Home / Romansa / Menikahi Billionaire Bodoh / 4. Kasih yang Terusir

Share

4. Kasih yang Terusir

Author: Rizu Key
last update Last Updated: 2024-08-29 10:04:39

Seolah diburu-buru, hari itu juga Kasih langsung diminta keluar oleh keluarga buliknya.

“Huh, menyusahkan!” keluh Arina yang kini menyeret koper besar berisi pakaian dan barang-barang Kasih. Ia lalu melemparkan koper besar itu ke arah Kasih. "Nih, barang-barangmu. Sekarang, cepat pergi dari sini!"

Kasih masih bersedih, terlebih, ia tidak menyangka jika keluarga buliknya nampak kompak untuk mengusirnya. "Jujurlah padaku, Rin. Bukankah kamu sendiri yang menjebakku?" ungkap Kasih dengan pandangan nanar.

Arina melipat kedua tangannya di depan dada. "Jangan sembarangan. Aku hanya ikut merayakan ulang tahunmu saja," jawabnya ketus dan tentunya tak mau disalahkan.

"Kamu jangan berbohong, Arina! Gara-gara kamu–"

"Diam kamu, Kasih! Dasar anak nggak tahu diri. Masih untung kamu itu nggak mencelakai Arina. Sekarang juga, kamu pergi dari sini sebelum para warga menyeretmu dengan paksa!" bentak Nilam dengan tatapan matanya yang melotot. Wanita itu tidak terima anak kesayangannya dihina keponakan yang ia benci.

Kasih menatap wajah sang bibi. "Apa Bulik lupa, kalau rumah ini rumahku?"

"Dasar anak nggak tahu malu!” decih Nilam sembari berkacak pinggang. “Kamu pikir, siapa yang merawat rumah peninggalan orang tuamu selama ini kalau bukan Bulik sama Paklikmu?! Dasar nggak tahu terima kasih!”

Suami Nilam, Broto ikut-ikutan bersuara. Pria berkumis tebal itu nampak manut saja dengan perkataan sang istri. “Benar itu. Sekarang, sebaiknya kamu pergi dari sini, sebelum para warga kembali marah. Nanti kamu diarak dan ditelanjangi baru tahu rasa!” ancamnya.

Gadis malang itu menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kalian kejam!” Kedua tangannya mengepal kuat, menahan emosinya yang sudah memuncak. “Tunggu saja, kalian pasti akan segera mendapatkan balasannya!”

Karena peristiwa itu, bukan hanya pengusiran yang Kasih dapatkan. Ia yang sejatinya murid penerima beasiswa lanjutan untuk berkuliah, kini gigit jari, sebab kini beasiswanya dicabut.

Kasih menatap marah pada keluarga Arina. Sungguh, ia akan ingat momen-momen direndahkan, juga diusir dari rumahnya sendiri ini.

Saat Kasih bersiap untuk menggeret kopernya, Arina berjalan mendekati gadis itu. Ia kemudian menarik saudara sepupunya dan menyeretnya keluar rumah dengan kasar. "Sayang sekali aku nggak dapet foto telanjangmu," bisik Arina di telinga Kasih.

Gadis cantik itu pun menoleh menatap Arina dengan tatapan terkejut. “K-kamu….” Ia kehilangan kata-kata.

Pikirannya langsung tertuju pada suara seorang wanita di malam itu. Kasih tidak menyangka, jika wanita yang memerintah tiga pria itu untuk melecehkannya adalah Arina.

"Kamu masih untung tiga cowok cupu itu gagal merkosa kamu," bisik Arina lagi sebelum mendorong tubuh Kasih dan melemparkan koper besar tersebut ke halaman depan rumah. "Bye bye, Kasih!"

Setelah itu, Arina menutup pintu hingga timbul suara berdebam. Kasih begitu terkejut dengan sebuah fakta yang ia dapati. Sayangnya, meski ia sudah tahu dalang di balik kejadian malam itu, ia tidak memiliki bukti nyata. Hanya berdasarkan omongan semata, tidak akan ada yang mempercayainya.

Akhirnya, memakai hoodie dan juga masker hitam untuk menutupi wajah, Kasih berjalan lunglai meninggalkan kampungnya.

