Beranda / Romansa / Menikahi Billionaire Bodoh / 10. Berhasil Membujuk

Share

10. Berhasil Membujuk

Penulis: Rizu Key
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-02 16:17:11

"Xavi ...." Mendengar namanya dipanggil dengan lembut, Xavier melepaskan pelukannya. Kasih pun memberikan senyuman padanya. Perlahan ibu jari Kasih mengusap lembut sudut bibir suaminya yang kotor.

"Kamu harus nurut apa kata Kakek sama Kak Jeremy, ya? Nanti kita ke rumah sakit. Aku juga ikut, kok," bujuk Kasih dengan suara lembutnya yang penuh kasih sayang.

"Tapi sakit, Sisi. Xavi nggak mau disuntik ... Biar Sisi aja yang rawat Xavi. Nggak mau kalau dokter," rengeknya terdengar menyedihkan.

Kasih lagi-lagi menghela napas. "Hahhh. Xavier, pemeriksaannya nggak selalu disuntik, kok. Nanti kamu hanya diperiksa saja sama dokter, dilihat lukanya bagaimana. Jadi jangan takut, ya?"

Pria bocah itu terdiam. Sebenarnya dia ingin menolak lagi, namun jika Ibu Perinya yang bicara, dirinya seolah enggan untuk menolak.

"Kamu kan harus cepat sembuh, Xavi. Bukankah lebih baik kalau pas kita main kepalamu nggak sakit lagi?" Gadis cantik dengan rambut panjang dikepang satu itu kembali memberikan ala
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikahi Billionaire Bodoh   11. Kecelakaan yang Disengaja

    Rasa sakit di kepalanya seperti peluru yang menembus ke otak, mungkin akibat dari berbagai ingatan buruk yang terekam di alam bawah sadarnya. Xavier terus mengerang dan Kasih memeluknya erat."Xavi ... Tenang, Xavi ...." Kasih berbisik mencoba menenangkan suaminya."Ahhh. Ahhhh." Suara embusan napas Xavier terdengar berat. Tubuh besar pria itu menggigil ketakutan."Tuan, sebaiknya jangan membahas soal kecelakaan itu dulu. Tuan Xavier sepertinya merasa terganggu," ucap sang dokter mengingatkan.Wibowo mengangguk. "Iya, Dok.""Sisi, sakit, Sisi ...." rintih Xavier terdengar pilu. Rasa sakit di kepalanya benar-benar mengganggu."Xavier, maafkan Kakek ...." tutur Wibowo tak tega melihat cucunya kesakitan seperti itu.Kasih dengan lembut mengusap kepala suaminya. Dia membisikkan kalimat-kalimat lembut yang menenangkan. Hingga beberapa saat kemudian Xavier perlahan mulai tenang. Pria bocah itu segera dibawa pulang kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan, Xavier tak melepaskan pelukannya pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Menikahi Billionaire Bodoh   12. Siapa Wanita Itu?

    Kasih tanpa sadar mendorong tubuh suaminya. Tubuhnya gemetaran takut saat teringat dengan kejadian buruk di sebuah hotel mewah."Sisi, ada apa, Sisi?" tanya Xavier terlihat panik.Napas Kasih tersengal-sengal. Gadis itu kemudian tersadar dan kini dia melihat wajah polos Xavier yang tengah mencoba menenangkannya."Jangan takut, Sisi. Ada Xavi di sini ...." ucap pria itu dengan lembut.Kasih mengatur napasnya dan gadis itu mulai tenang. Kedua mata dia pejamkan sejenak. Samar-samar tercium aroma wangi bunga mawar yang begitu dekat dengannya. Kasih membuka kedua matanya lagi lalu dia menyentuh bagian atas telinga kanannya.'Ternyata dia hanya menyematkan bunga mawar ini ....' gumamnya dalam hati. Merasa tersentuh dengan tindakan bocah Xavier."Sisi?" panggil Xavier lagi karena istrinya hanya diam saja."Ah ... Aku nggak papa, Xavi. Aku hanya kaget. Ternyata kamu mau memasangkan bunga ini, ya?" tanya gadis itu."Iya, Sisi." Xavier mengangguk. "Sisi terlihat cantik kalau ada mawarnya," puji

