Beranda / Rumah Tangga / Menikahi Adik Musuh / 3. Akhir Panggung Sandiwara

Share

3. Akhir Panggung Sandiwara

Penulis: Luisana Zaffya
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-01 10:28:07

Sekilas Nadia melirik judul berita terbaru yang tercetak besar-besar di sampul majalah yang dilemparkan putrinya di atas meja. Memasang senyum setipis mungkin karena tahu apa penyebab guratan amarah yang memenuhi replika dirinya yang berdiri tegang di hadapannya. Sama sekali tak bersusah payah menutupi kegusaran sekalipun hanya untuk bersopan santun karena lama tak mengunjungi kediaman rumah orang tua atau berpura-pura merindukannya.

Ya, ia tahu kesibukan macam apa yang harus dipinggul putri semata wayangnya untuk meneruskan kerajaan bisnis keluarga. Ia tak perlu meragukan kemampuan otak putrinya itu dalam memegang kendali CASAVEGA GROUP. Sayangnya, ia masih tak bisa tenang sebelum memastikan penerus selanjutnya di dalam perut putrinya ada.

"Apa maksud Mama menentukan acara pernikahanku dengan Dewa tanpa pemberitahuan seperti ini?" desis Zaffya.

"Mama hanya membantu kalian berdua. Sepertinya kalian terlalu sibuk dengan masalah perusahaan sampai tak sempat mengurus tentang pernikahan."

"Seharusnya Mama tahu kalau Mama tak perlu repot-repot seperti ini. Itu sama sekali bukan urusan Mama."

"Kalian sudah bertunangan selama tujuh tahun. Masih ingin menunggu berapa lama lagi untuk menikah?"

Zaffya memejamkan matanya sambil menghembuskan nafasnya kasar. Cukup sudah.

"Mama bosan menunggu lebih lama lagi untuk mendengar berita gembira dari kalian berdua. Kau tidak mungkin bertunangan dengan Dewa seumur hidupmu, bukan?"

"Baguslah kalau Mama berpendapat sama denganku," ucap Zaffya tajam. Menikmati ketegangan yang seketika membeku di wajah Nadia Farick begitu wanita paruh baya itu mencerna kalimatnya dengan sangat baik.

Itu kata-kata yang memang Nadia harapkan didengar oleh telinganya, tapi dari mulut Dewa, bukan dari mulut Zaffya. Juga bukan dengan tatapan dan nada setajam itu. Putrinya selalu mampu melakukan hal yang tak pernah ia duga. Dan bukan hal yang tak mungkin jika Zaffya mampu mengguncang semua rencana dan memporak-porandakannya.

"Apa maksudmu, Zaf?" desis Nadia. Jemarinya tergenggam erat menunggu jawaban dari Zaffya.

Zaffya menyeringai. "Mama tahu hubungan macam apa yang selama ini kami jalani. Seharusnya Mama juga sangat tahu, suatu saat pertunangan ini akan berakhir."

Nadia tersentak. Sungguh, dia sangat mengenal putrinya dengan sangat baik rupanya, tapi tetap saja ucapan putrinya itu masih mampu mengguncangnya. "Jangan gila kamu, Zaffya."

"Seharusnya Mama tidak mendesakku seperti ini."

"Hentikan kegilaanmu, Zaf. Kalian sudah berjalan sejauh ini."

"Dan sudah lebih dari cukup bagiku untuk mengambil keputusanku sendiri."

"Dengarkan Mama baik-baik!" Nadia mengacungkan telunjuknya ke arah Zaffya. Sekarang sudah tidak mungkin lagi berbicara baik-baik. "Kau tidak akan melakukannya. Kau tidak akan menghancurkan nama baik keluarga dan hubungan perusahaan kita juga."

Zaffya mendengku. "Sudah cukup harga yang harus kutebus untuk keluarga dan perusahaan ini. Sudah waktunya aku mendapatkan kebebasanku."

"Kau tidak mungkin mengkhianati janjimu pada mediang kakekmu." Nadia mengeluarkan satu-satunya ancaman yang ia miliki. Menghadapi putrinya tak cukup memakai rencana A. Ia harus punya seribu rencana agar putrinya mau menuruti keinginannya. Memastikan Zaffya tak bisa bergerak dalam jebakannya.

Zaffya terdiam. Ya, pertunangannya dengan Dewa karena permintaan kakeknya yang tengah sakit keras di atas ranjang rumah sakit. Bahkan pertunangan mereka juga disaksikan pria tua itu. Di hembusan terakhir napas kakeknya.