Tak lama dari kepergiannya, sebuah mobil Alphard hitam terlihat memasuki kawasan perkampungan. Meski kampung tersebut terletak tidak jauh dari pusat kota, jarang sekali ada orang yang mengendarai mobil mewah ke sana.

Sontak, hal itu langsung menjadi heboh di kalangan warga. Pekikan beberapa orang terdengar nyaring, mana kala mobil tersebut berhenti di depan sebuah pos ronda.

“Permisi, apakah ada yang tahu rumah Kasih Rahayu?” Johan mambuka jendela di sisinya.

Dari celah itu, para warga memekik kegirangan saat mereka bisa melihat wajah tampan Xavier yang duduk di kursi belakang, memasang wajah garang.

“Mas kenapa mencari Kasih? Gadis itu baru saja membuat kampung ini heboh karena ketangkap basah berbuat mesum….”

“Tunjukkan saja rumahnya.” Suara tegas Xavier memotong penyebaran rumor tentang Kasih. Melihat wajah garang tersebut, seorang warga yang tadi menimpali pun lantas memberitahu letak rumah Kasih tanpa basa-basi.

Setelahnya, mobil yang membawa Xavier pun bergerak menuju rumah paling mewah di kampung itu.

Tepat saat mobil itu berhenti dan Xavier turun dari mobilnya, seorang wanita dengan seragam sekolah tiba-tiba keluar dari rumah. “Aku berangkat, Pak, Bu. Sudah telat ini!”

Xavier lantas meneliti dengan saksama penampilan gadis tersebut. Ia lalu menggeleng samar pada Johan, memberitahu jika wanita itu bukanlah yang sedang ia cari.

“Siapa kalian? Kenapa berdiri di depan rumahku?!” tanya gadis yang tak lain adalah Arina itu.

Tak mau kalah dengan pria di hadapannya yang menilai dirinya, Arina pun melakukan hal yang sama. Ia menilai dari penampilan Xavier, juga mobil yang dikenakan pria itu. Mata Arina langsung berbinar karena mengetahui jika pria di hadapannya bukanlah pria sembarangan.

"Katakan, apa benar ini rumah Kasih Rahayu?” ucap Xavier dengan tatapan tajam pada gadis remaja itu.

Binar di wajah Arina memudar seiring nama sepupunya keluar dari si tampan. “Ada perlu apa mencari Kasih? Dia sudah tidak tinggal di sini!”

Related chapters

  • Menikahi Billionaire Bodoh   5. Mencari Kasih

    "Rin. Kenapa belum berangkat ...?" Nilam menyusul putrinya karena mendengar suara. Namun, ucapannya terjeda ketika melihat dua orang pria asing yang tak dikenal berdiri di depan rumah. "Eh? Ada tamu? Cari siapa, Mas?" tanya Nilam berubah ramah. Xavier beralih menatap wanita paruh baya di hadapannya. Tatapannya masih saja tajam. "Bu, mereka mencari Kasih," bisik Arina pada sang ibu. Nilam membulatkan kedua matanya lalu menatap kembali pada dua pria asing itu. "Oh. Mencari Kasih? Tapi ... Kasih sudah tidak tinggal di sini ...." jawabnya dengan senyuman ramah. Mencoba menutupi kegelisahannya karena telah berhasil mengusir sang keponakan. Xavier tak merubah ekspresi wajahnya yang dingin. "Di mana dia sekarang?" Nilam gelagapan. Tampak wajah itu mulai memucat. Aura menyeramkan yang terpancar dari pria tampan berjas hitam itu begitu kuat dirasakan. Belum pernah sebelumnya Nilam bertemu dengan seseorang beraura menyeramkan seperti itu. "Ah. Emmm. Apa tidak se-sebaiknya Anda berdua masu