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Menikahi Billionaire Bodoh   13. Gadis Unik

    "Xavi ...!" Terdengar Kasih berteriak di dalam kamarnya. Gadis itu berlari menghampiri Xavier yang malah tertawa kegirangan. Suasana di dalam kamar pun cukup gaduh. Suara langkah kaki terdengar begitu jelas milik pasangan suami istri yang tak biasa tersebut."Xavi, berhenti!" seru Kasih lagi."Tangkap aku!" Xavier malah meledek istrinya. Pria itu tanpa diduga membuka pintu kamar dan berlari kabur, menghindar dari kejaran Kasih."Astaga ...." Kasih menghela napas. Gadis itu harus menyusul suaminya. Jika Xavier bertubuh kecil, mungkin saja ia bisa mengejarnya. Namun pria itu bertubuh bongsor dan juga memiliki otot-otot atletis. Meski pikirannya anak-anak, tapi kekuatannya sama dengan satu orang pria dewasa.Suara langkah kaki yang berlarian kini terdengar menuruni anak-anak tangga. Xavier terus tertawa. "Xavi! Jangan lari di tangga!" teriak Kasih. Ia khawatir jika suaminya jatuh dari tangga. Bisa semakin parah nanti luka di kepalanya yang baru saja sembuh.Xavier malah meledek istriny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Menikahi Billionaire Bodoh   14. Undangan Pesta

    "Kasih, jangan menolak." Wibowo kembali membujuk."Tapi, Kakek. Biaya kuliah di kampus Bhumi Raya mahal. Sebenarnya saya pernah mendapatkan beasiswa di sana, hanya saja saya gagal mendapatkannya," cicit Kasih merasa tak enak hati. Ia sudah hidup enak di rumah mewah Xavier dengan segala fasilitasnya, dan jika harus berkuliah dengan biaya Kakek Wibowo, itu hal yang menurutnya berlebihan untuk membalas budi.Wibowo mengerti sekarang. Cucu menantunya bukanlah gadis yang mengincar kekayaan suaminya. Pria itu pun memiliki sebuah ide. "Jangan khawatir, Kasih. Kuliahmu ditanggung dengan beasiswa. Jadi isi saja data dirimu dan pilihlah jurusan yang kamu inginkan," bujuk pria tua itu lagi.Kasih diam memikirkan jawaban atas tawaran tersebut. "Jadi saya akan mendapatkan beasiswa?"Wibowo mengangguk membenarkan."Ka-kalau begitu baiklah, Kakek. Saya akan mengisi data ini dan menyerahkannya ke Kakek," ucap Kasih akhirnya setuju."Jadi Sisi mau kuliah?" tanya Xavier sembari menatap wajah cantik ist

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Menikahi Billionaire Bodoh   15. Jangan Ngereog

    Beberapa mobil mewah telihat memasuki area hotel bintang lima. Orang-orang dengan peran penting hadir dalam acara pesta peresmian salah satu cabang hotel yang akan segera dibuka. Termasuk Xavier yang masih memiliki peran penting di sana sebagai salah satu pemilik saham. Meski sudah kehilangan ingatannya, namun Xavier harus tetap hadir demi menutupi keadaannya dan juga menjaga nama baik perusahaan."Ingat, nggak boleh lari-lari, nggak boleh pisah sama aku, dan nggak boleh peluk-peluk," bisik Kasih mengingatkan sebelum mereka turun dari mobil."Iya, iya. Tapi jangan lama-lama. Xavi kan nggak boleh tidur lebih dari jam sembilan," rengek pria itu.Kasih menghela napas berat. "Iya, aku usahakan," sahutnya.Pasangan itu pun segera turun dari mobil. Xavier turun lebih dulu dan pria itu menunggu Kasih. Xavier segera mengamit tangan istrinya sesuai dengan latihan mereka. Pria itu sepertinya menurut perintah dari Kasih saja."Pak, tolong jemput jam sembilan, ya?" ucap Kasih sopan pada sang sopi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Menikahi Billionaire Bodoh   16. Xavier Mengomel