Zaffya menggeleng. "Dan bukan kehidupan macam ini yang diinginkan kakek untuk kujalani," ucap Zaffya lirih. Sebelum membalikkan badan dan melangkah pergi. Mengabaikan teriakan mamanya yang memanggil-manggil namanya.

Suasana hatinya semakin memburuk setelah mamanya mulai mengungkit-ungkit tentang kakeknya. Tidak cukupkah berita sialan itu membuat pagi harinya terguncang.

****

'Pesta pernikahan Sagara dan Farick yang akan diresmikan sebulan lagi.'

Dewa membaca salah satu judul berita utama majalah yang dipegangnya untuk yang ke sepuluh kali. Bukan dia yang membuat pemberitaan itu, tapi pemberitaan itu akan membuat Zaffya terpojok dan memulai kehidupan baru dengannya. Membuat Zaffya keluar dari jebakan masa lalu mereka.

Mungkin niatnya terdengar licik atau memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Namun, apa pun namanya, dengan Zaffya yang akan menjadi miliknya seutuhnya tentu akan sepadan dengan rasa bersalah atas niat jelek yang tersembunyi. Masih banyak waktu yang tersisa bagi Dewa untuk menghapus nama yang terukir di hati wanita itu, dan baginya itu sudah lebih dari cukup.

Dewa tersentak ketika mendengar pintu ruang kerjanya diketuk. Segera ia meletakkan majalah yang pegangnya di meja dan berseru, "Masuk."

Kening Dewa berkerut menyadari suaranya yang terdengar lebih riang daripada biasa. Mungkin karena memang suasana hatinya yang begitu cerah.

Pintu terbuka dan sekretarisnya masuk. Berjalan mendekat dan berhenti di depan mejanya.

"Pagi yang cerah, Tania," sapa Dewa pada sekretarisnya. Menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dan menyilangkan kedua kaki.

Tania terpaku untuk sesaat dengan sikap atasannya yang tampak ... hangat?

Senyum di bibir Dewa semakin melebar dengan ekspresi canggung yang tanpa sengaja terpasang di wajah Tania. "Apa kau ingin aku terlihat muram di hari yang cerah ini?"

Tania menggeleng dengan cepat. "Tidak, Tuan."

"Kalau begitu bacakan agendaku hari ini."

Tania mengerjap sebelum menunduk membuka buku yang ada dalam pelukannya. Namun dia teringat jika bukan itu tujuannya datang kemari.

"Pertemuan berikutnya di ruang konferensi. Para dewan direksi sudah ...." Tania berhenti ketika pintu yang ada di belakangnya tiba-tiba terayun membuka. Menampakkan wanita dengan setelan formal berwarna merah. Wajah dingin dan tatapan mata yang tajam tak sedikit pun mengurangi kecantikan wanita itu. Namun mampu membuat Tania tak berkutik saat mata wanita itu menatap ke arahnya.

"Kau bisa pergi lebih dulu, Tania. Beri aku waktu lima belas menit untuk berbicara dengan tunanganku," perintah Dewa pada si sekretaris yang tampak bengong. Antara intimidasi Zaffya atau melanjutkan tugasnya.

"Iya, Tuan." Tania segera mengangguk. Menutup map yang dipegangnya dan segera melangkah keluar. Sempat menunduk untuk memberi salam pada tunangan bosnya itu sebelum menuju pintu. Namun seperti biasa, wanita cantik itu hanya menatapnya datar sebelum melanjutkan langkah mendekati bosnya.

"Kita butuh bicara," kata Zaffya langsung ingin segera menuju topik utama. Lalu pandangannya beralih pada majalah yang masih terbuka di meja Dewa. Majalah berbeda dengan yang didapatkannya tapi dengan berita utama yang sama. "Baguslah kalau kau sudah membacanya."

Dewa melirik majalah yang dibawanya dari rumah dan baru berhenti membaca saat sekretarisnya masuk membacakan agendanya. Senyum sumringah Dewa seketika berubah menjadi hanya lengkungan yang membentuk di kedua sudut bibirnya. Ia tahu berita itu bukan berita baik untuk Zaffya. "Kau tahu ini bukan perbuatanku, bukan?"

"Aku tahu," desah Zaffya mulai kembali gusar. Otaknya masih berkecamuk tak karuan. Jemarinya bergerak-gerak gelisah di samping tubuh.

