Beranda / Lain / Menikahi Bu Manajer / Tentang Masa Kecil

Share

Tentang Masa Kecil

Penulis: Ursa Mayor
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-18 20:45:15

    Aku tidak punya uang lagi kalau sisa tabungan daruratku yang tinggal tujuh juta itu kubayarkan untuk tagihan rumah sakit. Mau bagaimana lagi, terpaksa.

“Dwi!” panggilku lirih.

“Huum?”

“Tolong kembalikan dokumen Kakak yang kamu ambil itu!” aku memberanikan diri.

“Sudah kubilang akan kusimpan untuk kebahagiaan Kak Pras dan Kak Erika di masa depan.”

“Tap-,”

 “Pokoknya jangan khawatir, aku menyimpannya di tempat yang aman.” ujar Dwi. “Sudah ah, aku mau istirahat dulu!”

     Aku berdecak, mengusap muka. Hanya itu warisan papa yang ditinggalkan untukku. Ditambah lagi, waktuku tidak banyak agar tidak membayar sewa kedai yang terbakar kalau pelakunya tidak berhasil diungkap.

Derit di pintu membuyar pikiranku yang berat. Erika dengan pakaian formal berwarna biru langit muncul dari balik pintu masuk.

“Selamat datang!” sambutku sambil menoleh ke arah

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikahi Bu Manajer   Romansa Senja

    “Mau bermain di kotak pasir?” ajakku. Erika mengerem pergerakan ayunan dengan kedua kaki jenjang, “Hah?” Erika memiringkan kepala. “Ayolah! Kita kembali ke masa kanak-kanak sebentar. Kita sudah frustasi dengan berbagai urusan orang dewasa.” Aku berdiri dari ayunan, melangkah mundur sambil melayangkan senyum ke arah Erika yang masih terheran. “Aku duluan!” Aku berlari, masuk ke kotak pasir, berjongkok kemudian memampatkan pasir hitam. Aku tersenyum, istriku akhirnya ikut juga berjongkok di dalam area kotak pasir, tepat di hadapanku. Dia menumpuk pasir dengan tangannya yang kurus. Tumpukan pasir itu kemudian menggunung, lalu ujungnya dibuat jadi mengerucut. Di sisi puncak gnnung pasir mahakaryanya, Erika membuat garis lekukan melingkari puncak. “Ini Gunung Fuji!” serunya. Aku memerhatikan dengan seksama mahakarya itu, tersenyum tipis sambil terus memapatkan pasir dengan tan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-19
  • Menikahi Bu Manajer   Kembalinya Indera Perasa Erika

    Kami tidak langsung pulang ke rumah karena Erika mengajakku makan di sebuah kafe dekat sini. Kafe yang kukunjungi bersama Dwi saat tahu perihal kehamilan adik iparku. Bahkan, tempat yang kududuki sekarang ini adalah tempat duduk waktu itu. Hanya saja, di depanku sekarang adalah Erika yang sedang asik mengelanakan mata di atas menu. “Makan apa, ya?” ucapnya. “Apa saja kurasa tidak masalah karena yang lapar itu perut, bukan lidah,” celetukku. Erika memincingkan mata sesaat kemudian kembali mengalihkan pandangannya di atas menu. “Mi ayam ajalah!” ucapnya. Aku mengangkat tangan, memanggil pelayan. Sejurus kemudian seorang pelayan laki-laki menghampiri kami dengan sebuah nota dan pulpen di tangan. “Pesan apa, Kak?” tanyanya kemudian. “Mi ayam dua porsi,” jawabku. “Minumnya?” “Saya mau mojito,” jawab Erika. “Saya es teh saja!” susulku. Pelaya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • Menikahi Bu Manajer   Kemarahan Papa Mertua