    Last Updated : 2024-08-29
  • Menikahi Billionaire Bodoh   6. Menjadi Anak Kecil

    "Akhirnya Mas sadar juga ...."Setelah satu hari, pria yang ditemukan Kasih di tengah jalan dengan luka parah itu akhirnya siuman juga. Pria itu mengerjapkan mata, lalu meneliti sekeliling kamar, sebelum raut wajahnya berubah sedih. “Mana Kakek Xavi? Kakak siapa?” kata pria itu mencebik seperti bayi.Kasih yang sebenarnya masih trauma berdekatan dengan pria, kini terlihat bingung. Jika ditaksir, pria yang ditolongnya ini seharusnya sudah memasuki usia matang. Namun, kenapa barusan kalimat dan gesturnya justru seperti layaknya anak balita? Dan, kenapa juga pria itu memanggilnya Kakak?!“Namaku Kasih. S-sebentar, ya, aku panggil dokter dulu!” ujar Kasih, lalu berlari memanggil dokter jaga.Selama dokter memeriksa, tatapan pria itu tidak perlah lepas menatap Kasih. Hal itu membuat Kasih yang sebetulnya masih takut pada pria usai kejadian malam itu, menjadi gemetar dan tidak nyaman.“Bagaimana, Dok?” Kasih langsung bertanya usai dokter selesai memeriksa.Dokter itu menghela napas, lalu m

    Last Updated : 2024-09-29
  • Menikahi Billionaire Bodoh   7. Permintaan Kasih

    “Xavi, sebaiknya kamu dengerin kakekmu.” Kasih turun tangan melihat penolakan keras Xavier akan rencana kakeknya.“Nggak mau!” kukuh Xavier yang masih memeluk erat Kasih. “Jo sudah hilang, sekarang hanya Kak Sisi yang jadi teman main Xavi.”Wibowo menatap miris, tetapi ia juga mulai merasa kesal. Menghadapi Xavier yang dingin, dan keras kepala di kala dewasa nyatanya lebih mudah, dibanding menghadapi kelakuannya yang bocah seperti ini. “Tapi kamu harus segera pulang, Xavi!”“Xavi nggak mau pulang. Pokoknya Xavi mau ikut Kak Sisi, tinggal di rumah Kak Sisi.”Kasih melongo mendengarnya. Ia jadi tidak enak hati pada kakek Wibowo. “Xavier, tidak baik bersikap egois,” tutur Kasih, mencoba memberi pengertian lagi pada Xavier.Pria balita itu kembali menggeleng. Ia benar-benar tidak ingin lepas dari Kasih yang telah dianggapnya Ibu Peri, juga satu-satunya teman setelah kehilangan Johan.“Kek, gimana kalau kita bawa Kasih juga?” Tiba-tiba, Jeremy memberi usulan. “Dengan keadaan Xavier yang se

    Last Updated : 2024-09-30
  • Menikahi Billionaire Bodoh   8. Menikahi Billionaire Bodoh

    Wibowo dan Jeremy saling berpandangan. Tak mereka sangka bahwa gadis cantik itu justru mengajukan perceraian."Bercerai? Tapi itu ...." Wibowo tak habis pikir dengan syarat yang diajukan oleh Kasih.Gadis itu menggeleng pelan. Ia terlihat sudah yakin akan keputusannya. "Saya tidak bisa memaksakan pernikahan ini, Kek. Tapi jika itu untuk menyembuhkan Xavier, saya setuju. Hanya saja jika setelah dia nanti ingat semuanya, saya tidak mau memaksa kehendaknya."Ucapan Kasih begitu tulus dan serius. Wibowo dapat merasakan bahwa gadis itu sama sekali tak memiliki niatan buruk dengan keluarganya.Pria itu menghela napas berat. "Baiklah kalau kamu serius akan hal itu. Kakek akan menyetujui syaratnya. Tapi ... jika suatu saat ada hal yang berubah, Kakek juga tidak akan memaksa," tuturnya sembari menatap ke arah Xavier."Iya, Kek.""Baiklah. Karena kamu sudah setuju, nanti kita buat syarat itu di atas kertas. Kakek juga berutang nyawa Xavier padamu. Dan sekarang bersiaplah karena kita akan segera

    Last Updated : 2024-09-30
  • Menikahi Billionaire Bodoh   9. Bayi Besar yang Manja