    Seorang wanita cantik dengan gaun merah maroon berjalan mendekati Xavier. Gaunnya yang berkerlip terlihat anggun dan seksi dengan belahan yang memperlihat pahanya yang mulus.Xavier memilih diam karena tak mengenali wanita tersebut. Dia tak menjawab dan memilih kembali menatap ke depan, menunggu mobil jemputan dan juga menunggu Kasih kembali."Tuan sedang apa? Mau saya temani?" tanya wanita itu sembari berjalan semakin dekat. Dia bahkan mencoba meraih tangan Xavier. Namun dengan kasar Xavier menepisnya."Jangan sentuh!" sentak Xavier merasa tak nyaman.Wanita itu kaget dan mundur dua langkah. Dia menelan ludahnya dan kembali tersenyum. "Maaf, Tuan. Tapi acara ramah tamahnya masih berlangsung. Sebaiknya Tuan Xavier menunggu di dalam," bujuknya.Xavier menoleh dan pria itu memasang ekspresi kesal. Lalu ia kembali memalingkan muka."Eummm." Wanita itu bergumam dan dia kembali berjalan mendekat. Ada sebuah ide yang muncul di kepalanya untuk mendapatkan Tuan Muda kaya raya seperti Xavier.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Menikahi Billionaire Bodoh   17. Kabur dari Preman

    "Ada apa, Pak?" tanya Kasih pada sopir pribadi suaminya."Maaf, Nona. Tiba-tiba ada motor yang berhenti di depan," jawab sang sopir sembari menatap ke depan di mana dua motor menghalangi jalan mereka.Xavier kaget dan pria itu terbangun dari tidurnya. Dia menatap bingung ke arah Kasih. "Ada apa, Sisi?"Dua motor berhenti tepat di depan mereka dan empat orang menatap ke arah mobil tersebut. Jalanan yang terlihat sepi membuat suasana terasa mencekam. Kasih mulai merasakan sesuatu yang tidak beres. Apa lagi dua pria yang tadi membonceng mulai turun dari motor mereka dan mendekat ke arah mobil. Tiba-tibq saja mereka berdua mengetuk jendela mobil dengan benda tumpul."Woy! Buka!" teriak salah satu dari mereka.Kasih mulai ketakutan. Terlebih pria-pria tak dikenal itu mengenakan masker dan juga helm sehingga wajah mereka tak dapat dia lihat. Dan gadis itu menangkap mereka membawa balok kayu sebagai senjata."Gimana ini, Non?" tanya sang sopir yang juga terlihat ketakutan.Kasih mencoba teta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Menikahi Billionaire Bodoh   18. Kamu di Mana?

    Ckiiit!Suara decitan ban mobil terdengar cukup nyaring. Mobil itu berbelok tajam tepat di sebuah tikungan sebelum mencapai jalan raya."Bangsat!" teriak salah satu preman saat buruan mereka lolos dari kejaran.Mobil Xavier akhirnya berhasil mencapai jalan raya yang ramai akan kendaraan-kendaraan yang lainnya. Kasih pun menghela napas lega sembari mengusap-usap bahu suaminya."Akhirnya kita berhasil ...." gumam gadis itu."Me-mereka nggak akan ngejar lagi, kan, Sisi?" tanya Xavier sembari terus menatap ke belakang.Kasih menggeleng pelan. "Sekarang sudah aman, Xavi. Kita pulang sekarang."Xavier kembali menenggelamkan kepalanya pada dada Kasih. "Kenapa di dunia ini ada orang-orang yang jahat, sih? Mereka memangnya siapa mau mukulin mobil Xavi? Nanti Xavi dimarahin Kakek ...." cicitnya masih ketakutan.Kasih mengeratkan pelukannya. "Tenanglah, Xavi. Kita aman sekarang."Pria itu terus meringkuk ketakutan. Namun berkat perlindungan Kasih, ia mulai tenang. Hingga mobilnya tiba memasuki h

