Kasih tanpa sadar mendorong tubuh suaminya. Tubuhnya gemetaran takut saat teringat dengan kejadian buruk di sebuah hotel mewah."Sisi, ada apa, Sisi?" tanya Xavier terlihat panik.Napas Kasih tersengal-sengal. Gadis itu kemudian tersadar dan kini dia melihat wajah polos Xavier yang tengah mencoba menenangkannya."Jangan takut, Sisi. Ada Xavi di sini ...." ucap pria itu dengan lembut.Kasih mengatur napasnya dan gadis itu mulai tenang. Kedua mata dia pejamkan sejenak. Samar-samar tercium aroma wangi bunga mawar yang begitu dekat dengannya. Kasih membuka kedua matanya lagi lalu dia menyentuh bagian atas telinga kanannya.'Ternyata dia hanya menyematkan bunga mawar ini ....' gumamnya dalam hati. Merasa tersentuh dengan tindakan bocah Xavier."Sisi?" panggil Xavier lagi karena istrinya hanya diam saja."Ah ... Aku nggak papa, Xavi. Aku hanya kaget. Ternyata kamu mau memasangkan bunga ini, ya?" tanya gadis itu."Iya, Sisi." Xavier mengangguk. "Sisi terlihat cantik kalau ada mawarnya," puji
"Xavi ...!" Terdengar Kasih berteriak di dalam kamarnya. Gadis itu berlari menghampiri Xavier yang malah tertawa kegirangan. Suasana di dalam kamar pun cukup gaduh. Suara langkah kaki terdengar begitu jelas milik pasangan suami istri yang tak biasa tersebut."Xavi, berhenti!" seru Kasih lagi."Tangkap aku!" Xavier malah meledek istrinya. Pria itu tanpa diduga membuka pintu kamar dan berlari kabur, menghindar dari kejaran Kasih."Astaga ...." Kasih menghela napas. Gadis itu harus menyusul suaminya. Jika Xavier bertubuh kecil, mungkin saja ia bisa mengejarnya. Namun pria itu bertubuh bongsor dan juga memiliki otot-otot atletis. Meski pikirannya anak-anak, tapi kekuatannya sama dengan satu orang pria dewasa.Suara langkah kaki yang berlarian kini terdengar menuruni anak-anak tangga. Xavier terus tertawa. "Xavi! Jangan lari di tangga!" teriak Kasih. Ia khawatir jika suaminya jatuh dari tangga. Bisa semakin parah nanti luka di kepalanya yang baru saja sembuh.Xavier malah meledek istriny
"Kasih, jangan menolak." Wibowo kembali membujuk."Tapi, Kakek. Biaya kuliah di kampus Bhumi Raya mahal. Sebenarnya saya pernah mendapatkan beasiswa di sana, hanya saja saya gagal mendapatkannya," cicit Kasih merasa tak enak hati. Ia sudah hidup enak di rumah mewah Xavier dengan segala fasilitasnya, dan jika harus berkuliah dengan biaya Kakek Wibowo, itu hal yang menurutnya berlebihan untuk membalas budi.Wibowo mengerti sekarang. Cucu menantunya bukanlah gadis yang mengincar kekayaan suaminya. Pria itu pun memiliki sebuah ide. "Jangan khawatir, Kasih. Kuliahmu ditanggung dengan beasiswa. Jadi isi saja data dirimu dan pilihlah jurusan yang kamu inginkan," bujuk pria tua itu lagi.Kasih diam memikirkan jawaban atas tawaran tersebut. "Jadi saya akan mendapatkan beasiswa?"Wibowo mengangguk membenarkan."Ka-kalau begitu baiklah, Kakek. Saya akan mengisi data ini dan menyerahkannya ke Kakek," ucap Kasih akhirnya setuju."Jadi Sisi mau kuliah?" tanya Xavier sembari menatap wajah cantik ist