"Duduklah." Dewa bangkit berdiri. Mengarahkan Zaffya ke set sofa terdekat. "Apa kau ingin minum sesuatu?"

Zaffya menggeleng. "Aku ingin mengakhiri semua ini sekarang juga, Dewa."

Dewa sempat menghentikan langkah kakinya. Sejenak menatap wajah Zaffya sekali lagi. Mengamati raut wajah cantik yang tampak sedikit pucat, tapi ekspresi wanita benar-benar serius dan tampak sedikit ... tegang. Ia pun membatalkan niatnya untuk duduk di sofa dan menghampiri Zaffya yang masih berdiri di tengah-tengah ruangan.

"Kali ini aku benar-benar serius akan mengakhirinya." Zaffya menarik tangannya dari jangkauan Dewa.

Dewa hanya membungkam dengan penolakan Zaffya.

Zaffya menghembuskan nafas keras. Lalu mengangkat tangan kanannya yang tergenggam dan membukanya di hadapan Dewa. "Dan aku kemari hanya untuk mengembalikan cincin ini."

Dewa menunduk. Melihat cincin yang berhias berlian biru itu dengan muram. Memang bukan dia yang mencarikan cincin itu, tapi cincin itulah pengikat satu-satunya untuk Zaffya. "Apa ini karena berita itu?"

"Aku tidak siap dengan hubungan ini." Tangan kiri Zaffya menarik jemari dan meletakkan cincin itu di telapak tangan Dewa karena pria itu tampak termenung. Hanya memandanginya saja tanpa ada niat untuk mengambil. Zaffya tahu Dewa tidak akan membiarkannya pergi, tapi kali ini, keputusan Zaffya benar-benar sudah bulat dan tak akan goyah oleh berbagai argumen yang akan Dewa ucapkan.

Zaffya melangkah mundur. Kali ini ada perasaan bersalah yang menggelayuti hatinya saat ia benar-benar sudah memberikan cincin itu. Perasaan bersalah yang selama ini bersarang karena menipu kakeknya.

"Apa kau ingin seluruh dunia gempar dengan keputusan ini?" Dewa berjuang untuk tidak lepas kendali. Dengan hatinya hancur oleh keputusan sepihak Zaffya.

"Sudah cukup apa yang kulakukan hanya demi pandangan orang. Setidaknya biarkan kali ini aku yang akan menutup mataku."

"Apa kau tahu berapa banyak orang yang akan dirugikan? Berapa banyak orang yang akan kau lemparkan penderitaan ini? Orang tuaku, orang tuamu, kakekmu." Tangan Dewa terangkat menunjuk diirnya sendiri dan berkata lirih, "Dan aku."

"Hentikan, Dewa. Aku mengambil keputusan ini sejak lama. Untuk menghindari permasalahan yang semakin rumit seperti ini. Tapi kau yang selalu menahanku."

"Dan hal itu berhasil menahanmu. Jadi kenapa kali ini kau berpikir aku akan membiarkanmu?" Suara Dewa mulai meninggi.

Zaffya melangkah mundur. Berbalik dan melangkah menjauh untuk berdiri di samping dinding kaca. Mengusap rambutnya sekali dan matanya terarah ke pemandangan kota demi menghindari menatap wajah Dewa. Zaffya tahu kali ini pria itu tidak akan membiarkannya dengan mudah, tapi kali ini ia tidak akan kalah. "Aku akan menyangkal pemberitaan itu dan mengumumkannya dua hari lagi."

"Kau tidak bisa mengambil keputusan hanya dengan sepihak seperti ini, Zaf. Apalagi terburu-buru." Dewa menggenggam cincin milik Zaffya dan melangkah mendekat, menatap punggung Zaffya. Wanita itu sama sekali tak memedulikan emosi yang bercampur aduk memenuhi wajahnya.

"Tidak bisakah kau membiarkanku kali ini?"

"Kau tahu jawabannya," jawab Dewa cepat bahkan sebelum Zaffya menyelesaikan pertanyaannya.

Zaffya bergeming.

"Kau bahkan tak punya alasan yang tepat untuk keputusan sebesar ini," tambah Dewa lagi.

Kali ini Zaffya membalikkan badan, menatap tajam ke manik mata Dewa. "Kau tahu aku tak pernah nyaman dengan hubungan ini. Jika kau menganggap perasaanku tidak terlalu penting dalam hubungan ini, maka kau benar."