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06

Bab terbaru

  • Menikahi Billionaire Bodoh   145. Kebahagiaan yang Sempurna [TAMAT]

    Waktu berlalu begitu cepat, Aidan kini telah berusia lima tahun. Dan kehangatan keluarga kecil Xavier dan Kasih semakin terasa. Setelah Aidan genap berusia satu tahun, Kasih memutuskan untuk melanjutkan kuliah yang sempat tertunda. Usahanya yang gigih selama empat tahun terakhir kini membuahkan hasil. Hari ini adalah hari wisudanya, momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh keluarga kecil itu. Xavier dan Aidan datang ke acara wisuda Kasih dengan setelan rapi. Xavier mengenakan jas hitam elegan yang mempertegas wibawanya, sementara Aidan mengenakan kemeja putih kecil dengan rompi abu-abu yang membuatnya tampak seperti miniatur ayahnya. Rambutnya yang hitam ditata rapi oleh Xavier pagi tadi, meski bocah itu sempat memberontak karena tak mau diam. Namun, ada satu hal yang membuat Xavier sedikit geleng-geleng kepala—Aidan menolak digendong olehnya. "Ayah, aku bukan bayi lagi!" protes Aidan dengan nada malu-malu, sambil memalingkan wajahnya yang tampan dan menggemaskan. Xavier tersen

  • Menikahi Billionaire Bodoh   144. Kebahagiaan

    Malam berlalu dengan tenang, dan keesokan harinya, keluarga kecil itu menikmati waktu bersama di rumah. Xavier sengaja mengambil cuti untuk menghabiskan waktu bersama dengan Kasih dan Aidan. Dan tentu saja Johan yang akan menghandel semuanya.Saat pagi menjelang, Xavier membantu Kasih memandikan Aidan yang tertawa gembira saat air hangat menyentuh kulitnya. Atas permintaan Kasih lah mereka merawat Aidan sendiri, tanpa adanya baby sitter. Karena menurut Kasih, dia ingin merawat Aidan dengan benar dan penuh kasih sayang agar ikatan batin di antara orang tua dan anak semakin kuat."Aidan selalu ceria, ya," kata Xavier sambil mengeringkan badan putranya dengan handuk lembut. Kali ini pria itu yang memutuskan untuk memandikan Aidan.Kasih tersenyum, memperhatikan suaminya yang begitu telaten dan penuh kelembutan. "Ya. Aidan memang selalu ceria," jawabnya lembut.Xavier menoleh, menatap istrinya dengan senyum kecil. "Kalau begitu, dia pasti punya sifat seperti itu dari Bundanya yang cantik

  • Menikahi Billionaire Bodoh   143. Tujuan Baru Xavier

    Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Aidan tumbuh menjadi bayi yang sehat dan ceria. Kasih sering menghabiskan waktu di rumah untuk merawat anaknya dan Xavier. Sementara Xavier, meski sibuk dengan urusan perusahaan, selalu menyempatkan waktu untuk pulang lebih awal. Hal ini tak lain karena ia ingin melakukan perannya sebagai seorang ayah dan juga suami dengan baik.Suatu sore, Xavier pulang lebih awal dari biasanya. Pria itu menemukan Kasih dan Aidan di ruang tengah. Kasih sedang duduk di lantai dengan Aidan yang tertawa riang saat ia memainkan mainan berbentuk bola. Xavier berdiri di ambang pintu, tersenyum lebar melihat pemandangan itu."Serunya! Sepertinya kalian bersenang-senang tanpa ayah, ya?" katanya sambil berjalan mendekat. Senyumannya lebar telihat bahagia karena keluarganya aman dan baik-baik saja."Ayah sudah pulang!" Kasih menyambut kepulangan suaminya dengan senyum lebar. Aidan, meski belum sepenuhnya mengerti, segera mengulurkan tangan kecilnya ke arah sang ayah.Xavier

