Share

5. Mencari Kasih

Penulis: Rizu Key
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Rin. Kenapa belum berangkat ...?" Nilam menyusul putrinya karena mendengar suara. Namun, ucapannya terjeda ketika melihat dua orang pria asing yang tak dikenal berdiri di depan rumah. "Eh? Ada tamu? Cari siapa, Mas?" tanya Nilam berubah ramah.

Xavier beralih menatap wanita paruh baya di hadapannya. Tatapannya masih saja tajam.

"Bu, mereka mencari Kasih," bisik Arina pada sang ibu.

Nilam membulatkan kedua matanya lalu menatap kembali pada dua pria asing itu. "Oh. Mencari Kasih? Tapi ... Kasih sudah tidak tinggal di sini ...." jawabnya dengan senyuman ramah. Mencoba menutupi kegelisahannya karena telah berhasil mengusir sang keponakan.

Xavier tak merubah ekspresi wajahnya yang dingin. "Di mana dia sekarang?"

Nilam gelagapan. Tampak wajah itu mulai memucat. Aura menyeramkan yang terpancar dari pria tampan berjas hitam itu begitu kuat dirasakan. Belum pernah sebelumnya Nilam bertemu dengan seseorang beraura menyeramkan seperti itu.

"Ah. Emmm. Apa tidak se-sebaiknya Anda berdua masuk dulu?" ucap Nilam mempersilakan kedua tamu tak dikenal itu untuk masuk ke dalam rumah.

Xavier berjalan menuju ke teras rumah dan memilih duduk pada kursi kayu yang ada di sana. Johan pun berdiri di sampingnya.

"Tidak perlu, kami tidak akan lama.” Xavier menjawab, masih dengan ekspresi dinginnya. “Anda bilang, Kasih sudah tidak tinggal di sini? Lalu, di mana dia tinggal sekarang?”

Nilam menelan ludahnya. Kehadiran dua orang itu seperti debt kolektor yang sedang menagih utang. Suasana di depan rumah itu pun menjadi begitu canggung.

“Maaf, Om, kami nggak tau.” Arina yang berdiri di samping Nilam menggenggam lembut tangan sang ibu, lantas mulai menebar kesaksian bohongnya. “Kasih diusir dari kampung ini karena mabuk-mabukan dan berbuat mesum.”

Arina yang kebetulan menyimpan foto-foto mesum Kasih, lantas memperlihatkannya pada Xavier.

Wajah pria itu terlihat mengernyit. Johan di sisinya, ikut-ikutan memastikan foto di layar ponsel itu. Dua pria itu saling lirik, lantas menyerahkan kembali ponsel itu pada sang pemilik.

Melihat hal itu, Nilam bisa bernapas sedikit lega. “Ah, benar. Anda pasti belum tahu soal itu, kan?” Sebuah senyum sudah bisa muncul dari bibirnya yang tadi pucat. “Ngomong-ngomong, Tuan-Tuan ini siapa? Apa keponakan saya juga membuat masalah dengan Anda berdua?”

Xavier merasa terganggu dengan penjelasan barusan, tetapi ia tidak langsung percaya. “Kalian tidak perlu tahu siapa kami.” Dengan lirikan singkat, ia memberi kode pada Johan untuk segera angkat kaki dari sana.

Kepergian dua pria yang salah satunya begitu dingin itu membuat Nilam dan Arina bingung. Namun, dua orang jahat itu bisa mencium gelagat, jika dua pria itu bukanlah orang sembarangan.

“Ingat-ingat wajahnya, Rin. Kita harus waspada sama mereka,” pesan Nilam ketika mobil Alphard itu meninggalkan pekarangan rumahnya.

Di dalam mobil, Xavier tidak berhenti berpikir. Keterangan dari warga dan juga bibi Kasih sama—gadis itu dikenal nakal, hingga berakhir diusir dari tempat tinggalnya. Belum lagi, foto-foto yang diberikan Arina tadi.

Tadinya, Xavier pikir perbuatan mesum yang menjerat Kasih adalah ketika mereka menghabiskan malam berdua. Ternyata, bukan.

Meski bukti-bukti sudah dilihat, Xavier masih merasa janggal. Malam itu, ia yakin betul tidak mencium alkohol dari mulut Kasih. Pun jika Kasih memanglah gadis nakal, tidak mungkin Xavier yang pertama kali merenggut kesuciannya, kan?