    Kami kembali ke rumah, membawa sebuah bungkusan berisi mi ayam untuk Dwi. Aku terkesiap, ketika mendapati ayah mertuaku duduk berhadapan dengan Dwi di meja makan. Masih mengenakan pakaian formal, dia datang tanpa pemberitahuan sama sekali. “Selamat malam, Papa!” sapaku. Aku mendekat ke meja makan, disusul oleh Erika di belakangku. “Sudah lama, Pa?” tanyaku. “Sekitar tiga puluh menit yang lalu,” jawabnya. Entah apa yang ayah mertua dan adik iparku bicarakan tadi, atmosfir di sini terasa panas. Sejak aku dan Erika datang, ayah mertuaku memandang ke arah Dwi yang tertunduk dengan ekspresi serius. “Erika!” panggilnya kemudian. “Iya!” Erika menyahut dari belakang konter dapur. “Apa kamu tidak bisa menjaga adikmu ini dengan baik? Masa depannya sudah hancur. Pewaris keluarga Jayanta ini, tidak bisa diharapkan lag

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • Menikahi Bu Manajer   Pesan Tante

    “Tidak!” jawabku.“Jangan bohong, Pras!” Erika mendelik sembari bersedekap. Karena dia sudah terlanjur tahu kehamilan adiknya, aku tidak bisa mengelak lagi. Akhirnya aku pun berkata, “Ya, aku tahu!” Erika kembali menutup mulutnya dengan tangan setelah mendengar jawaban yang kulontarkan. Titik air di kelopak matanya pun mengalir di pipi.“Ka … kamu!” Erika bergetar lalu menutupi wajahnya. Melihat istriku menumpahkan kekecewaannya, dadaku rasanya terhentak oleh sesuatu akan tetapi, tidak ada yang bisa kulakukan selain mengusap wajah. Menerima kenyataan bersama dirinya. Wajah muram Erika tampak begitu dia menurunkan tangan, air mata memenuhi area wajahnya.“Aku sangat menyayanginya … Adikku itu meski pun dia bukan ad-,” kalimat Erika terhenti. Tonjolan kecil di lehernya na

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-23
  • Menikahi Bu Manajer   Melunasi Tagihan

    Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Aku memutuskan untuk bermalam di rumah mendiang orang tuaku. Meski tidak pernah kutinggali, kamarku tetao bersih dan rapi karena bantuan Tante. Dulu sekali, tempat favoritku untuk berpikir adalah di sofa single di dekat jendela. Di depannya ada sebuah meja kayu yang biasa kugunakan untuk meletakkan kopi. Sekarang pun aku mengulangi kegiatan ini untuk merenungi apa yang terjadi dalam kehidupanku setelah menikah. Pemanadangan kota di kejauhan yang gemerlap begitu indah dipandang. Cahaya dari gedung-gedung pencakar langit yang sebagian redup, sudah lama aku tidak melihat pemandangan di luar sana. Berlama-lama seperti ini. Drrrt … Drrrrt! Suara ponsel yang merambat ke meja membuyarku. “Halo.” [Hai, Pras!] Suara bariton dari seberang sana. “Siapa?” [Rafael!] Aku mengembuskan napas. “Ada apa?” [Sidang selanjutn

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • Menikahi Bu Manajer   Salah Kaprah

    Aku melipat kertas menjadi kecil dan muat di kantong jaket. Merasa lega karena satu urusanku selesai hari ini, sisanya hanya kupasrahkan saja dan berdoa. Sepatu berecit di permukaan lantai yang rumah sakit yang licin. Melewati loket pendaftaran yang agak ramai, aku berjalan dengan santai, melintas di depan orang tua yang duduk di deretan bangku paling depan. Suara panggilan dari mesin pemanggil otomatis bergantian memanggil nomor antrian secara urut. [Nomor antrian sepuluh silakan ke loket tiga] Namun, langkahku terhenti ketika seorang petugas dari balik meja konter loket pendaftaran memanggil seorang nama yang kuenal. “Ibu Dwi Harmoni!” panggilnya. Dan benar, mataku membeliak begitu sosok Dwi berdiri dari bangku tunggu. Dia memakai tas tangan tanpa menyadari kehadiranku. Dwi menuju meja konter dan melakukan pendaftaran. Penasaran, aku berdiri di belakangnya, mendongak mengintip selembar ker

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-26
  • Menikahi Bu Manajer   Bukti Dari Dwi