Beberapa mobil mewah telihat memasuki area hotel bintang lima. Orang-orang dengan peran penting hadir dalam acara pesta peresmian salah satu cabang hotel yang akan segera dibuka. Termasuk Xavier yang masih memiliki peran penting di sana sebagai salah satu pemilik saham. Meski sudah kehilangan ingatannya, namun Xavier harus tetap hadir demi menutupi keadaannya dan juga menjaga nama baik perusahaan."Ingat, nggak boleh lari-lari, nggak boleh pisah sama aku, dan nggak boleh peluk-peluk," bisik Kasih mengingatkan sebelum mereka turun dari mobil."Iya, iya. Tapi jangan lama-lama. Xavi kan nggak boleh tidur lebih dari jam sembilan," rengek pria itu.Kasih menghela napas berat. "Iya, aku usahakan," sahutnya.Pasangan itu pun segera turun dari mobil. Xavier turun lebih dulu dan pria itu menunggu Kasih. Xavier segera mengamit tangan istrinya sesuai dengan latihan mereka. Pria itu sepertinya menurut perintah dari Kasih saja."Pak, tolong jemput jam sembilan, ya?" ucap Kasih sopan pada sang sopi
Seorang wanita cantik dengan gaun merah maroon berjalan mendekati Xavier. Gaunnya yang berkerlip terlihat anggun dan seksi dengan belahan yang memperlihat pahanya yang mulus.Xavier memilih diam karena tak mengenali wanita tersebut. Dia tak menjawab dan memilih kembali menatap ke depan, menunggu mobil jemputan dan juga menunggu Kasih kembali."Tuan sedang apa? Mau saya temani?" tanya wanita itu sembari berjalan semakin dekat. Dia bahkan mencoba meraih tangan Xavier. Namun dengan kasar Xavier menepisnya."Jangan sentuh!" sentak Xavier merasa tak nyaman.Wanita itu kaget dan mundur dua langkah. Dia menelan ludahnya dan kembali tersenyum. "Maaf, Tuan. Tapi acara ramah tamahnya masih berlangsung. Sebaiknya Tuan Xavier menunggu di dalam," bujuknya.Xavier menoleh dan pria itu memasang ekspresi kesal. Lalu ia kembali memalingkan muka."Eummm." Wanita itu bergumam dan dia kembali berjalan mendekat. Ada sebuah ide yang muncul di kepalanya untuk mendapatkan Tuan Muda kaya raya seperti Xavier.
"Ada apa, Pak?" tanya Kasih pada sopir pribadi suaminya."Maaf, Nona. Tiba-tiba ada motor yang berhenti di depan," jawab sang sopir sembari menatap ke depan di mana dua motor menghalangi jalan mereka.Xavier kaget dan pria itu terbangun dari tidurnya. Dia menatap bingung ke arah Kasih. "Ada apa, Sisi?"Dua motor berhenti tepat di depan mereka dan empat orang menatap ke arah mobil tersebut. Jalanan yang terlihat sepi membuat suasana terasa mencekam. Kasih mulai merasakan sesuatu yang tidak beres. Apa lagi dua pria yang tadi membonceng mulai turun dari motor mereka dan mendekat ke arah mobil. Tiba-tibq saja mereka berdua mengetuk jendela mobil dengan benda tumpul."Woy! Buka!" teriak salah satu dari mereka.Kasih mulai ketakutan. Terlebih pria-pria tak dikenal itu mengenakan masker dan juga helm sehingga wajah mereka tak dapat dia lihat. Dan gadis itu menangkap mereka membawa balok kayu sebagai senjata."Gimana ini, Non?" tanya sang sopir yang juga terlihat ketakutan.Kasih mencoba teta
Ckiiit!Suara decitan ban mobil terdengar cukup nyaring. Mobil itu berbelok tajam tepat di sebuah tikungan sebelum mencapai jalan raya."Bangsat!" teriak salah satu preman saat buruan mereka lolos dari kejaran.Mobil Xavier akhirnya berhasil mencapai jalan raya yang ramai akan kendaraan-kendaraan yang lainnya. Kasih pun menghela napas lega sembari mengusap-usap bahu suaminya."Akhirnya kita berhasil ...." gumam gadis itu."Me-mereka nggak akan ngejar lagi, kan, Sisi?" tanya Xavier sembari terus menatap ke belakang.Kasih menggeleng pelan. "Sekarang sudah aman, Xavi. Kita pulang sekarang."Xavier kembali menenggelamkan kepalanya pada dada Kasih. "Kenapa di dunia ini ada orang-orang yang jahat, sih? Mereka memangnya siapa mau mukulin mobil Xavi? Nanti Xavi dimarahin Kakek ...." cicitnya masih ketakutan.Kasih mengeratkan pelukannya. "Tenanglah, Xavi. Kita aman sekarang."Pria itu terus meringkuk ketakutan. Namun berkat perlindungan Kasih, ia mulai tenang. Hingga mobilnya tiba memasuki h
