Rumah tangga sebenarnya bukanlah hal sederhana. Dibutuhkan kekuatan untuk membangunnya. Sama seperti bangunan rumah biasa, harus ada pondasi yang kokoh untuk mendasarinya. Melayari bahtera rumah tangga juga harus menggunakan semua daya dan upaya. Akan ada banyak gelombang besar bahkan badai yang menerjang. Tidak hanya perjalanan mulus yang akan didapatkan, bukan hanya sekedar berbahagia dan bersenang-senang di atas ranjang. Namun rumah tangga juga menuntut komunikasi, pengertian, dan banyak kesabaran.Seperti Alvaro, yang kali ini berusaha meneguhkan hati untuk bersabar menghadapi sikap dingin Bunga. Alvaro sebenarnya dalam hati tidak menerima pertanyaan-pertanyaan yang baru saja dilontarkan Bunga kepadanya. Tidak mungkin dia tidak akan percaya pada Bunga, sang istri yang sudah mulai dicintainya. Tapi, kalau sang istri sendiri merahasiakan sesuatu kepadanya?Alvaro memegang dadanya, kekecewaan hari ini datang bertubi-tubi kepadanya. Kekecewaan karena menghabiskan masa kecil jauh dari
Tanpa jeda, Alvaro merengkuh tubuh Bunga. Dia menangis dalam pelukan perempuan itu. Dia tidak lagi merasa malu. Bunga paham, menangis itu lelaki tentu sangat mahal harganya. Tangisan lelaki sebenarnya tidak ada salahnya, walaupun sebagian dari lelaki merasa kalau tangisan yang mereka keluarkan sama artinya dengan kelemahan, menggadaikan harga diri di depan dunia, atau apapun itu. Tapi, menangis sebenarnya bukanlah hal lemah. Tangisan bagi lelaki adalah pertanda kalau dia sudah berdiri dengan kuat menahan segala dalam waktu yang lama.Bunga membalas pelukan Alvaro, membiarkan lelaki itu tersuruk di dalam pelukannya. Bunga mengecup lembut baju Alvaro. Perasaan kasih menerpanya pada lelaki yang menjadi suaminya itu. “Bersabarlah, kau harus membagi semua bebanmu denganku. Kalau kau tidak mengatakannya sejak awal, aku tidak akan pernah tahu apa yang kau hadapi. Seharusnya kau mengatakan padaku langkah apa yang ingin kau lakukan sehingga kita bisa menjalaninya bersama, kan?” ujar Bunga meng
“Hei, hei, kau malah tertawa. Apa pikiranmu sudah kemana-mana mendengarnya? Kau sekarang sudah nakal?” canda Alvaro. Jawaban itu membuat Bunga lebih tertawa lagi, kali ini sampai terkakah-kakah. Dia tahu sang suami sedang kesulitan.“Mungkin kau mau aku membantumu memasukkan,” ujar Bunga. Sekarang mereka berdua terpingkal-pingkal. Alvaro tentu saja tidak ahli ketika memasangkan kalung itu ke leher Bunga. Baru kali ini Alvaro menghadiahkan seorang wanita, dan itu adalah istrinya sendiri. Kalau gugup, tentu saja tidak, dia sudah terbiasa dengan Bunga. Hanya saja, tidak terbiasa.“Sudah! Akhirnya bisa. Buka matamu sekarang,” ujar Alvaro. Dia menatap takjub pada Bunga yang dilihatnya di dalam cermin meja rias.Bunga membuka matanya, melihat kalung yang dipasangkan Alvaro di lehernya. Kalung berlian itu mengkilat dengan liontin berbentuk hati. Memang benar, kalung itu tampak sangat cantik dikenakannya. “Oh, Sayang. Ini cantik sekali, terimakasih. Apa ini sogokan?” goda Bunga.Satu hal yang
Usai mandi dan sarapan pagi, Alvaro dan Bunga bersiap pergi ke rumah Kakek Bram. Alvaro sudah berjanji untuk meminta maaf atas sikap lancangnya pada Kakek Bram. “Kita berangkat sekarang?” tanya Bunga. Dia sudah siap.Bunga mengenakan pakaian santai, dan Alvaro masih saja suka melihatnya. “Okay, kita berangkat. Nanti, pulang dari rumah Kakek kita mampir ke rumah Papa dan Mama.” Alvaro merangkul bahu Bunga. Mereka berjalan ke garasi, dan Alvaro membukakan pintu mobil untuk istrinya itu.Baru saja mereka berbelok memasuki jalan raya, telepon genggam Alvaro berbunyi. Alvaro meminta Bunga mengambilkan telepon genggam itu. Ketika nama Zendaya muncul di layar, Bunga langsung berusaha bersikap biasa. “Ini dari ... Ibu, Ibu Zendaya,” ujar Bunga.“Sambungkan saja ke audio mobilnya, Sayang,” pinta Alvaro. Alvaro ingin menjaga perasaan Bunga. Dengan menyambungkan ke audio mobil, Alvaro akan menerimanya di hadapan Bunga. Berharap Bunga bisa mendengar semuanya dan tidak