Mulut Dewa terkatup rapat. Genggaman jemarinya semakin erat, berikut cincin Zaffya yang ada dalam genggamannya terasa sangat nyata. Tiba-tiba saja ketakutan memenuhi dadanya. Kehancuran yang membayang di depannya terasa semakin nyata.

"Ini terakhir kalinya kita berdebat masalah akhir kesepakatan kita." Zaffya mengatakan kalimat itu dengan tegas dengan mata tepat menatap manik hitam Dewa. Mulai berjalan melewati mantan tunangannya itu.

Dewa menangkap pergelangan tangan Zaffya sebelum wanita itu benar-benar melewatinya dan menuju pintu keluar. "Kita bisa mencobanya sekali lagi. Kita bahkan akan mencobanya berkali-kali sampai kau merasa nyaman dengan hubungan kita."

Desahan berat melewati bibir Zaffya yang terpoles lipstik merah. Matanya terpejam sekali lagi sebelum kembali menatap manik Dewa. "Kita sudah mencobanya. Berkali-kali dan tak pernah berhasil. Kau tahu aku sudah berusaha untuk itu."

Dewa kehabisan kata-katanya. "Aku akan memberimu waktu untuk berpikir."

Zaffya menggelengkan kepala. "Tidak, Dewa. Aku tidak memerlukannya."

"Jika kau berpikir aku akan melepaskanmu begitu saja, maka kau salah, Zaf."

"Aku tahu." Zaffya menarik pergelangan tangannya. "Tapi kali ini aku tidak akan berubah pikiran."

Lalu Zaffya pergi. Meninggalkan Dewa dengan kepingan-kepingan hatinya yang berserakan.

***

Bab terkait

  • Menikahi Adik Musuh   4. Resiko yang Perlu Ditanggung

    'Menguak putusnya pertunangan Luisana Farick dan Dewa Sagara''Setelah hampir tujuh tahun bertunangan, hubungan pewaris tunggal Casavefa Group dan pewaris Sagara Group kandas?''Benarkah penyebab putusnya Luisana Farick dan Dewa Sagara adalah karena adanya pihak ketiga?''Dewa Sagara bungkam soal kandasnya pertunangannya.''Di kabarkan akan menikah bulan depan, Dewa Sagara dan Luisana Farick malah batal menikah?''Benarkan hubungan kedua perusahaan terbesar di negeri ini juga akan mengalami penurunan saham seiring dengan kandasnya hubungan pertunangan Luisana Farick dan Dewa Sagara?''Menghitung kerugian akibat putusnya pertunangan Dewa Sagara....'Brruuukkkk ....Zaffya melempar tumpukan majalah dari berbagai macam jenis percetakan yang terhampar di hadapannya. Ia tak mau lagi membaca sampah yang membuat kepalanya semakin pening.Satya tetap tersentak kaget sekalipun ia sudah bisa menebak bahwa majalah yang dibawanya akan berakhir di lantai. Dengan hati-hati ia membungkuk untuk memun

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Menikahi Adik Musuh   5. Tak Ada Yang Berubah

    Jas putih kebanggaannya ia sampirkan di punggung kursi sebelum mendaratkan pantatnya di atas kursi kerja. Sebuah desahan kecil lolos dari bibirnya ketika menarik stetoskopnya turun dari leher. Pasien hari ini cukup banyak yang menarik perhatian khususnya. Ya, ia sudah bisa menduga. Tempat kerja baru yang lebih besar dari rumah sakit tempatnya bekerja sebelumnya. Salah satu alasan dari beberapa alasan ia kembali.Jemari kanannya menarik laci teratas dan meraih ponsel yang sejak pagi tadi tak dijamahnya. Keningnya berkerut melihat beberapa notifikasi panggilan tak terjawab dan pesan yang belum ia baca.4 panggilan tak terjawab 'Sister'2 panggilan tak terjawab 'Luna'1 panggilan tak terjawab 'Mama'Waww ... Banyak sekali wanita yang menghubunginya hari ini, batinnya. Jemarinya pun bergerak menggeser layar ponsel untuk membaca pesan yang mungkin dikirim mereka.From : SisterKak Rich, jahat.Senyum simpul tertarik di kedua sudut bibirnya. Adiknya itu pasti sedang kesal tingkat tinggi kar

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-11
  • Menikahi Adik Musuh   6. Kebetulan Dan Takdir

