Share

2. Terbangun di Kamar Asing

Dua jam usai kepergian Xavier, perlahan Kasih mulai menggeliat. Ia membuka kedua matanya, dan mendapati cahaya yang masuk menerobos tirai di satu sisi kamar.

“Ugh, di mana ini?” Gadis itu mengucek matanya perlahan. Rasa kantuk yang semalam menggelayutinya mulai hilang usai tidur malam yang sangat panjang.

Namun, entah kenapa, Kasih justru merasakan tubuhnya begitu kelelahan, seperti ia habis melalui olahraga berat semalam.

Ia mengedarkan pandangan, mencoba mengingat-ingat, apa yang terjadi semalam hingga….

“Ya ampun!” ia terpekik ketika mendapati tubuhnya sudah polos tak berpakaian. Tidak langsung mempercayai penilaiannya, ia pun lantas bergerak, hendak memeriksa sprei yang ditidurinya.

“Ahh!” Ringisan keluar dari bibirnya, mana kala merasakan sakit di bagian pangkal paha.

Kesadaran Kasih mulai sepenuhnya kembali. Mendadak, ia mulai ketakutan. Bayang-bayang kejadian tak menyenangkan, di mana ia dikepung tiga pria asing semalam kembali terbayang.

“Apa yang….” Kasih membungkam mulutnya sendiri. Ia ingat betul, jika semalam ia berhasil kabur dari kejaran tiga pria yang mencoba memangsanya.

Namun, ketika menemukan seluruh tanda-tanda di tubuh, juga bercak merah di ranjang… Kasih menyimpulkan jika ia telah kehilangan mahkotanya yang paling berharga.

Perasaan gadis itu hancur berkeping-keping. Ulang tahun yang seharusnya berkesan, justru berubah jadi mimpi buruk tak berujung.

Puas menangisi nasibnya, Kasih lantas memilih bergegas. Ia tidak ingin berlama-lama di kamar ini, takut jika pria yang mengambil mahkotanya kembali datang. Saat ia ingin menyambar tasnya, ia melihat secarik kertas.

[[Jangan ke mana-mana. Kamu harus bertanggung jawab atas kejadian malam tadi.]

Tertera juga di bawah surat itu, 3 buah huruf yang Kasih yakini sebagai inisial pria itu.

"Kenapa aku yang harus bertanggung jawab?" Kasih berdecih, memprotes isi surat tersebut.

Setelahnya, kertas itu pun dirobek menjadi beberapa bagian kecil dan dibuang begitu saja. Ia yang sudah siap dengan pakaian semalam, lantas meninggalkan kamar hotel mewah itu dengan sebuah ojek online.

Beberapa belas menit kemudian, ojek yang ditumpangi Kasih pun berhenti di sebuah rumah berlantai dua yang terlihat paling megah di kampungnya.

“Ada apa ini?” Kasih bertanya-tanya dalam hati kala mendapati orang-orang yang tak lain tetangga, terlihat berkumpul di rumah peninggalan orang tuanya.

"Nah, ini dia anaknya!" seru seorang wanita sembari menatap tajam ke arah Kasih.

Gadis itu mengernyitkan dahinya. Lalu seorang wanita lain berjalan menghampirinya.

"Kasih! Kenapa kamu baru pulang? Bikin Bulik malu!" seru wanita yang merupakan Bulik Nilam, adik tiri dari ayah Kasih.

"Bulik ...!" Kasih memekik pelan saat Bulik menarik kasar lengannya.

"Oh. Jadi ini anak nggak tahu malu itu? Dasar. Udah yatim piatu, malah bertingkah mempermalukan desa!" Seruan seorang wanita lain yang merupakan salah satu tetangga Kasih memancing sahutan-sahutan lain dari tetangga lainnya.

Kasih bingung dengan situasi yang sedang terjadi di depan rumahnya. Bahkan Ketua RT pun turut hadir di sana. "Tenang, Bapak, Ibu. Kita dengarkan dulu penjelasan dari Dik Kasih," ujar sang Ketua RT mencoba menenangkan warganya.

"Tenang bagaimana, Pak RT? Kasih ini sudah bikin ulah. Seorang pezina nggak boleh tinggal di sini!" seru salah satu ibu-ibu sembari menunjuk wajah Kasih.

Kasih terlonjak kaget mendengar tuduhan yang ditujukan padanya. “S-siapa yang kalian sebut pezina?”

Amarah para tetangga semakin membara mendengar respons Kasih.

“Pakai tanya! Ya, kamu!”

“Masih mau ngelak kamu? Itu loh, sudah ada foto-foto kamu yang tidak senonoh tersebar!”

Beberapa lembar foto yang telah dicetak kemudian menghambur ke wajah Kasih. Gadis itu menunduk guna melihat foto tidak senonoh yang dimaksud.

Mata Kasih seketika melebar sempurna, ketika melihat foto-foto tersebut adalah foto yang diambil semalam.

“Ini tidak benar!” teriak Kasih, tidak terima. Dengan tangan bergetar, sambil memegang beberapa foto, gadis itu mengangkat tangannya ke udara. “Ini semua fitnah!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status