    Kasih menegakkan badannya dengan perasaan campur aduk. Dia duduk dan kembali menatap wajah suaminya."Masa sih dia...?" gumamnya dalam keheranan.Pikirannya melayang sejenak, membayangkan berbagai kemungkinan mengapa suara itu muncul. Gadis itu kaget saat mendengar suara dingin dan terkesan dewasa yang tiba-tiba memanggil nama lengkapnya. Padahal di dalam kamar itu hanya ada dirinya dan Xavier yang tertidur pulas. Apakah itu mungkin perasaan sedihnya saja?Ia kemudian menggeleng pelan, mencoba meyakinkan diri. "Aku pasti salah dengar," ujarnya pelan.Kasih kembali membaringkan tubuhnya di samping Xavier, merasa lega karena menganggap dia hanya salah dengar saja. Ia sendiri harus cukup beristirahat, meredakan kelelahan karena harus merawat bayi besar yang manja dan terus menempel padanya. Meski begitu, Kasih sama sekali tidak merasa keberatan.*Ternyata, malam pertama mereka berlalu begitu saja tanpa kejadian yang istimewa. Kasih dan Xavier sama-sama tenggelam dalam tidur yang lelap,

    Last Updated : 2024-10-01
  • Menikahi Billionaire Bodoh   10. Berhasil Membujuk

    "Xavi ...." Mendengar namanya dipanggil dengan lembut, Xavier melepaskan pelukannya. Kasih pun memberikan senyuman padanya. Perlahan ibu jari Kasih mengusap lembut sudut bibir suaminya yang kotor. "Kamu harus nurut apa kata Kakek sama Kak Jeremy, ya? Nanti kita ke rumah sakit. Aku juga ikut, kok," bujuk Kasih dengan suara lembutnya yang penuh kasih sayang. "Tapi sakit, Sisi. Xavi nggak mau disuntik ... Biar Sisi aja yang rawat Xavi. Nggak mau kalau dokter," rengeknya terdengar menyedihkan. Kasih lagi-lagi menghela napas. "Hahhh. Xavier, pemeriksaannya nggak selalu disuntik, kok. Nanti kamu hanya diperiksa saja sama dokter, dilihat lukanya bagaimana. Jadi jangan takut, ya?" Pria bocah itu terdiam. Sebenarnya dia ingin menolak lagi, namun jika Ibu Perinya yang bicara, dirinya seolah enggan untuk menolak. "Kamu kan harus cepat sembuh, Xavi. Bukankah lebih baik kalau pas kita main kepalamu nggak sakit lagi?" Gadis cantik dengan rambut panjang dikepang satu itu kembali memberikan ala

    Last Updated : 2024-10-02
  • Menikahi Billionaire Bodoh   11. Kecelakaan yang Disengaja

    Rasa sakit di kepalanya seperti peluru yang menembus ke otak, mungkin akibat dari berbagai ingatan buruk yang terekam di alam bawah sadarnya. Xavier terus mengerang dan Kasih memeluknya erat."Xavi ... Tenang, Xavi ...." Kasih berbisik mencoba menenangkan suaminya."Ahhh. Ahhhh." Suara embusan napas Xavier terdengar berat. Tubuh besar pria itu menggigil ketakutan."Tuan, sebaiknya jangan membahas soal kecelakaan itu dulu. Tuan Xavier sepertinya merasa terganggu," ucap sang dokter mengingatkan.Wibowo mengangguk. "Iya, Dok.""Sisi, sakit, Sisi ...." rintih Xavier terdengar pilu. Rasa sakit di kepalanya benar-benar mengganggu."Xavier, maafkan Kakek ...." tutur Wibowo tak tega melihat cucunya kesakitan seperti itu.Kasih dengan lembut mengusap kepala suaminya. Dia membisikkan kalimat-kalimat lembut yang menenangkan. Hingga beberapa saat kemudian Xavier perlahan mulai tenang. Pria bocah itu segera dibawa pulang kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan, Xavier tak melepaskan pelukannya pada

    Last Updated : 2024-10-02
  • Menikahi Billionaire Bodoh   12. Siapa Wanita Itu?

