Share

4. Kasih yang Terusir

Seolah diburu-buru, hari itu juga Kasih langsung diminta keluar oleh keluarga buliknya.

“Huh, menyusahkan!” keluh Arina yang kini menyeret koper besar berisi pakaian dan barang-barang Kasih. Ia lalu melemparkan koper besar itu ke arah Kasih. "Nih, barang-barangmu. Sekarang, cepat pergi dari sini!"

Kasih masih bersedih, terlebih, ia tidak menyangka jika keluarga buliknya nampak kompak untuk mengusirnya. "Jujurlah padaku, Rin. Bukankah kamu sendiri yang menjebakku?" ungkap Kasih dengan pandangan nanar.

Arina melipat kedua tangannya di depan dada. "Jangan sembarangan. Aku hanya ikut merayakan ulang tahunmu saja," jawabnya ketus dan tentunya tak mau disalahkan.

"Kamu jangan berbohong, Arina! Gara-gara kamu–"

"Diam kamu, Kasih! Dasar anak nggak tahu diri. Masih untung kamu itu nggak mencelakai Arina. Sekarang juga, kamu pergi dari sini sebelum para warga menyeretmu dengan paksa!" bentak Nilam dengan tatapan matanya yang melotot. Wanita itu tidak terima anak kesayangannya dihina keponakan yang ia benci.

Kasih menatap wajah sang bibi. "Apa Bulik lupa, kalau rumah ini rumahku?"

"Dasar anak nggak tahu malu!” decih Nilam sembari berkacak pinggang. “Kamu pikir, siapa yang merawat rumah peninggalan orang tuamu selama ini kalau bukan Bulik sama Paklikmu?! Dasar nggak tahu terima kasih!”

Suami Nilam, Broto ikut-ikutan bersuara. Pria berkumis tebal itu nampak manut saja dengan perkataan sang istri. “Benar itu. Sekarang, sebaiknya kamu pergi dari sini, sebelum para warga kembali marah. Nanti kamu diarak dan ditelanjangi baru tahu rasa!” ancamnya.

Gadis malang itu menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kalian kejam!” Kedua tangannya mengepal kuat, menahan emosinya yang sudah memuncak. “Tunggu saja, kalian pasti akan segera mendapatkan balasannya!”

Karena peristiwa itu, bukan hanya pengusiran yang Kasih dapatkan. Ia yang sejatinya murid penerima beasiswa lanjutan untuk berkuliah, kini gigit jari, sebab kini beasiswanya dicabut.

Kasih menatap marah pada keluarga Arina. Sungguh, ia akan ingat momen-momen direndahkan, juga diusir dari rumahnya sendiri ini.

Saat Kasih bersiap untuk menggeret kopernya, Arina berjalan mendekati gadis itu. Ia kemudian menarik saudara sepupunya dan menyeretnya keluar rumah dengan kasar. "Sayang sekali aku nggak dapet foto telanjangmu," bisik Arina di telinga Kasih.

Gadis cantik itu pun menoleh menatap Arina dengan tatapan terkejut. “K-kamu….” Ia kehilangan kata-kata.

Pikirannya langsung tertuju pada suara seorang wanita di malam itu. Kasih tidak menyangka, jika wanita yang memerintah tiga pria itu untuk melecehkannya adalah Arina.

"Kamu masih untung tiga cowok cupu itu gagal merkosa kamu," bisik Arina lagi sebelum mendorong tubuh Kasih dan melemparkan koper besar tersebut ke halaman depan rumah. "Bye bye, Kasih!"

Setelah itu, Arina menutup pintu hingga timbul suara berdebam. Kasih begitu terkejut dengan sebuah fakta yang ia dapati. Sayangnya, meski ia sudah tahu dalang di balik kejadian malam itu, ia tidak memiliki bukti nyata. Hanya berdasarkan omongan semata, tidak akan ada yang mempercayainya.

Akhirnya, memakai hoodie dan juga masker hitam untuk menutupi wajah, Kasih berjalan lunglai meninggalkan kampungnya.

Tak lama dari kepergiannya, sebuah mobil Alphard hitam terlihat memasuki kawasan perkampungan. Meski kampung tersebut terletak tidak jauh dari pusat kota, jarang sekali ada orang yang mengendarai mobil mewah ke sana.

Sontak, hal itu langsung menjadi heboh di kalangan warga. Pekikan beberapa orang terdengar nyaring, mana kala mobil tersebut berhenti di depan sebuah pos ronda.

“Permisi, apakah ada yang tahu rumah Kasih Rahayu?” Johan mambuka jendela di sisinya.

Dari celah itu, para warga memekik kegirangan saat mereka bisa melihat wajah tampan Xavier yang duduk di kursi belakang, memasang wajah garang.

“Mas kenapa mencari Kasih? Gadis itu baru saja membuat kampung ini heboh karena ketangkap basah berbuat mesum….”

“Tunjukkan saja rumahnya.” Suara tegas Xavier memotong penyebaran rumor tentang Kasih. Melihat wajah garang tersebut, seorang warga yang tadi menimpali pun lantas memberitahu letak rumah Kasih tanpa basa-basi.

Setelahnya, mobil yang membawa Xavier pun bergerak menuju rumah paling mewah di kampung itu.

Tepat saat mobil itu berhenti dan Xavier turun dari mobilnya, seorang wanita dengan seragam sekolah tiba-tiba keluar dari rumah. “Aku berangkat, Pak, Bu. Sudah telat ini!”

Xavier lantas meneliti dengan saksama penampilan gadis tersebut. Ia lalu menggeleng samar pada Johan, memberitahu jika wanita itu bukanlah yang sedang ia cari.

“Siapa kalian? Kenapa berdiri di depan rumahku?!” tanya gadis yang tak lain adalah Arina itu.

Tak mau kalah dengan pria di hadapannya yang menilai dirinya, Arina pun melakukan hal yang sama. Ia menilai dari penampilan Xavier, juga mobil yang dikenakan pria itu. Mata Arina langsung berbinar karena mengetahui jika pria di hadapannya bukanlah pria sembarangan.

"Katakan, apa benar ini rumah Kasih Rahayu?” ucap Xavier dengan tatapan tajam pada gadis remaja itu.

Binar di wajah Arina memudar seiring nama sepupunya keluar dari si tampan. “Ada perlu apa mencari Kasih? Dia sudah tidak tinggal di sini!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status