“Ah ... eh ... ah ... eh, kau ini. Ada apa denganmu. Apa di kantor pusat itu harus menggunakan bahasa yang berbeda? Sampai kau jadi grogi seperti itu?” tanya Nabila. Bunga hanya hanya bisa meringis, tak tahu harus berkata apa.“Jadi, kau dari olahraga pagi? Apa sekarang sudah rajin?” tanya Bunga. Daripada Bunga harus menahan rasa, dia memutuskan lebih baik menggoda Nabila. Ternyata berhasil, sekarang wajah Nabila yang tampak sedikit merah merona.“Aku sebenarnya kemari dengan ... dia tadi ke toilet ... maksudku dengan Aditya. Tapi kau jangan marah padaku,” ungkap Nabila jujur, walaupun raut cemas tampak di wajahnya. Perasaan tak nyaman menerpa Nabila. Dia sebenarnya tahu kalau dulu Bunga menyimpan kekaguman pada Aditya. Semenjak Bunga pindah ke kantor pusat, Nabila mendadak jadi lebih dekat dengan Aditya.Bunga langsung tertawa, tentu saja dia tidak mungkin kesal dan marah pada Nabila. Bunga sendiri sudah menikah dan sudah mulai mencintai Alvaro, sang suam
Bunga sedang berusaha mengatur detak jantungnya agar lebih tenang. Hari ini perusahaan tempatnya bekerja mengelar acara penghargaan untuk karyawan-karyawan berprestasi.Gadis dua puluh empat tahun sudah mengerahkan seluruh penampilan dalam bersolek. Ia tidak ingin melakukan kesalahan sedikitpun dalam acara penting semacam ini.“Bunga Lestari.”Suara pembawa acara menggema di setiap sudut ruangan. Menyerukan namanya yang menjadi karyawan terbaik di tahun ini.Dengan perasaan senang ia berjalan menuju panggung. Menerima plakat penghargaan.Tepuk tangan riuh menghiasi ruangan, Bunga mengucapkan terima kasihnya dan sedikit memberi pidato, ia turun dengan membawa penghargaan di tangannya, ucapan selamat tak henti-hentinya Bunga dapati.Namun benar kata pepatah semakin tinggi pohon maka akan kencang angin menerpanya, Vanesa dengan sengaja menghujatnya, dan mengatakan jika selama ini Bunga hanya mengandalkan fisiknya untuk memikat hati manager.Padahal semua orang tau, Bunga bekerja dengan se
MenikahBunga mematut dirinya di depan meja rias matanya menatap lesu pada bayangan seorang gadis yang telah mengenakan baju pengantinGaun panjang berwarna putih dengan make up Flawless menambah kecantikan gadis itu ia terlihat begitu Anggun dan mempesonaGadis dalam bayangan itu nampak terlihat lebih dewasa dari biasanya rambutnya disanggul rapi menggunakan penjepit rambut yang begitu sederhana namun tetap terlihat eleganGaun putih panjang yang sedikit mengekspos pundaknya membalut tubuhnya yang ramping namun berisi dengan begitu sempurnaTak ada yang spesial dengan gaun pengantinnya itu hanya saja saat Bunga yang mengenakan gaun pengantin itu gaun itu begitu pas dan cantik membalut badannya lagi-lagi helaan nafas terdengar dari mulut gadis itu atau lebih tepatnya seorang wanita yang sebentar lagi akan menyandang status istri dari seseorang sedikitpun Tidak terpikir di benak Bunga bahwa dia akan menikah semuda ini, jika saja di izinkan, saat ini ia sangat ingin kabur dan melarikan d
Alvaro Moonstone, Pria bertubuh atletis, dibagian dada di tumbuhi bulu-bulu halus, alis tebal, bulu mata lentik serta hidung Bangir menambah rupawan wajah pria tersebut, tak lupa cambang yang sudah di cukur halus mempertegas bagian rahangnya.Ia sengaja mencukur dan merapikan cambangnya saat menjelang acara pernikahan kemarin. Pria itu tak menolak sedikitpun akan keputusan sang Kakek.Karena sebelum itu dia sudah menyelidiki lebih dulu siapa calon Istri yang telah dipilihkan oleh Kakeknya itu, wanita seperti apa dia, dan wanita itu mampu membuat jiwa penasarannya meronta-ronta, ia pun akhirnya setuju begitu saja dengan perjodohan itu.Flashback“Alvaro, kakek ingin berbicara padamu, duduklah disini dekat Kakek,” ucap Bram kakek Alvaro.Alvaro mendekati Kakeknya dan duduk disamping sang Kakek, menatap intens kearahnya.“Kakek ingin menjodohkanmu dengan seorang wanita dari keluarga Aditama. Kakek sudah berjanji pada mendiang sahabat kakek bahwa nanti cucunya akan menjadi menantu di kelua