Anggukan samar dari Xavier terlihat. Ia lantas melirik ke arah Johan yang tengah mengemudi. “Aku yakin, Kasih dijebak. Johan, pastikan kamu menyelidiki ini.”

Johan mengangguk, siap. Sementara Xavier kembali berkutat dengan puzzle-puzzle di pikirannya. Tentang Kasih, yang ternyata masih sangat muda, yang kesuciannya telah ia renggut karena sebuah jebakan.

Pikiran Xavier yang penuh itu teralih ketika mobilnya ditabrak dari belakang.

Brak!

“Sial! Mereka sengaja menabrak kita, Tuan!” lapor Johan terus berusaha menghindari mobil di belakang yang terus mengikuti.

Xavier menoleh ke belakang untuk mengetahui mobil yang dimaksud. “Tepikan mobilnya! Aku yakin, mereka adalah orang yang mengincarku.”

Menuruti sang tuan, Johan pun mengambil laju paling kiri. Nahas, ulah mobil itu yang terus menabrakkan diri ke mobil Alphard yang membawa Johan dan Xavier tidak juga berhenti.

Hingga dua mobil itu melintasi sebuah jembatan, dan tiba-tiba mobil Alphard kehilangan kendali hingga nyaris terperosok ke jurang.

Kondisi dua pria di dalam mobil yang menggantung itu sudah bersimbah darah. Terutama Xavier yang duduk di belakang dan tidak mengenakan sabuk pengaman.

Saat dua pria itu kepayahan, beberapa pria dari mobil yang menabrak mereka datang menghampiri.

Bugh! Brak!

Kaca dan pintu mobil itu dibuka paksa. Wajah-wajah sangar muncul, lalu menyeret Xavier yang keadaannya mulai melemah. “Mau apa kalian? Siapa yang menyuruh kalian?” tanya Xavier di ujung kesadarannya.

“Anda tidak perlu tahu, Tuan Muda.” Salah seorang dari pria bengis itu berujar, memerintah anak buahnya. “Bereskan dia, dan hanyutkan yang satunya!”

Hantaman demi hantaman diterima Xavier, hingga membuat tubuhnya tumbang ke tanah. Ia terbatuk-batuk hingga mengeluarkan darah segar. Melihat kondisi Xavier sudah jauh dari kata bisa bertahan, para bandit itu pun segera hengkang.

Keadaan kampung yang sepi membuat kondisi Xavier semakin mengenaskan. Xavier yang kondisinya sudah berada di luar mobil, dengan sisa tenaga mencoba mencari pertolongan.

Beruntung, saat itu ada seorang gadis dengan koper besarnya melintas.

“Tolong….”

Langkah kaki gadis itu melambat ketika mendengar sayu-sayup suara meminta tolong. Lalu, ketika menelusuri asal suara lirih tersebut, sang gadis memekik, dan langsung menghampiri pria mengenaskan itu.

“Ya ampun, apa yang terjadi?!” Tubuh gadis itu menggigil ketakutan melihat kondisi pria di hadapannya. Wajahnya sudah tak terlihat akibat darah di mana-mana. Beberapa bagian di wajahnya bahkan bengkak.

“Tolong, simpan ini.” Xavier merogoh kantongnya, dan menyerahkan ponselnya pada gadis itu. “Jangan berikan pada siapa pun, selain aku….”

"A-apa?" Saat gadis itu menerima ponsel tersebut, saat itu juga Xavier tak sadarkan diri. "Astaga! Mas, Mas! Bangun, Mas!"

Bab terkait

  • Menikahi Billionaire Bodoh   6. Menjadi Anak Kecil

    "Akhirnya Mas sadar juga ...."Setelah satu hari, pria yang ditemukan Kasih di tengah jalan dengan luka parah itu akhirnya siuman juga. Pria itu mengerjapkan mata, lalu meneliti sekeliling kamar, sebelum raut wajahnya berubah sedih. “Mana Kakek Xavi? Kakak siapa?” kata pria itu mencebik seperti bayi.Kasih yang sebenarnya masih trauma berdekatan dengan pria, kini terlihat bingung. Jika ditaksir, pria yang ditolongnya ini seharusnya sudah memasuki usia matang. Namun, kenapa barusan kalimat dan gesturnya justru seperti layaknya anak balita? Dan, kenapa juga pria itu memanggilnya Kakak?!“Namaku Kasih. S-sebentar, ya, aku panggil dokter dulu!” ujar Kasih, lalu berlari memanggil dokter jaga.Selama dokter memeriksa, tatapan pria itu tidak perlah lepas menatap Kasih. Hal itu membuat Kasih yang sebetulnya masih takut pada pria usai kejadian malam itu, menjadi gemetar dan tidak nyaman.“Bagaimana, Dok?” Kasih langsung bertanya usai dokter selesai memeriksa.Dokter itu menghela napas, lalu m