    “Maybe I’am just a dreamer … hiding away from life. Maybe we’re just pretending it never cuts like knife.” Lagu milik MLTR mengalun dari pemutar musik memecah keheningan antara aku dan Dwi. Sejak Dwi mendapatkan obatnya hingga sekarang, tidak ada percakapan diantara kami. Selama itu pun aku fokus mengendalikan wagon kesayangan sementara adik iparku yang manis sibuk dengan ponselnya. Lagu pun berganti seiring roda kendaraan memasuki area parkir. Tanganku menarik rem tangan, mengembalikan persneling ke pengaturan netral kemudian mematikan mesin. Segera setelah itu, Dwi turun dari wagon hitam kesayanganku tanpa mengucapkan terima kasih. Punggung Dwi bergoyang, menapaki undakan kemudian bak ditelan pintu, sosoknya tidak terlihat lagi. Sementara, aku menghela napas berat di belakang kemudi akan tetapi, berlama-lama di dalam mobil juga tidak akan menyelesaikan masalah. Seperti kata tanteku, aku tidak boleh lari. ***

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-27
  • Menikahi Bu Manajer   Senjata Rahasia

    Segera aku menelfon Rafael dan berjanji di sebuah kafe dekat kantor Erika. Sayang sekali, karena Rafael sedang bertugas, aku hanya bertemu dengan istrinya.Rahayu duduk berseberangan denganku, menyilangkan kaki dan bersiap mendengar hal yang akan kusampaikan.“Maaf ganggu waktu Mbak Rahayu di waktu sibuk begini.” Aku memulai pembicaraan.“Gak apa-apa. Demi kasus ini.” Rahayu meletakan tangannya di atas meja, mencondongkan badannya.“Jadi, apa yang mau kamu katakan?” tanyanya dengan tatapan tajam.“Aku punya bukti untuk membantumu,” jawabku. Rahayeu mengernyitkan alis tebalnya.“Bukti?” Aku mengangguk.“Rafael menelfonku pagi tadi, katanya kamu menemukan bukti tambahan dan sudah memrosenya ke jaksa penuntut umum.”“Lalu?” Aku menegakkan punggung, mengeluarkan smar

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28

Bab terbaru

  • Menikahi Bu Manajer   Surat Dari Penulis

    Kepada Pembaca, Kepada pembaca, dengan ini penulis menyatakan novel Menikahi Bu Manajer sudah tamat pertanggal 23 Desember 2021. Hampir 7 bulan menyelesaikannya karena kesibukan bekerja dan kadang juga dilanda malas. Menikahi Bu Manajer mungkin bukan karya yang sempurna tetapi, author berharap semua bisa menikmati karya yang tidak sempurna ini dan para pembaca bisa turut menikmati prosesnya. Author sangat berharap bisa membuat karya yang lebih sempurna lagi tentunya dengan kritik, saran dan masukan dari para pembaca. Jadi, silakan tuangkan sarannya di sini mengenai kekurangan dalam novel Menikahi Bu Manajer. Nantikan karya selanjutnya yang lebih baik, ya. Semangat semuanya.Salam dari langit utara,Ursa Mayor, Jangan lupa follow akun media sosial penulisF*: Omang YayuzI*: @mang_yayus

  • Menikahi Bu Manajer   Ekstra Bab : Memutus Penderitaan

    Dua bulan kemudian, hubunganku dengan Erika berangsur akur. Kami menjalankan semua kesibukan kami bersama dan yang menggembirakan adalah aku mendapat berita bahwa Rey masuk bui dengan pasal berlapis. Kabar itu kudapat dari Rahayu melalui pesan singkat Waktuchat. Ayahnya dipecat dari Jayanta Tambang. Dan hari ini, aku tidak sengaja bertemu Dita di sebuah kafetaria. Gadis ceria itu sangat senang melayaniku dan menguarkan keceriaannya kembali. Di sela-sela senggangnya, dia bahkan mendampingku seperti sekarang, duduk satu meja. “Kak Pras, aku sangat senang karena Yus sudah bebas. Padahal, aku juga sebenarnya tidak punya bukti apa-apa tentang kasus kedai itu.” Dita memulai pembicaraan. “Lupakan masalah itu. Aku tidak akan membiarkan dia di sana terlalu lama.” “Tapi, bagaimana Kak Pras membebaskannya tanpa syarat?” tanya Dita. Aku menyedot es capucino di depanku. “Rahasia!” jawabku kemudian sambil terse