    Kasih tanpa sadar mendorong tubuh suaminya. Tubuhnya gemetaran takut saat teringat dengan kejadian buruk di sebuah hotel mewah."Sisi, ada apa, Sisi?" tanya Xavier terlihat panik.Napas Kasih tersengal-sengal. Gadis itu kemudian tersadar dan kini dia melihat wajah polos Xavier yang tengah mencoba menenangkannya."Jangan takut, Sisi. Ada Xavi di sini ...." ucap pria itu dengan lembut.Kasih mengatur napasnya dan gadis itu mulai tenang. Kedua mata dia pejamkan sejenak. Samar-samar tercium aroma wangi bunga mawar yang begitu dekat dengannya. Kasih membuka kedua matanya lagi lalu dia menyentuh bagian atas telinga kanannya.'Ternyata dia hanya menyematkan bunga mawar ini ....' gumamnya dalam hati. Merasa tersentuh dengan tindakan bocah Xavier."Sisi?" panggil Xavier lagi karena istrinya hanya diam saja."Ah ... Aku nggak papa, Xavi. Aku hanya kaget. Ternyata kamu mau memasangkan bunga ini, ya?" tanya gadis itu."Iya, Sisi." Xavier mengangguk. "Sisi terlihat cantik kalau ada mawarnya," puji

    Last Updated : 2024-10-03

Latest chapter

  • Menikahi Billionaire Bodoh   145. Kebahagiaan yang Sempurna [TAMAT]

    Waktu berlalu begitu cepat, Aidan kini telah berusia lima tahun. Dan kehangatan keluarga kecil Xavier dan Kasih semakin terasa. Setelah Aidan genap berusia satu tahun, Kasih memutuskan untuk melanjutkan kuliah yang sempat tertunda. Usahanya yang gigih selama empat tahun terakhir kini membuahkan hasil. Hari ini adalah hari wisudanya, momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh keluarga kecil itu. Xavier dan Aidan datang ke acara wisuda Kasih dengan setelan rapi. Xavier mengenakan jas hitam elegan yang mempertegas wibawanya, sementara Aidan mengenakan kemeja putih kecil dengan rompi abu-abu yang membuatnya tampak seperti miniatur ayahnya. Rambutnya yang hitam ditata rapi oleh Xavier pagi tadi, meski bocah itu sempat memberontak karena tak mau diam. Namun, ada satu hal yang membuat Xavier sedikit geleng-geleng kepala—Aidan menolak digendong olehnya. "Ayah, aku bukan bayi lagi!" protes Aidan dengan nada malu-malu, sambil memalingkan wajahnya yang tampan dan menggemaskan. Xavier tersen

  • Menikahi Billionaire Bodoh   144. Kebahagiaan

    Malam berlalu dengan tenang, dan keesokan harinya, keluarga kecil itu menikmati waktu bersama di rumah. Xavier sengaja mengambil cuti untuk menghabiskan waktu bersama dengan Kasih dan Aidan. Dan tentu saja Johan yang akan menghandel semuanya.Saat pagi menjelang, Xavier membantu Kasih memandikan Aidan yang tertawa gembira saat air hangat menyentuh kulitnya. Atas permintaan Kasih lah mereka merawat Aidan sendiri, tanpa adanya baby sitter. Karena menurut Kasih, dia ingin merawat Aidan dengan benar dan penuh kasih sayang agar ikatan batin di antara orang tua dan anak semakin kuat."Aidan selalu ceria, ya," kata Xavier sambil mengeringkan badan putranya dengan handuk lembut. Kali ini pria itu yang memutuskan untuk memandikan Aidan.Kasih tersenyum, memperhatikan suaminya yang begitu telaten dan penuh kelembutan. "Ya. Aidan memang selalu ceria," jawabnya lembut.Xavier menoleh, menatap istrinya dengan senyum kecil. "Kalau begitu, dia pasti punya sifat seperti itu dari Bundanya yang cantik

  • Menikahi Billionaire Bodoh   143. Tujuan Baru Xavier

    Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Aidan tumbuh menjadi bayi yang sehat dan ceria. Kasih sering menghabiskan waktu di rumah untuk merawat anaknya dan Xavier. Sementara Xavier, meski sibuk dengan urusan perusahaan, selalu menyempatkan waktu untuk pulang lebih awal. Hal ini tak lain karena ia ingin melakukan perannya sebagai seorang ayah dan juga suami dengan baik.Suatu sore, Xavier pulang lebih awal dari biasanya. Pria itu menemukan Kasih dan Aidan di ruang tengah. Kasih sedang duduk di lantai dengan Aidan yang tertawa riang saat ia memainkan mainan berbentuk bola. Xavier berdiri di ambang pintu, tersenyum lebar melihat pemandangan itu."Serunya! Sepertinya kalian bersenang-senang tanpa ayah, ya?" katanya sambil berjalan mendekat. Senyumannya lebar telihat bahagia karena keluarganya aman dan baik-baik saja."Ayah sudah pulang!" Kasih menyambut kepulangan suaminya dengan senyum lebar. Aidan, meski belum sepenuhnya mengerti, segera mengulurkan tangan kecilnya ke arah sang ayah.Xavier