  • Menikahi Billionaire Bodoh   7. Permintaan Kasih

    “Xavi, sebaiknya kamu dengerin kakekmu.” Kasih turun tangan melihat penolakan keras Xavier akan rencana kakeknya.“Nggak mau!” kukuh Xavier yang masih memeluk erat Kasih. “Jo sudah hilang, sekarang hanya Kak Sisi yang jadi teman main Xavi.”Wibowo menatap miris, tetapi ia juga mulai merasa kesal. Menghadapi Xavier yang dingin, dan keras kepala di kala dewasa nyatanya lebih mudah, dibanding menghadapi kelakuannya yang bocah seperti ini. “Tapi kamu harus segera pulang, Xavi!”“Xavi nggak mau pulang. Pokoknya Xavi mau ikut Kak Sisi, tinggal di rumah Kak Sisi.”Kasih melongo mendengarnya. Ia jadi tidak enak hati pada kakek Wibowo. “Xavier, tidak baik bersikap egois,” tutur Kasih, mencoba memberi pengertian lagi pada Xavier.Pria balita itu kembali menggeleng. Ia benar-benar tidak ingin lepas dari Kasih yang telah dianggapnya Ibu Peri, juga satu-satunya teman setelah kehilangan Johan.“Kek, gimana kalau kita bawa Kasih juga?” Tiba-tiba, Jeremy memberi usulan. “Dengan keadaan Xavier yang se

  • Menikahi Billionaire Bodoh   8. Menikahi Billionaire Bodoh

    Wibowo dan Jeremy saling berpandangan. Tak mereka sangka bahwa gadis cantik itu justru mengajukan perceraian."Bercerai? Tapi itu ...." Wibowo tak habis pikir dengan syarat yang diajukan oleh Kasih.Gadis itu menggeleng pelan. Ia terlihat sudah yakin akan keputusannya. "Saya tidak bisa memaksakan pernikahan ini, Kek. Tapi jika itu untuk menyembuhkan Xavier, saya setuju. Hanya saja jika setelah dia nanti ingat semuanya, saya tidak mau memaksa kehendaknya."Ucapan Kasih begitu tulus dan serius. Wibowo dapat merasakan bahwa gadis itu sama sekali tak memiliki niatan buruk dengan keluarganya.Pria itu menghela napas berat. "Baiklah kalau kamu serius akan hal itu. Kakek akan menyetujui syaratnya. Tapi ... jika suatu saat ada hal yang berubah, Kakek juga tidak akan memaksa," tuturnya sembari menatap ke arah Xavier."Iya, Kek.""Baiklah. Karena kamu sudah setuju, nanti kita buat syarat itu di atas kertas. Kakek juga berutang nyawa Xavier padamu. Dan sekarang bersiaplah karena kita akan segera

  • Menikahi Billionaire Bodoh   9. Bayi Besar yang Manja

    Kasih menegakkan badannya dengan perasaan campur aduk. Dia duduk dan kembali menatap wajah suaminya."Masa sih dia...?" gumamnya dalam keheranan.Pikirannya melayang sejenak, membayangkan berbagai kemungkinan mengapa suara itu muncul. Gadis itu kaget saat mendengar suara dingin dan terkesan dewasa yang tiba-tiba memanggil nama lengkapnya. Padahal di dalam kamar itu hanya ada dirinya dan Xavier yang tertidur pulas. Apakah itu mungkin perasaan sedihnya saja?Ia kemudian menggeleng pelan, mencoba meyakinkan diri. "Aku pasti salah dengar," ujarnya pelan.Kasih kembali membaringkan tubuhnya di samping Xavier, merasa lega karena menganggap dia hanya salah dengar saja. Ia sendiri harus cukup beristirahat, meredakan kelelahan karena harus merawat bayi besar yang manja dan terus menempel padanya. Meski begitu, Kasih sama sekali tidak merasa keberatan.*Ternyata, malam pertama mereka berlalu begitu saja tanpa kejadian yang istimewa. Kasih dan Xavier sama-sama tenggelam dalam tidur yang lelap,