  • Menikahi Bu Manajer   Pulihkan Dengan Sebatang Cokelat

    Aku malah jadi frustasi karena semua ini. Mendadak jadi pemimpin hanya karena ancaman yang kulakukan. “Sebenarnya Papa mau aku gimana?” Aku mengumpat kepada papa yang sudah tidak ada dan tentu saja sudah tidak bisa mendengar keluh kesahku. Pernikahan dengan Erika yang membuat hidup berantakan, cerita-cerita yang tidak masuk akal dari ayah mertua, Erika atau mungkin juga dari Tante yang tidak masuk ke logikaku dan sekarang menjadikanku pemegang Jayanta Tambang. Sekarang aku baru menyadari sesuatu, pemicu sebenarnya dari kehidupanku yang berantakan bukanlah pernikahanku dengan Erika, tetapi kepemilikan saham. Aku tidak bisa mengatakan diriku ini alat untuk merebut kekuasaan karena di sisi lain aku juga yang diuntungkan, tetapi aku menyayangkan keputusan mereka. “Kamu ini gak sopan banget, malah melenggang gitu aja!” Erika sudah duduk di kursi di sebelahku, menutup pintu wagon dengan kesal. “Kenapa sih, Pras!” tanyanya sembari melipat t

  • Menikahi Bu Manajer   Aku Kecewa Tapi Mencintainya

    Suara TV dari ruang tamu membuat mataku terbuka padahal seingatku sebelum aku tidur semalam, aku sudah mematikannya. Namun, agaknya Erika bangun sebelum aku bangun. Bukan tanpa alasan mataku jadi terbuka tetapi, karena telingaku menangkap suara seorang pewarta yang membawakan berita pagi ini. “CEO Jayanta Tambang melaporkan kasus putranya….” Kalimat itulah alasan utama. Aku bangkit dari tempat tidur, melakukan peregangan pada bagian badan, menguap melepaskan sisa kantuk. Badanku terisi ulang dengan energi, tapi tenggorokan yang kering memaksa untuk pergi ke dapur dan mengambil minum. “Sebenarnya, apa yang kamu lakukan kemarin?” Erika masih dengan pakaian yang dia kenakan semalam, duduk bersila di sofa sambil menatap layar. Di layar TV terpampang highlight bertuliskan, “Putra Jayanta Tambang Tersandung Kasus.” Ternyata, secepat ini beritanya tersiar. “Jawab, Pras!” Erika menurunkan hodie telinga kucing, memand

  • Menikahi Bu Manajer   Piyama Erika

    Puas menghabiskan sisa hari ini bersama Tante dan Ryan, aku pulang ke rumah dengan bekal masakan hasil karya Tante ketika langit sudah mulai gelap. “Aku pulang!” Kudapati istriku itu sedang duduk di sofa mengenakan piyama putih sembari bersila. Ekspresinya sangat serius menonton tayangan luar negeri, seakan dia tidak menyadari kehadiranku dia sama sekali tidak menoleh atau bahkan membalas salam. Tetapi satu hal yang membuat aku terenyum adalah atasan tambahan yang dia kenakan. Atasan yang dia kenakan sangat kontras dengan kepribadiannya. Jaket rajut warna cokelat dengan hodie bertelinga mirip seperti hewan kucing atau semacamnya. Saking seriusnya menonton dan suara TV yang mengalahkan derap langkahku, aku berjalan mendekat, menarik salah satu telinga kucing pada hodienya. Masih belum juga menyadari kehadiranku dan mengira hodienya melorot aku ikut bersenandung ketika iklan dengan soundtrack anak-anak muncul. “

  • Menikahi Bu Manajer   Anak Perempuan di Album Foto Lama

    Meski rumah ini sudah ditinggal oleh orang tuaku, pintu rumah yang selalu terbuka seakan selalu menyambutku kapan saja aku datang. Bagaimana pun keadaanku dan sesulit apapun masalah yang menghampiri, rumah ini adalah tempat aku meletakkan semua lelah untuk sesaat. Sekarang pun masih tetap sama hanya saja, dengan kasih yang datang dari orang berbeda. Kasih seorang ibu juga. Aku memasuki ruang tamu, kudapati Tante sedang membuka sebuah benda seperti buku. “Aku pulang!” Aku memberi salam. Tante pun menoleh untuk sesaat. “Eh, Pras,” sahutnya. “Lihat apa, Tante?” tanyaku sembari mendongak. Tampak beberapa foto nostalgia di dalam album foto yang dipangku Tante. “Mendadak Tante kangen sama orang tuamu. Juga beberapa fotomu waktu kecil.” Tante tersenyum sembari membalik album. “Oh ya, sebelum lupa-,” Aku mengeluarkan dokumen dari dalam saku jass kemudian memberikannya pada Tante-.”tolong disimpan dengan baik lagi, ya1"