  • Menikahi Billionaire Bodoh   142. Haris Terbukti Bersalah

    Malam itu, Xavier kembali ke rumahnya dan duduk di ruang kerja ayahnya yang kini menjadi miliknya. Di atas meja, ada sebuah foto lama keluarganya— ayahnya; William, serta ibunya; Melinda, dan Haris berdiri berdampingan dengan senyum lebar.Xavier menatap foto itu dengan campuran emosi. Di satu sisi, ia merasa lega karena telah mengungkap kebenaran. Di sisi lain, ia merasa kehilangan yang sangat besar. Tak dia sangka pamannya lah yang menjadi orang paling mencurigakan yang telah mencelakai kedua orang tuanya.Saat dirinya sedang bersedih, Kasih datang mendekat dan meletakkan tangannya di bahu Xavier. "Apa yang sedang kamu pikirkan?"Xavier menghela napas. "Ayahku selalu percaya bahwa keluarga adalah segalanya. Tapi sekarang aku tahu, bahkan keluarga pun bisa menjadi ancaman yang nyata."Kasih menggenggam tangan suaminya, memberikan kekuatan. "Apa yang kamu lakukan sudah benar, Xavi. Kamu melindungi harga diri keluargamu. Ayahmu pasti bangga padamu."Xavier tersenyum tipis. "Aku harap b

  • Menikahi Billionaire Bodoh   141. Orang di Balik Zero [Bagian 3]

    Xavier duduk di ruang kerjanya, dikelilingi oleh dokumen-dokumen, rekaman suara, dan foto-foto yang membuktikan keterlibatan pamannya, Haris, dalam berbagai insiden tragis yang menimpa keluarganya. Wajahnya tegang, matanya menatap tajam pada berkas yang baru saja diserahkan Johan, kepala tim investigasinya.Setelah sekian lama, akhirnya meski dengan paksaan dan mencari sampai ke titik yang sulit dijangkau, Xavier menemukan pelaku utama yang selama ini dia cari setelah mendapatkan petunjuk dari catatan lama milik ayahnya."Tuan Xavier, semua bukti ini sudah cukup untuk mengamankan Pak Haris. Dari kecelakaan kedua orang tua Anda hingga penculikan Tuan Muda Junior, semuanya mengarah padanya. Jeremy, yang sudah kita jebloskan ke penjara, akhirnya mengakui bahwa dia hanya menjalankan perintah dari ayahnya, alias ‘Zero,’" lapor Johan dengan tegas.Xavier mengangguk pelan, mencoba mengendalikan emosinya. "Kali ini aku tidak akan membiarkan dia lolos. Om Haris telah menghancurkan keluargaku.

  • Menikahi Billionaire Bodoh   140. Orang di Balik Zero [Bagian 2]

    "Xavi, sebaiknya kamu istirahat dulu," ucap Kasih dengan lembut."Maaf, Sayang. Tapi aku harus segera menyelesaikan masalah ini. Aku ingin kita bertiga aman," balas Xavier sembari memeluk sang istri. Lalu pria itu mencium lembut bibir Kasih."Kalau begitu tetaplah hati-hati, Xavi. Kamu juga jangan sampai kelelahan ...." ucap Kasih lagi. Wanita itu memang benar-benar perhatian pada suaminya.Xavier mengangguk. "Pastinya. Kamu juga istirahatlah. Maaf karena aku tidak bisa ikut menjaga Aidan malam ini," ucapnya."Aku mengerti, Xavi. Yang penting kamu jaga kesehatanmu dan semoga masalah ini segera berakhir," ucap Kasih penuh harap.Malam itu, Xavier memutuskan untuk melanjutkan penyelidikan tanpa menunggu waktu lebih lama. Ia tahu bahwa kebenaran sudah ada di depan mata, tetapi harus digali lebih dalam untuk memastikan semua bukti tidak terbantahkan. Ia memanggil Johan dan Bagas ke ruang kerjanya di tengah malam."Johan, Bagas, kita harus memanfaatkan momen ini. Om Haris pasti tahu bahwa