  • Menikahi Billionaire Bodoh   10. Berhasil Membujuk

    "Xavi ...." Mendengar namanya dipanggil dengan lembut, Xavier melepaskan pelukannya. Kasih pun memberikan senyuman padanya. Perlahan ibu jari Kasih mengusap lembut sudut bibir suaminya yang kotor. "Kamu harus nurut apa kata Kakek sama Kak Jeremy, ya? Nanti kita ke rumah sakit. Aku juga ikut, kok," bujuk Kasih dengan suara lembutnya yang penuh kasih sayang. "Tapi sakit, Sisi. Xavi nggak mau disuntik ... Biar Sisi aja yang rawat Xavi. Nggak mau kalau dokter," rengeknya terdengar menyedihkan. Kasih lagi-lagi menghela napas. "Hahhh. Xavier, pemeriksaannya nggak selalu disuntik, kok. Nanti kamu hanya diperiksa saja sama dokter, dilihat lukanya bagaimana. Jadi jangan takut, ya?" Pria bocah itu terdiam. Sebenarnya dia ingin menolak lagi, namun jika Ibu Perinya yang bicara, dirinya seolah enggan untuk menolak. "Kamu kan harus cepat sembuh, Xavi. Bukankah lebih baik kalau pas kita main kepalamu nggak sakit lagi?" Gadis cantik dengan rambut panjang dikepang satu itu kembali memberikan ala

  • Menikahi Billionaire Bodoh   11. Kecelakaan yang Disengaja

    Rasa sakit di kepalanya seperti peluru yang menembus ke otak, mungkin akibat dari berbagai ingatan buruk yang terekam di alam bawah sadarnya. Xavier terus mengerang dan Kasih memeluknya erat."Xavi ... Tenang, Xavi ...." Kasih berbisik mencoba menenangkan suaminya."Ahhh. Ahhhh." Suara embusan napas Xavier terdengar berat. Tubuh besar pria itu menggigil ketakutan."Tuan, sebaiknya jangan membahas soal kecelakaan itu dulu. Tuan Xavier sepertinya merasa terganggu," ucap sang dokter mengingatkan.Wibowo mengangguk. "Iya, Dok.""Sisi, sakit, Sisi ...." rintih Xavier terdengar pilu. Rasa sakit di kepalanya benar-benar mengganggu."Xavier, maafkan Kakek ...." tutur Wibowo tak tega melihat cucunya kesakitan seperti itu.Kasih dengan lembut mengusap kepala suaminya. Dia membisikkan kalimat-kalimat lembut yang menenangkan. Hingga beberapa saat kemudian Xavier perlahan mulai tenang. Pria bocah itu segera dibawa pulang kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan, Xavier tak melepaskan pelukannya pada

  • Menikahi Billionaire Bodoh   12. Siapa Wanita Itu?

    Kasih tanpa sadar mendorong tubuh suaminya. Tubuhnya gemetaran takut saat teringat dengan kejadian buruk di sebuah hotel mewah."Sisi, ada apa, Sisi?" tanya Xavier terlihat panik.Napas Kasih tersengal-sengal. Gadis itu kemudian tersadar dan kini dia melihat wajah polos Xavier yang tengah mencoba menenangkannya."Jangan takut, Sisi. Ada Xavi di sini ...." ucap pria itu dengan lembut.Kasih mengatur napasnya dan gadis itu mulai tenang. Kedua mata dia pejamkan sejenak. Samar-samar tercium aroma wangi bunga mawar yang begitu dekat dengannya. Kasih membuka kedua matanya lagi lalu dia menyentuh bagian atas telinga kanannya.'Ternyata dia hanya menyematkan bunga mawar ini ....' gumamnya dalam hati. Merasa tersentuh dengan tindakan bocah Xavier."Sisi?" panggil Xavier lagi karena istrinya hanya diam saja."Ah ... Aku nggak papa, Xavi. Aku hanya kaget. Ternyata kamu mau memasangkan bunga ini, ya?" tanya gadis itu."Iya, Sisi." Xavier mengangguk. "Sisi terlihat cantik kalau ada mawarnya," puji

