Share

Menikahi Billionaire Bodoh
Menikahi Billionaire Bodoh
Author: Rizu Key

1. Cinta Satu Malam

“Ahh, lepas!!”

Dengan sisa tenaga, Kasih mendorong tubuh pria yang terus mencoba untuk memeluknya. Entah apa yang salah, Kasih yang pada malam itu sedang merayakan ulang tahun di sebuah ruang karaoke, mendadak merasakan kantuk luar biasa setelah meminum minuman yang telah dipesan teman-temannya.

Tidak lama dari Kasih nyaris tidak berdaya, datanglah tiga pria asing yang mencoba mengambil keuntungan.

“Ambil foto yang banyak!” Suara seorang wanita terdengar memerintah salah satu pria suruhannya, sementara Kasih tengah berada di atas pangkuan pria lain.

“Sudahlah, Sayang. Kita senang-senang saja malam ini.”

Pakaian Kasih sudah berantakan dengan kancing kemeja yang terbuka hingga menampakkan belahan dadanya.

“Tidak! Tolong, jangan….” Pria yang memangkunya terus berusaha menyentuh Kasih yang tidak berhenti meronta. Lalu, ketika ada satu kesempatan kabur, Kasih dengan cepat menendang pria yang menahannya, lalu meraih tas selempangnya dan segera pergi meninggalkan ruang karaoke tersebut.

“Hey! Jangan lari!” teriak salah satu pria.

Kasih tidak peduli, ia terus memacu langkahnya hingga langkahnya berhenti kala tanpa sengaja ia menabrak seseorang.

“Ah!” Kasih memekik. “Maaf, Tuan. Aku… tidak sengaja.”

Pria yang ditabrak Kasih itu menatap tajam gadis yang kini terlihat kepayahan. Dengan pakaiannya yang sudah terbuka, juga penampilannya yang acak-acakan, pria itu jadi terpikirkan sesuatu.

“Katakan, siapa yang mengirimmu?” tanya pria itu dengan suara dalamnya, seolah tengah berusaha mengontrol sesuatu yang sedikit lagi akan meledak. “Apa kamu….”

Kalimat pria itu tidak selesai, sebab Kasih sudah terlanjur tidak berdaya di dalam dekapannya. Karena hal itu, pria itu pun lantas membawa Kasih memasuki sebuah hotel.

Kasih menggeliat ketika tubuhnya dibaringkan ke ranjang dengan kasar, “Ahh….”

Hal itu justru memancing rasa penasaran pria misterius tadi semakin memuncak. Ia kembali mendekati Kasih.

Dari jarak dekat, sang pria dapat mencium aroma manis yang menguar dari gadis yang terus merintih dengan mata yang tertutup.

Wajah Kasih yang cantik tanpa polesan berlebih, kulitnya yang mulus bak porselen mahal membuat hasrat yang sedari tadi ia tahan semakin meronta-ronta. Terlebih, ketika mata elangnya tertuju pada dua kancing kemeja Kasih yang terbuka.

Bulatan sintal yang dibalut kain hitam yang menyembul malu-malu, membuat sang pria semakin kesulitan meredakan lonjakan gairahnya.

“Sialan! Kamu harus bertanggung jawab!” Pria itu melepaskan jas hitamnya, dan melemparnya ke sembarang arah. “Siapa yang menyuruhmu menggodaku, Gadis Kecil? Apa kalian bersekongkol untuk menjebakku?!” tanya sang pria yang kini sudah mengungkung tubuh Kasih.

“Eugh, apa maksudmu?” Tubuh Kasih kembali melenguh. Jarak tubuh mereka yang begitu dekat membuat napas Kasih menjadi semakin sesak.

Mata pria itu berkilat, memancarkan kekesalan sekaligus hasrat. Ia sadar, reaksi tubuhnya yang tidak biasa merupakan hasil dari seseorang yang mencoba menjebaknya. Dan gadis yang terlihat mabuk ini jugalah, salah satu alat untuk menyempurnakan jebakan tersebut.

“Baiklah jika kamu tidak ingin mengaku.” Pria itu mulai mendekatkan hidung mancungnya ke arah leher Kasih yang jenjang. Kasih berupaya menolak dengan kata, tetapi sinyal di tubuhnya mengkhianati. Hal itu membuat si pria semakin gencar menyerangnya. “Diamlah, dan lakukan saja tugasmu untuk memuaskanku.”

Bibir gadis itu dibungkam oleh ciuman yang dalam, membuat protes Kasih tertelan dan berganti desahan. Tubuh Kasih yang semula masih melakukan perlawanan, kini justru telah bergerak menyesuaikan irama si pria.

Ruangan dingin nan gelap itu seketika berubah panas oleh gairah keduanya.

Ketika akhirnya sang pria mampu menembus dinding terdalam tubuh Kasih, kernyitan keheranan muncul di sana. “Kamu, masih perawan??”

Ia benar-benar tidak percaya. Namun, karena hasrat kuatnya sudah tak mungkin lagi ditahan apalagi digagalkan, pria itu pun melupakan fakta tersebut dan melanjutkan gerakannya hingga berhasil mencapai puncak.

Sementara pria itu langsung bangkit dari atas tubuh Kasih, gadis itu sudah tertidur pulas. Ia bahkan tidak sadar, kala pria misterius yang telah mengambil keperawanannya mencari-cari sesuatu di dalam tas selempang Kasih.

"Kasih Rahayu….” Ia kembali melemparkan tatapannya pada Kasih yang berada di atas ranjang panas yang mereka gunakan. Sebuah senyum misterius lantas nampak di bibirnya. “Kamu harus menjelaskan hal ini padaku!”

Drrrt…. Drrrt….

Suara ponsel yang bergetar membuat pandangan pria bermata elang itu terputus dari menatap Kasih yang telah tertidur pulas. Gegas, ia sedikit menjauh untuk mengangkat panggilan dari asistennya itu.

“Selamat pagi, Tuan Xavier, akhirnya Anda mengangkat telepon juga.” Kelegaan terdengar dari nada bicara sang asisten. “Apakah Anda baik-baik saja, Pak? Saya mencari Anda semalam, tetapi ketika saya menyusul Anda, pintu kamarnya sudah terkunci.”

Xavier menghela napas sejenak sebelum menjawab, sembari matanya terus menatap Kasih. “Aku baik-baik saja.”

“Kalau begitu, saya akan menjemput Anda di kamar sekarang,” tawar sang asisten.

“Tidak perlu. Aku akan segera turun.”

Kemudian, usai panggilan itu berakhir, Xavier melangkah menuju lemari pakaian. Setelahnya, ia mengambil secarik kertas, dan menuliskan pesan untuk gadis yang masih tidur pulas.

[Jangan ke mana-mana. Kamu harus bertanggung jawab atas kejadian malam tadi.]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status