  • Menikahi Bu Manajer   Riset Produk : Perintah Presdir

    “Selanjutnya, saya serahkan kepada Rahayu dan Bapak.” Aku bangkit dari posisiku. “Saya tunggu di law firm.” Rahayu menyodorkan kartu namanya kemudian menepuk pundakku memberi tanda untuk segera pergi. Kami berdua berjalan bergantian dengan derap langkah yang tegas. “Kok bisa-bisanya kamu berpikir tentang rencana ini?” tanya Rahayu ketika kami menuruni tangga, keluar dari gedung. “Yah, mau bagaimana lagi. Aku juga gak ada cara lain. Dengan begini pun firma hukummu seharusnya diuntungkan,” jawabku. “Apa Erika tahu tentang ini?” tanyanya lagi. “Ini tidak ada hubungannya lagi dengan Erika. Aku pun gak perlu validasi dari istriku.” Kami berhenti di depan mobil wagonku. Rahayu pun tersenyum untuk pertama kalinya kepadaku. “Kali ini, aku serahkan padamu.” Aku berbalik, membuka pintu mobil. “Tunggu!” “Apalagi?” “K

  • Menikahi Bu Manajer   Kemenanganku

    Aku duduk di sofa, menyilangkan kakiku dan merentangkan tangan di atas daun sofa. Pria paruh baya yang kulihat di TV pasca Rey dijebloskan dipenjara untuk pertama kalinya sekarang ada di di depanku. “Kamu siapa? Kenapa lancang masuk ke ruangan ini tanpa izin?” tanyanya. “Dia Pras, Ayah!” sahut Rey. “Salam, Pak!” Aku menangkupkan tangan sambil tersenyum. “Jadi kamu yang telah merebut Erika dari anak saya?" Pria itu mendekat sembari mengarahkan telunjuknya kepadaku. “Tenanglah, Pak!” ucapku santai. “Apa maksudmu datang ke sini tiba-tiba begini? Belum puas kamu membawa penderitaan kepada anakku?” Senyum di bibirku luntur seketika. Aku bangkit berdiri di hadapan pria yang sudah membesarkan Rey hingga dia menjadi seberengsek itu. “Penderitaan katamu, wahai Tuan CEO yang terhormat?” Kupandang wajahnya yang berkerut. Sesaat kemudian, aku beralih pandang ke Rey yang berdiri di depan meja kerja mewah ayahnya.

  • Menikahi Bu Manajer   Mendatangi Kantor Jayanta Tambang

    Sesaat kemudian, Tante turun membawa dokumen yang kuminta. Dia mengeluarkan seluruh isinya di hadapanku. “Kamu hanya perlu dokumen pailit, jadi Tante akan memberikan itu saja. Sisanya, Tante akan menyimpannya untukmu nanti.” Tante memasukan dokumen yang kuperlukan ke dalam amplop kemudian merapikan sisanya. “Ini.” Tante mengulurkan benda pipih cokelat itu kepadaku. Aku mengambilnya kemudian menyimpan di kantong bagian dalam jasku. “Sebenarnya Tante mengkhawatirkanmu. Maafkan, Tante atas tamparan itu. Kamu sudah seperti putraku sendiri, Nak.” Tante mulai terisak. Aku berjongkok di hadapan tante, meletakkan kepalaku di pahanya. “Tante, aku mencintaimu. Cuma Tante yang bisa gantiin sosok Mama dan orang tua untukku. Aku minta maaf karena lancang dan merepotkan selama ini. Terima kasih.” Aku kembali merasakan kehangat seorang ibu ketika tangan tante mengelus lembut kepalaku. A

DMCA.com Protection Status