  • Menikahi Billionaire Bodoh   13. Gadis Unik

    "Xavi ...!" Terdengar Kasih berteriak di dalam kamarnya. Gadis itu berlari menghampiri Xavier yang malah tertawa kegirangan. Suasana di dalam kamar pun cukup gaduh. Suara langkah kaki terdengar begitu jelas milik pasangan suami istri yang tak biasa tersebut."Xavi, berhenti!" seru Kasih lagi."Tangkap aku!" Xavier malah meledek istrinya. Pria itu tanpa diduga membuka pintu kamar dan berlari kabur, menghindar dari kejaran Kasih."Astaga ...." Kasih menghela napas. Gadis itu harus menyusul suaminya. Jika Xavier bertubuh kecil, mungkin saja ia bisa mengejarnya. Namun pria itu bertubuh bongsor dan juga memiliki otot-otot atletis. Meski pikirannya anak-anak, tapi kekuatannya sama dengan satu orang pria dewasa.Suara langkah kaki yang berlarian kini terdengar menuruni anak-anak tangga. Xavier terus tertawa. "Xavi! Jangan lari di tangga!" teriak Kasih. Ia khawatir jika suaminya jatuh dari tangga. Bisa semakin parah nanti luka di kepalanya yang baru saja sembuh.Xavier malah meledek istriny

Bab terbaru

  • Menikahi Billionaire Bodoh   110. Undangan

    Beberapa hari telah berlalu. Di kediaman Xavier dan Kasih sudah mulai kembali tenang. Kali ini Xavier tak akan membiarkan siapa pun menyentuh keluarganya."Kakek dengar kamu diculik, Kasih. Bagaimana keadaanmu?" tanya Wibowo di sela-sela makan malam yang diadakan di kediaman Xavier."Aku baik-baik saja, Kek," sahut Kasih sembari tersenyum."Benarkah?""Iya. Kakek jangan khawatir. Xavi selalu menjagaku dengan baik. Bahkan pelakunya sudah ditangkap," jawab wanita cantik itu."Syukurlah kalau begitu." Wibowo terlihat lega mendengarnya. Pria itu kemudian menatap sang cucu."Kakek tidak perlu khawatir. Orang-orang yang telah berani menyentuh Kasih sudah berada di tempat yang benar," ujarnya dengan tatapan tegasnya.Wibowo mengangguk. "Kakek percaya padamu, Xavier. Kamu ternyata benar-benar mirip dengan ayahmu. Sampai akhir hayat pun William melindungi ibumu dengan baik. Meski akhirnya takdir berkata lain dan Tuhan mempersatukan mereka di tempat yang baru," paparnya teringat dengan sang put

  • Menikahi Billionaire Bodoh   109. Menyentuhmu [21+]

    Xavier pulang dari kantornya dengan ekspresi lesu. Pria itu langsung mencari sang istri yang tengah duduk di taman belakang, menikmati suasana sore yang indah."Sayang," panggil Xavier yang berjalan mendekati istrinya."Ah ... Xavi ...." sahut Kasih dengan senyuman cerah yang langsung menghangatkan hati sang pria dingin."Aku mencarimu, ternyata kamu di sini," ucap pria tampan itu yang kemudian duduk di sebelah Kasih."Aku hanya sedang menikmati waktu senggang ku, Xavi. Dan kamu sudah mandi?""Kenapa? Apa kamu mau memandikanku?" goda Xavier. Pria itu kemudian memeluk dan mencium pipi Kasih dengan lembut."Haha. Kamu kan sudah besar, Xavi.""Iya, iya. Aku sudah besar. Dan sebentar lagi aku akan memiliki anak denganmu," bisiknya sembari mengusap lembut perut Kasih yang terasa semakin membesar."Iya. Semoga anak kita sehat, ya, Xavi?""Aamiin."Kasih menoleh menatap wajah suaminya. "Tapi sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa wajahmu terlihat murung?" tanyanya sembari mengusap pipi Xavier d