  • Menikahi Billionaire Bodoh   139. Orang di Balik Zero

    Hari itu, Xavier memutuskan untuk fokus pada penyelidikan mendalam terkait pamannya, Haris, seperti yang diusulkan Johan dan Bagas. Meski hatinya berat, Xavier tahu bahwa untuk melindungi keluarganya, ia harus bersikap netral dan tegas, bahkan jika itu berarti mencurigai kerabatnya sendiri.Di ruang kerjanya, Xavier mengumpulkan Johan, Bagas, dan beberapa tim penyelidik terbaik yang ia percayai. "Kita perlu mengumpulkan semua informasi terkait Om Haris. Mulai dari rekam jejak bisnisnya, interaksi dengan keluargaku, hingga pergerakan terakhirnya dalam beberapa bulan ini," perintah Xavier dengan nada tegas.Johan mengangguk. "Kami akan menyisir setiap dokumen, email, hingga rekaman CCTV yang berkaitan dengannya, Tuan. Jika ada koneksi antara Pak Haris dan 'Zero,' kami pasti menemukannya dan memberikan bukti itu pada Anda.""Ya. Aku percaya pada kalian," sahut Xavier sembari mengangguk.Salah satu penyelidik segera mengakses arsip bisnis Haris dan menemukan bahwa Haris pernah terlibat da

  • Menikahi Billionaire Bodoh   138. Mencari Zero

    Xavier memulai harinya lebih awal dari biasanya. Pagi itu, setelah sarapan bersama Kasih, ia langsung masuk ke ruang kerja untuk mendiskusikan rencana bersama Johan. Nama 'Zero' terus menghantui pikirannya sejak pengakuan terakhir dari pelaku penculikan. Apalagi dengan dugaan keterlibatan nama itu dalam kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya beberapa tahun silam. Xavier tidak bisa membiarkan hal ini berlalu begitu saja."Johan," panggil Xavier tegas, "Kita tidak bisa membuang waktu. Aku yakin 'Zero' bukan nama sembarangan. Ini bukan hanya soal Aidan, tapi juga keluargaku.""Benar, Tuan," jawab Johan, mencatat setiap arahan yang diberikan. "Apa langkah pertama kita?"Xavier berdiri dan memandang ke luar jendela. Ia kemudian menghela napas panjang sebelum berbalik. "Aku ingin kamu menyisir setiap data yang kita miliki—mulai dari bisnis ayahku hingga jaringan sekarang. Cari tahu siapa saja yang pernah berurusan denganku atau keluargaku dan memiliki hubungan dengan nama ini,

  • Menikahi Billionaire Bodoh   137. Pencarian Pelaku Utama

    "Zero ...." gumam pria itu.Xavier dan Johan saling berpandangan. Nama itu seperti tidak asing dalam pikiran Xavier. Pria itu terdiam sejenak, seolah menggali informasi mengenai nama tersebut. Namun meski terdengar seperti familiar, Xavier benar-benar lupa."Apakah Anda mengenal nama samaran itu, Tuan?" tanya Johan yang menyadarkan bosnya.Xavier menggeleng pelan. "Aku tidak tahu," jawabnya."Kalau begitu saya akan menyelidikinya," ucap Johan sembari memberikan instruksi pada anak buahnya."Katakan saja siapa dan bagaimana orangnya!" Xavier mencoba menekan sanderanya lagi."Tuan ... Sepertinya tidak akan mudah. Dia sendiri belum pernah bertemu dengan orang yang menyuruhnya," ucap Johan mencoba menenangkan sang bos yang emosi.Setelah mendengar pengakuan itu, Xavier keluar dari ruangan dengan ekspresi dingin, meninggalkan Johan untuk menangani pria tersebut. Dia berjalan menuju kamarnya untuk menemui sang istri dan putranya yang berhasil selamat.Di sisi lain, Kasih yang masih berada d

DMCA.com Protection Status