  • Menikahi Billionaire Bodoh   142. Haris Terbukti Bersalah

    Malam itu, Xavier kembali ke rumahnya dan duduk di ruang kerja ayahnya yang kini menjadi miliknya. Di atas meja, ada sebuah foto lama keluarganya— ayahnya; William, serta ibunya; Melinda, dan Haris berdiri berdampingan dengan senyum lebar.Xavier menatap foto itu dengan campuran emosi. Di satu sisi, ia merasa lega karena telah mengungkap kebenaran. Di sisi lain, ia merasa kehilangan yang sangat besar. Tak dia sangka pamannya lah yang menjadi orang paling mencurigakan yang telah mencelakai kedua orang tuanya.Saat dirinya sedang bersedih, Kasih datang mendekat dan meletakkan tangannya di bahu Xavier. "Apa yang sedang kamu pikirkan?"Xavier menghela napas. "Ayahku selalu percaya bahwa keluarga adalah segalanya. Tapi sekarang aku tahu, bahkan keluarga pun bisa menjadi ancaman yang nyata."Kasih menggenggam tangan suaminya, memberikan kekuatan. "Apa yang kamu lakukan sudah benar, Xavi. Kamu melindungi harga diri keluargamu. Ayahmu pasti bangga padamu."Xavier tersenyum tipis. "Aku harap b

  • Menikahi Billionaire Bodoh   141. Orang di Balik Zero [Bagian 3]

    Xavier duduk di ruang kerjanya, dikelilingi oleh dokumen-dokumen, rekaman suara, dan foto-foto yang membuktikan keterlibatan pamannya, Haris, dalam berbagai insiden tragis yang menimpa keluarganya. Wajahnya tegang, matanya menatap tajam pada berkas yang baru saja diserahkan Johan, kepala tim investigasinya.Setelah sekian lama, akhirnya meski dengan paksaan dan mencari sampai ke titik yang sulit dijangkau, Xavier menemukan pelaku utama yang selama ini dia cari setelah mendapatkan petunjuk dari catatan lama milik ayahnya."Tuan Xavier, semua bukti ini sudah cukup untuk mengamankan Pak Haris. Dari kecelakaan kedua orang tua Anda hingga penculikan Tuan Muda Junior, semuanya mengarah padanya. Jeremy, yang sudah kita jebloskan ke penjara, akhirnya mengakui bahwa dia hanya menjalankan perintah dari ayahnya, alias ‘Zero,’" lapor Johan dengan tegas.Xavier mengangguk pelan, mencoba mengendalikan emosinya. "Kali ini aku tidak akan membiarkan dia lolos. Om Haris telah menghancurkan keluargaku.

  • Menikahi Billionaire Bodoh   140. Orang di Balik Zero [Bagian 2]

    "Xavi, sebaiknya kamu istirahat dulu," ucap Kasih dengan lembut."Maaf, Sayang. Tapi aku harus segera menyelesaikan masalah ini. Aku ingin kita bertiga aman," balas Xavier sembari memeluk sang istri. Lalu pria itu mencium lembut bibir Kasih."Kalau begitu tetaplah hati-hati, Xavi. Kamu juga jangan sampai kelelahan ...." ucap Kasih lagi. Wanita itu memang benar-benar perhatian pada suaminya.Xavier mengangguk. "Pastinya. Kamu juga istirahatlah. Maaf karena aku tidak bisa ikut menjaga Aidan malam ini," ucapnya."Aku mengerti, Xavi. Yang penting kamu jaga kesehatanmu dan semoga masalah ini segera berakhir," ucap Kasih penuh harap.Malam itu, Xavier memutuskan untuk melanjutkan penyelidikan tanpa menunggu waktu lebih lama. Ia tahu bahwa kebenaran sudah ada di depan mata, tetapi harus digali lebih dalam untuk memastikan semua bukti tidak terbantahkan. Ia memanggil Johan dan Bagas ke ruang kerjanya di tengah malam."Johan, Bagas, kita harus memanfaatkan momen ini. Om Haris pasti tahu bahwa