  • Menikahi Billionaire Bodoh   108. Masih Ada yang Mengganggu

    Kejadian penculikan tersebut membuat Xavier semakin posesif pada istrinya. Pria itu kini meminta orang kepercayaannya untuk mengawasi Kasih di mana pun wanita itu berada."Pokoknya jangan sampai kalian mengalihkan perhatian kalian dari istriku! Kalian harus bisa melindunginya! Aku juga sudah membayar kalian untuk bekerja dengan benar!" tegas Xavier sebelum pria itu memasuki mobilnya."Baik, Tuan," jawab dua orang bodyguard yang diberi tugas dengan patuh."Xavi ... Apakah masih lama?" tanya Kasih yang sudah duduk menunggu di dalam mobil."Ah. Tidak. Aku segera ke sana," ucap Xavier. Lalu pria itu kembali menatap kedua bodyguard-nya. "Dan satu hal lagi. Tangkap orang yang bekerja sama dengan perempuan kurang ajar itu!""Baik, Tuan."Setelah mendengar jawaban dari dua bodyguard-nya, Xavier segera masuk ke dalam mobil. Pria itu akan memastikan istrinya baik-baik saja saat tiba di kampus. Untuk sementara, Xavier masih mencari keberadaan pelaku lain di balik penculikan istrinya. Setidaknya

  • Menikahi Billionaire Bodoh   107. Berhasil Selamat

    Kasih mencoba melepaskan ikatannya. Sejak tadi ia tidak melawan karena takut pada keadaan kehamilannya. Namun ternyata Arina memilih nekat."Jangan macam-macam!" seru Kasih."Kenapa? Kamu takut? Nyatanya suami kamu nggak dateng, tuh. Lagian ... Siapa juga yang mau sama cewek bekas," cela Arina merendahkan sepupu tirinya lagi."Ughhh ...."Gadis itu berjalan semakin mendekat. Saat itu juga, tanpa mereka berdua sadari, datanglah segerombolan orang."Berhenti di situ!" Suara tegas dan dingin itu terdengar dari arah pintu masuk.Xavier datang tepat waktu. Pria itu pun berlari menerjang Arina dan berhasil menjauhkannya dari Kasih yang masih terikat."Argh!" Arina memekik kesakitan saat tubuhnya yang lebih kecil didorong dengan kuat. Lalu datanglah beberapa orang lagi yang mulai menangkapnya."Lepas!" teriaknya mencoba melepaskan diri.Sementara Xavier berhasil melepaskan istrinya dan segera menggendong wanita itu dengan kedua tangannya."Bawa dia dan kita akan memberikan hukuman yang setim

  • Menikahi Billionaire Bodoh   106. Kasih Diculik

    "Tahan Nona Kasih dan mintalah orang di rumah untuk membawakan mobil lain ...." pinta sang sopriypribadi Xavier. Dari suaranya terdengar ia sedang kesakitan."A-apa?! Jadi yang barusan ...." gumam sang bodyguard mulai panik. "Sial!" umpatnya."Selamatkan Nona Kasih ...." ucap sang sopir lagi."Baiklah. Kamu juga bertahanlah dan minta bantuan yang lain. Aku akan segera menghubungi yang lainnya untuk mencari mobil itu dan menyelamatkan Nona!" serunya.Setelah mendapatkan laporan tersebut, mereka segera mencari keberadaan mobil sang Nona Muda. Laporan pun terdengar sampai ke telinga Xavier dengan cepat."Berengsek! Aku tidak akan mengampuni siapa pun yang melukai istriku! Segera tangkap orang itu!" titah Xavier dengan amarah yang memuncak.Pria tampan itu segera bangkit dari tempat duduknya untuk ikut mencari keberadaan Kasih. Beberapa anak buahnya pun dikerahkan untuk mencari keberadaan mobil yang ditugaskan untuk menjemput sang istri."Sialan! Bagaimana bisa kalian kecolongan seperti i

  • Menikahi Billionaire Bodoh   105. Jangan Biarkan Pulang

    "Sisi, ini hari terakhir kamu ujian, kan?" tanya Xavier saat dia dan Kasih sedang bersiap di dalam kamar."Iya. Kenapa?" tanya wanita itu sembari mengepang rambutnya yang panjang dan hitam.Xavier berjalan mendekat. Pria itu kemudian berlutut di samping sang istri yang sedang duduk di depan meja rias."Nanti malam kita makan di restoran biasa, ya?" ajak pria itu dengan senyuman lembut yang memesona.Kasih segera memasang pita merah muda di ujung rambutnya. Wanita itu pun tersenyum tak kalah manis. "Iya.""Bagus." Xavier meraih tangan sang istri dan menempelkannya pada salah satu pipi. Diciumnya telapak tangan yang halus itu dengan lembut."Xavi ... Kamu kebiasaan, deh," protes Kasih merasa geli. Ada rasa basah di telapak tangannya."Memangnya kenapa? Aku hanya melakukan ini denganmu," sahut Xavier yang kemudian mencium punggung tangan istrinya."Dasar, Om!" ejek wanita itu.Salah satu alis Xavier terangkat. "Apa maksudmu meledekku lagi, ha? Apa kamu sengaja mau dihukum pagi ini dan ng