"Sisi, bangun," ucap Xavier yang kini duduk menghadap istrinya yang masih terlelap."Sisi, Sisi ...." panggil pria itu lagi sembari menoel-noel pipi Kasih."Emhhh." Kasih melenguh pelan saat merasakan sentuhan di pipinya. Gadis itu baru bisa tidur sekitar pukul empat pagi. Dan kini saat masih mengantuk, ia harus dibangunkan oleh suami bocahnya."Sisi, bangun ... Kita kan harus sarapan. Xavi lapar ...." Pria itu mulai merengek di pagi hari.Kasih membuka kedua matanya. Gadis itu kini membulatkan kedua matanya saat melihat wajah menggemaskan Xavier yang sedang menatapnya. Namun dia memalingkan muka ketika menyadari suaminya itu bertelanjang dada."Kenapa Sisi nggak mau melihat Xavi? Apakah wajah bangun tidur Xavi jelek?" tanya pria itu.Kasih terdiam. Gadis itu segera duduk dan menatap wajah tampan suaminya yang manja. Ia tatap wajah itu lekat-lekat."Kamu tadi malam mencari siapa?" tanya Kasih saat teringat dengan pertanyaan yang dilontarkan sang suami dengan suara dinginnya.Xavier me
Kasih memberikan tatapan tajam pada Xavier, pria yang telah berhasil membawa separuh hatinya. Namun sekarang yang ada hanyalah perasaan kecewa."X.Y.Z ... Xavier Yuan Zenorich ... Dan kamu ... kamu adalah pria yang telah memperkosaku di malam itu! Benar, kan?" Kasih menuntut jawaban kebenaran dari suaminya.Xavier tertegun mendengarnya. Pria itu terdiam dengan tatapan kosong. Membuat Kasih menggigit bibir bawahnya dan kedua tangannya mengepal erat untuk menahan emosinya."Kenapa ... Kenapa kamu tega membohongiku ...?" Kasih terduduk di hadapan suaminya. Wanita itu kembali menangis tersedu-sedu. Merasakan sakit hatinya dan juga traumanya yang kembali menghantui dirinya."Kamu jahat ...!" Kasih semakin terisak.Xavier masih terdiam di tempatnya. Tak ia sangka Kasih akan mengetahuinya secepat ini. Pria itu kemudian berjongkok di hadapan istrinya."Maaf ...." Hanya kata itu yang terucap dari mulutnya."Huhuuuuu." Kasih masih menangis.Hati Xavier ikut terasa seperti diremat. Pria itu mera
Perasaan gelisah berkecamuk di dalam diri Kasih. Wanita cantik itu luruh di atas tempat duduknya. Jantungnya berdegup kencang seiring dengan keringat dingin yang mulai keluar dari pori-porinya.Napasnya mulai tak beraturan, seolah ia juga ingin berteriak namun tertahan. Rasa sesak di dadanya semakin menyiksa tatkala ia baru mengungkap fakta yang selama ini disembunyikan oleh suaminya sendiri."Kenapa ..? Kenapa ...?" gumamnya mulai menangis tersedu-sedu. Tangannya meremat kain yang menutupi dadanya. Niat hati hanya ingin tahu siapa selingkuhan suaminya, ternyata dirinyalah wanita yang ada di dalam video tersebut. "Pantas saja aroma parfum Xavi begitu familiar ... Ternyata dia adalah pria berengsek itu ...." lirihnya lagi dengan perasaan campur aduk.Kasih merasakan dadanya yang begitu nyeri. Ternyata selama ini dirinya telah dibohongi. Ia juga telah salah mencintai. Pria yang dengan tulus ia cintai dan sayangi, bahkan selalu menghabiskan waktu bersamanya, nyatanya adalah pria yang se
