pulang.Sesampainya di rumah, dia melihat Liona tengah berada di dapur. Perempuan itu masih sibuk dengan pekerjaan dapur. Sehan kemudian menghampiri."Memasak apa?"Liona terperanjat kaget. Dia lalu menghela nafas kesal, sambil melanjutkan masakannya yang belum matang kembali."Kenapa kau selalu mengagetkanku?"Sehan hanya tersenyum. Dia lalu memeluk sang istri dari belakang dengan mesra. Sesekali memberikan kecupan singkat di bahu perempuan itu. "Karena tadi kamu mengatakan akan pulang malam, jadi aku juga baru memasak sekarang. Jika memasak sejak tadi, pasti makanannya akan dingin," jelas Liona.Sehan mengangguk paham. Namun kemudian protes tak terima, "itu artinya kamu juga harus makan terlambat karena menungguku pulang? Aku tidak setuju jika s
Pagi hari itu, sebuah mobil putih berhenti di depan kontrakan sederhana.Sehan yang tadinya mengemudikan mobil tersebut, kini menoleh ke samping. Liona masih duduk di sana, tak berniat untuk tergesa-gesa keluar dari mobil."Kau yakin?" tanya Sehan memastikan. Liona mengangguk yakin. Memang mereka datang ke tempat itu atas permintaan Liona. Liona ingin melihat langsung, bagaimana kondisi Aoura saat ini. Mungkin setelah melihat Gretta menderita, dan melihat Aoura juga ikut menderita, Liona akan semakin puas. "Aku sudah mengirimkan pesan untuk kak Galen, agar dia memberikan libur untuk Reno hari. Aku juga sudah meminta kak Galen, agar tidak memberitahu Reno jika aku yang mengajukan libur untuknya. Dia juga tidak tau jika kita akan datang ke sini."Liona mengangguk paham. Dia lalu tersenyum. "Terimakasih Sehan. Kamu tidak perlu memberitahunya, justru akan terlihat sangat menyenangkan jika Reno dan Aoura sama-sama terkejut dengan kedatangan
Rahangnya mulai mengeras. Kedua tangannya mengepal erat, menahan amarah. Jawaban Liona barusan, berhasil membuat emosi Aoura kembali membuncah.Dia berjalan mendekat, dan menatap Liona tajam."Coba katakan sekali lagi!"Liona berdiri, diikuti Sehan. Dengan penuh penekanan Liona kembali mengulang kalimatnya, kali ini dengan lebih jelas. "Aku puas melihatmu seperti ini. Aku puas melihatmu hancur bersama ibumu. Aku puas -"Kalimat Liona terhenti, dia terpejam saat Aoura mulai melayangkan tangannya. Namun dengan cepat Sehan menahannya, tak membiarkan Aoura dengan mudahnya menampar Liona.Mata Liona kembali terbuka, dia kembali menatap Aoura. Matanya mendelik cukup kaget, dia baru tau ternyata Sehan menahan Aoura. "Kau berani melukai Liona, ku pastikan hidupmu akan menderita jauh lebih dari ini!" ancam Sehan tak main-main.Aoura melepaskan tangannya dari cengkraman Sehan dengan kasar. Hatinya sakit, dia rela memaki Gretta ka
Lima bulan kemudian ...Pintu kamar terbuka, seorang laki-laki yang sudah berpakaian rapi keluar dari kamar. Dia mengukir senyum manis saat melihat sang istri duduk di ruang tengah sambil memakan semangkuk buah-buahan yang sudah dipotong. Dia lalu berjalan menghampiri, dan duduk di sampingnya sang istri. "Kamu mau berangkat kerja?" tanya Liona penasaran saat sadar kini Sehan sudah tampak lebih rapi. Tidak seperti saat sarapan tadi.Sehan mengangguk membenarkan. "Interior harmony mendapat proyek baru. Kemungkinan proyek itu akan mulai dilaksanakan bulan depan. Tapi aku ingin semakin mempercepatnya, agar tidak bersamaan di hari kamu melahirkan nantinya."Liona memperhatikan tangan Sehan yang mulai mengusap perutnya yang sudah membesar. Liona mengangguk paham, lalu tersenyum. "Aku hanya bisa mendoakan, semoga proyeknya lancar.""Terimakasih sayangku," ucap Sehan sambil mengacak rambut Liona dengan gemas. Pandangan Sehan kini mengarah pada s
Setelah sang suami berangkat bekerja, Liona mulai siap-siap dan juga memutuskan untuk keluar rumah. Dia sudah meminta ijin sebelumnya kepada Sehan, hari ini dia bersama Darwin akan mengunjungi perusahaan Atharya. Hingga sampai di rumah sang ayah, Liona masuk begitu saja ke dalam rumah tersebut. Dia melihat ayahnya sedang duduk di ruang tengah sambil menikmati secangkir kopi. Liona mengukir senyum lebar dan mulai menghampiri."Ayah."Pandangan Darwin kini mengarah ke asal suara. Dia balas tersenyum hangat saat melihat kedatangan sang putri. "Liona, pagi sekali kamu datang. Ayah belum bersiap-siap."Liona mulai duduk di sofa seberang meja sang ayah. Dia lalu menjawab, "tidak apa-apa ayah. Liona sengaja datang lebih pagi ke sini supaya bisa istirahat dulu di rumah ayah, lagi pula di rumah Liona juga bosan sendirian. Sehan sudah berangkat kerja lebih dulu."Darwin mengangguk paham. Dia kemudian menatap putrinya yang mulai mengusap
Ke esok harinya.Sebuah ponsel yang berada di atas meja, berdering sangat nyaring. Membuat perempuan yang masih terlelap di atas kasurnya mulai terusik. Kelopak matanya akhirnya terbuka, namun nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.Tangan Liona mulai terulur, berusaha meraih ponsel di atas meja tersebut. Namun belum sempat seseorang justru mengambilnya lebih dulu. Liona mengernyit, lalu mengarahkan pandangannya pada laki-laki yang tiba-tiba sudah berdiri di samping kasurnya. "Halo ma," jawab Sehan setelah menempelkan ponselnya ke telinga. Liona berkedip sesekali, lalu kembali memperhatikan wajah sang suami sambil menunggu nyawanya terkumpul semua."Sehan belum berangkat kerja. Sehan masih menunggu Liona bangun, dia masih tidur." Sehan melirik sang istri yang masih berbalut selimut tebal di atas kasur tersebut.Mendengar ucapan Sehan, mata Liona membulat tak terima. Dia mulai beringsut duduk. Jika Sandra tau kebiasaan buruk menant