  • Menikahi Billionaire Bodoh   104. Pertengkaran

    "Tapi harganya ...." gumam Kasih, tak bisa berhenti memikirkan harga perhiasan yang baru saja diberikan suaminya. Dia merasa takut karena perhiasan itu terlalu mahal baginya.Xavier hanya terkekeh melihat reaksi istri kecilnya yang terlihat begitu lucu dalam kebingungan. "Jangan khawatir, Sayang," ujarnya dengan lembut. "Aku tidak akan jatuh miskin hanya dengan membelikanmu kalung dan anting ini. Lagi pula, perhiasan ini sebenarnya tak ada apa-apanya dibanding jasamu yang telah menyelamatkan nyawaku sebanyak dua kali."Terbayanglah dalam benak Kasih saat ia memberanikan diri menolong Xavier dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Serta saat ia dengan nekat merebut racun pada minuman Xavier dan meneguknya."Tapi aku ikhlas melakukannya ...." sahut Kasih. Dia tak suka jika suaminya hanya berbuat baik karena ingin membalas budi saja."Iya, aku mengerti. Jadi jangan sungkan, Sisi. Mintalah padaku apa pun yang kamu mau. Aku pasti akan menurutinya," ucap Xavier sembari memeluk Kasih

  • Menikahi Billionaire Bodoh   103. Membeli Hadiah

    "Jadi ... Kita mau ke mana?" tanya Kasih saat dalam perjalanan pulangnya dari kampus. Sang suami dengan sengaja menjemputnya."Ikut saja," jawab Xavier dengan sebuah senyuman misterius.Kasih menaikkan kedua alisnya. "Baiklah. Aku akan menurut saja," sahutnya.Mobil membawa keduanya ke sebuah toko perhiasan terbesar di kota. Kasih menoleh menatap sang suami saat mobil sudah mulai memasuki area parkir."Beli perhiasan?" tanya Kasih.Xavier menjawab dengan anggukan. "Ya. Ayo!" ajaknya sembari mengulurkan tangannya.Pasangan itu kembali menjadi pusat perhatian ketika berjalan memasuki toko perhiasan. Sambutan hangat pun diterima mulai dari pintu depan."Salamat datang, Tuan dan Nona," sambut sang manajer toko."Hm." Xavier membalas dengan anggukan."Silakan. Ada yang bisa saya bantu?" ucap pria berusia sekitar empat puluh tahunan itu dengan ramah."Aku mau membelikan perhiasan untuk istriku," jawab Xavier yang seperti biasa, selalu tegas dan dingin pada orang lain."Anda tepat sekali dat

  • Menikahi Billionaire Bodoh   102. Tekad Menebus Dosa

    Sebuah helaan napas terdengar dari mulut Xavier. Dia sadar bahwa sudah tidak ada jalan keluar selain jujur pada kakeknya."Itu benar, Kek," ucapnya dengan suara yang berat, tanpa berani menatap bola mata Wibowo yang tajam. Dia tahu betul bahwa kebenaran ini akan melukai hati kakeknya. Tapi, apa daya? Xavier tak ingin terus menyimpan rahasia dan berbohong pada orang yang telah membesarkannya semenjak kedua orang tuanya tiada.Sementara itu, Wibowo tampak kaget mendengar pengakuan dari cucunya. Namun, pria tua itu mencoba untuk tidak kehilangan kendali dan berusaha tetap tenang di hadapan Xavier."Jadi, apa yang sebenarnya terjadi dan di mana wanita itu? Apa benar dia kekasihmu?" tanya sang kakek lagi terdengar pilu.Xavier lagi-lagi menghela napas. Pria itu menatap layar tablet sang kakek lalu menggeser pada foto sprei yang terdapat noda merah."Dia bukan kekasihku ... Di waktu itu ...." jawabnya.Kedua alis Wibowo saling bertaut. "Apa maksud kamu?"X

DMCA.com Protection Status