Irene baru saja kembali dari kamar mandi. Gadis itu langsung duduk sembari meletakkan sebuah paperbag kecil di atas meja. "Ini buat kamu, Kasih," ucap Irene mendorong paperbag tersebut pada temannya. Lita menatap sinis ke arah Irene. "Oh, jadi gitu? Yang dikasih cuma Kasih doang? Aku enggak?" "Apa, sih? Itu bukan dari aku. Kan tadi aku dari kamar mandi," sahut Irene membela diri. "Terus dari siapa?" tanya Lita masih cemberut. "Aku juga nggak tahu dari siapa. Tapi tadi pas aku habis keluar dari kamar mandi ada cewek yang tiba-tiba datang dan kasih ini ke aku. Dia bilang tolong berikan ke kamu, Kasih. Katanya ini ucapan terima kasih, gitu. Nggak tahu deh jelasnya," papar Irene. Kasih mengernyitkan keningnya. "Seseorang mau berterima kasih padaku?" tanya wanita muda itu. "Iya." "Tapi kenapa nggak dikasih langsung?" tanya Lita. "Ya nggak tahu. Dia bilang malu gitu," jawab Irene. "Oh. Mungkin dia fans kamu kali. Jadinya dia malu mau kasih langsung," celetuk Lita. "Bis
"Hari ini kemungkinan aku pulang agak terlambat," ucap Xavier saat mobil pria itu sudah tiba di depan fakultas sang istri."Tidak apa-apa. Kamu pasti sibuk. Aku mengerti, kok," sahut Kasih sembari tersenyum."Bulan begitu. Aku hanya nggak bisa jauh dari kamu," bisik Xavier agar sang sopir tak mendengarnya.Wajah Kasih sedikit demi sedikit mulai memerah mendengar ucapan suaminya benar-benar membuat dirinya tersipu."Kita kan sudah bertemu setiap hari. Sudah, ah. Aku mau turun. Kelas juga sebentar lagi dimulai," ucap Kasih sembari menangkup wajah Xavier yang telihat manja padanya."Baiklah. Hati-hati di kampus. Aku akan bekerja dengan giat untuk masa depan keluarga kita," ujarnya dengan sungguh-sungguh."Iya, iya. Aku percaya, kok. Suamiku kan hebat," puji Kasih dengan senyuman manisnya.Setelah mengecup pipi Xavier, wanita cantik itu segera turun dari mobil. Ia melambaikan tangan saat mobil itu pergi. Langkahnya pun berlanjut menuju ke lift yang masih sepi."Kamu juga baru datang?" tan
"Sayang ...." Sapaan lembut itu menyadarkan Kasih dari lamunannya. Wanita itu pun menoleh dan mendapati sang suami yang sudah kembali."Ah, Xavi ...." sahut Kasih yang terlihat gugup."Ada apa?" tanya pria itu.Xavier kembali duduk di samping Kasih, ia menaikkan sebelah alisnya, saat menyadari ada yang aneh dengan istrinya. Namun, Kasih hanya tersenyum."Ada apa? Apakah ada yang mengganggumu? Katakan siapa dan bagaimana orangnya?" tanya Xavier sembari meraih tangan Kasih dan menggenggamnya dengan lembut.Kasih menggeleng. "Nggak ada apa-apa, kok. Nggak ada yang menggangguku juga," jawabnya sembari tersenyum lagi."Benarkah?""Iya, Xavi. Sudahlah sebaiknya kamu makan dulu," ucap Kasih sembari menunjuk piring suaminya yang masih penuh."Baiklah kalau kamu bilang begitu." Xavier menurut dan segera menyantap makanannya.Sementara itu, di dalam hati Kasih ingin menanyakan sejuta pertanyaan mengenai hubungan Xavier dan Erika sebelumnya. Ia menikah dengan Xavier karena perjanjian dan berlanj
Seorang wanita cantik yang seusia dengan Xavier tersenyum ramah. Wanita itu menatap Xavier dan juga wanita cantik bertubuh mungil yang menggandeng tangan direktur Zeen Corporation."Erika," sahut Xavier dengan ekspresi datarnya yang khas. Memang senyumannya khusus diberikan pada Kasih saja.Kasih pun mengangguk sopan untuk menyapa. Gerakannya sungguh terlihat anggun. Erika kemudian memerhatikan wanita cantik yang tampak masih begitu muda."Selamat datang, kamu pasti istrinya Xavier," ucap Erika ramah."Iya ...." jawab Kasih sembari tersenyum manis.Erika membalas senyuman Kasih. Lalu wanita itu mengulurkan tangan kanannya. "Aku Erika, dulu aku temannya suamimu," ucapnya ramah.Kasih menyambut uluran tangan tersebut. "Saya Kasih," ucapnya."Nama yang bagus. Kamu benar-benar pintar memilih istri, Xavier. Tapi kenapa kalian nggak mengadakan pesta?" tanya Erika yang kemudian menarik tangannya kembali."Ah ... Itu ...." Kasih bingung memberikan jawabannya."Kami hanya mengadakan intimate w