  • Menikahi Billionaire Bodoh   139. Orang di Balik Zero

    Hari itu, Xavier memutuskan untuk fokus pada penyelidikan mendalam terkait pamannya, Haris, seperti yang diusulkan Johan dan Bagas. Meski hatinya berat, Xavier tahu bahwa untuk melindungi keluarganya, ia harus bersikap netral dan tegas, bahkan jika itu berarti mencurigai kerabatnya sendiri.Di ruang kerjanya, Xavier mengumpulkan Johan, Bagas, dan beberapa tim penyelidik terbaik yang ia percayai. "Kita perlu mengumpulkan semua informasi terkait Om Haris. Mulai dari rekam jejak bisnisnya, interaksi dengan keluargaku, hingga pergerakan terakhirnya dalam beberapa bulan ini," perintah Xavier dengan nada tegas.Johan mengangguk. "Kami akan menyisir setiap dokumen, email, hingga rekaman CCTV yang berkaitan dengannya, Tuan. Jika ada koneksi antara Pak Haris dan 'Zero,' kami pasti menemukannya dan memberikan bukti itu pada Anda.""Ya. Aku percaya pada kalian," sahut Xavier sembari mengangguk.Salah satu penyelidik segera mengakses arsip bisnis Haris dan menemukan bahwa Haris pernah terlibat da

  • Menikahi Billionaire Bodoh   138. Mencari Zero

    Xavier memulai harinya lebih awal dari biasanya. Pagi itu, setelah sarapan bersama Kasih, ia langsung masuk ke ruang kerja untuk mendiskusikan rencana bersama Johan. Nama 'Zero' terus menghantui pikirannya sejak pengakuan terakhir dari pelaku penculikan. Apalagi dengan dugaan keterlibatan nama itu dalam kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya beberapa tahun silam. Xavier tidak bisa membiarkan hal ini berlalu begitu saja."Johan," panggil Xavier tegas, "Kita tidak bisa membuang waktu. Aku yakin 'Zero' bukan nama sembarangan. Ini bukan hanya soal Aidan, tapi juga keluargaku.""Benar, Tuan," jawab Johan, mencatat setiap arahan yang diberikan. "Apa langkah pertama kita?"Xavier berdiri dan memandang ke luar jendela. Ia kemudian menghela napas panjang sebelum berbalik. "Aku ingin kamu menyisir setiap data yang kita miliki—mulai dari bisnis ayahku hingga jaringan sekarang. Cari tahu siapa saja yang pernah berurusan denganku atau keluargaku dan memiliki hubungan dengan nama ini,

  • Menikahi Billionaire Bodoh   137. Pencarian Pelaku Utama

    "Zero ...." gumam pria itu.Xavier dan Johan saling berpandangan. Nama itu seperti tidak asing dalam pikiran Xavier. Pria itu terdiam sejenak, seolah menggali informasi mengenai nama tersebut. Namun meski terdengar seperti familiar, Xavier benar-benar lupa."Apakah Anda mengenal nama samaran itu, Tuan?" tanya Johan yang menyadarkan bosnya.Xavier menggeleng pelan. "Aku tidak tahu," jawabnya."Kalau begitu saya akan menyelidikinya," ucap Johan sembari memberikan instruksi pada anak buahnya."Katakan saja siapa dan bagaimana orangnya!" Xavier mencoba menekan sanderanya lagi."Tuan ... Sepertinya tidak akan mudah. Dia sendiri belum pernah bertemu dengan orang yang menyuruhnya," ucap Johan mencoba menenangkan sang bos yang emosi.Setelah mendengar pengakuan itu, Xavier keluar dari ruangan dengan ekspresi dingin, meninggalkan Johan untuk menangani pria tersebut. Dia berjalan menuju kamarnya untuk menemui sang istri dan putranya yang berhasil selamat.Di sisi lain, Kasih yang masih berada d

DMCA.com Protection Status