Beberapa hari telah berlalu. Di kediaman Xavier dan Kasih sudah mulai kembali tenang. Kali ini Xavier tak akan membiarkan siapa pun menyentuh keluarganya."Kakek dengar kamu diculik, Kasih. Bagaimana keadaanmu?" tanya Wibowo di sela-sela makan malam yang diadakan di kediaman Xavier."Aku baik-baik saja, Kek," sahut Kasih sembari tersenyum."Benarkah?""Iya. Kakek jangan khawatir. Xavi selalu menjagaku dengan baik. Bahkan pelakunya sudah ditangkap," jawab wanita cantik itu."Syukurlah kalau begitu." Wibowo terlihat lega mendengarnya. Pria itu kemudian menatap sang cucu."Kakek tidak perlu khawatir. Orang-orang yang telah berani menyentuh Kasih sudah berada di tempat yang benar," ujarnya dengan tatapan tegasnya.Wibowo mengangguk. "Kakek percaya padamu, Xavier. Kamu ternyata benar-benar mirip dengan ayahmu. Sampai akhir hayat pun William melindungi ibumu dengan baik. Meski akhirnya takdir berkata lain dan Tuhan mempersatukan mereka di tempat yang baru," paparnya teringat dengan sang put
Xavier pulang dari kantornya dengan ekspresi lesu. Pria itu langsung mencari sang istri yang tengah duduk di taman belakang, menikmati suasana sore yang indah."Sayang," panggil Xavier yang berjalan mendekati istrinya."Ah ... Xavi ...." sahut Kasih dengan senyuman cerah yang langsung menghangatkan hati sang pria dingin."Aku mencarimu, ternyata kamu di sini," ucap pria tampan itu yang kemudian duduk di sebelah Kasih."Aku hanya sedang menikmati waktu senggang ku, Xavi. Dan kamu sudah mandi?""Kenapa? Apa kamu mau memandikanku?" goda Xavier. Pria itu kemudian memeluk dan mencium pipi Kasih dengan lembut."Haha. Kamu kan sudah besar, Xavi.""Iya, iya. Aku sudah besar. Dan sebentar lagi aku akan memiliki anak denganmu," bisiknya sembari mengusap lembut perut Kasih yang terasa semakin membesar."Iya. Semoga anak kita sehat, ya, Xavi?""Aamiin."Kasih menoleh menatap wajah suaminya. "Tapi sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa wajahmu terlihat murung?" tanyanya sembari mengusap pipi Xavier d
Kejadian penculikan tersebut membuat Xavier semakin posesif pada istrinya. Pria itu kini meminta orang kepercayaannya untuk mengawasi Kasih di mana pun wanita itu berada."Pokoknya jangan sampai kalian mengalihkan perhatian kalian dari istriku! Kalian harus bisa melindunginya! Aku juga sudah membayar kalian untuk bekerja dengan benar!" tegas Xavier sebelum pria itu memasuki mobilnya."Baik, Tuan," jawab dua orang bodyguard yang diberi tugas dengan patuh."Xavi ... Apakah masih lama?" tanya Kasih yang sudah duduk menunggu di dalam mobil."Ah. Tidak. Aku segera ke sana," ucap Xavier. Lalu pria itu kembali menatap kedua bodyguard-nya. "Dan satu hal lagi. Tangkap orang yang bekerja sama dengan perempuan kurang ajar itu!""Baik, Tuan."Setelah mendengar jawaban dari dua bodyguard-nya, Xavier segera masuk ke dalam mobil. Pria itu akan memastikan istrinya baik-baik saja saat tiba di kampus. Untuk sementara, Xavier masih mencari keberadaan pelaku lain di balik penculikan istrinya. Setidaknya