    "Mungkin ini hanyalah kesempatan yang diberikan untukku berbuat baik lebih banyak." "Zaffya tidak membaca berkasmu, dia bahkan tidak tahu kau ada di sini." "Mungkin kami akan bertemu tak lama lagi." "Apa yang sebenarnya kauinginkan dari Zaffya? Jangan membuat kehidupannya semakin berantakan, Richard!" Suara Vynno mulai meninggi. Tubuhnya menegang dan wajahnya mulai kaku. "Aku hanya ingin menyelesaikan apa yang harus kami selesaikan, dan itu sama sekali bukan urusanmu." "Kalian tidak seharusnya bersama." "Apa kau pernah melihat cinta berakhir hanya karena sebuah larangan?" "Kau berkata seolah Zaffya masih mencintaimu?" "Kau tidak akan menggertakku jika dugaanku salah." Vynno terdiam sesaat. Sinar itu, sinar itu masih tampak jelas di mata Richard. Hanya untuk Zaffya. Begitupun sebaliknya, masih terlalu jelas di manik Zaffya untuk Richard. "Sudah delapan tahu berlalu, seharusnya kau melanjutkan hidupmu." "Aku sudah mencobanya." "Mungkin kau tidak terlalu bersungguh-sungguh."

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-12
  • Menikahi Adik Musuh   7. Pertemuan

    Ryffa menggeleng-gelengkan kepalanya dan berbaring di ranjang. "Kau harus menambah tenaga di bagian jantung, Vyn. Juga, apa kautahu semalam keadaan benar-benar kacau karena kekurangan orang di bagian IGD?" "Aku akan memberitahu Dewa tentang ini." "Pergilah." Ryffa berbaring miring memunggungi Vynno yang masih sibuk dengan jalan hidup Zaffya di kepala pria itu. "Mungkin besok kau hanya akan kehilangan pekerjaan nyamanmu dan menjadi sopir pribadi Zaffya." Vynno menggeram. Ryffa terkikik. "Tidak masuk akal, tapi kedengarannya cukup menghibur." "Sialan, kau!" Vynno menendang kaki ranjang saat tawa Ryffa semakin nyaring, lalu berbalik dan berjalan keluar. Vynno berhenti, ketika mendorong pintu ruang rawat Zaffya dan menemukan sosok yang lebih tinggi berdiri di depannya. Wajahnya seketika mengeras dan berubah dingin. "Apa yang kaulakukan di sini, Richard?" desisnya. **** "Sekarang bukan saat yang tepat untuk kalian bertemu?" Vynno menghadang Richard di depan pintu. "Kita akan meli

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-14
  • Menikahi Adik Musuh   8. Tanda Rindu

    "Bicaralah," Zaffya memulai. "Aku hanya ingin bertemu denganmu." "Jujur, aku tak ingin bersikap dingin padamu, Dewa." "Aku tahu. Maafkan aku," Dewa tersenyum miris. Satu-satunya alasan dia masih tetap di ruangan ini karena Nadia Farick mengancam Zaffya. "Aku akan kembali, semoga cepat sembuh." Dewa mengangkat tangannya hendak mengusap kening Zaffya. Namun, saat Zaffya beringsut menjauh, ia segera menurunkan tangannya. Zaffya menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Mendesah dengan keras saat Dewa menutup pintu. Ryffa keluar dari kamar mandi tak lama kemudian, diikuti Richard. Sesaat keduanya hanya saling pandang dengan canggung. Ryffa keluar, meninggalkan Zaffya dan Richard tertinggal. Selama hampir satu menit keduanya hanya saling berpandangan dalam diam. Richard tidak mengatakan apa pun sedangkan Zaffya masih terlalu sibuk dengan halusinasi dalam kepalanya. "Bagaimana kabarmu?" tanya Zaffya akhirnya dengan suara serak. Ia terlalu gugup. Sialan! Kegugupan tak pernah menyer

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15
  • Menikahi Adik Musuh   9. Nikahi Aku Besok

    Dengan bosan Zaffya menatap akuarium di hadapannya. Setidaknya ikan berwarna merah itu sedikit mengalihkan perhatiannya menghitung detik yang berlalu. Suasana dalam ruangan ini hangat. Sangat hangat hingga mampu membuatnya meleleh. Beberapa foto dipajang di dinding, penuh senyum di setiap ekspresinya. Bagaimana hal semudah itu sangat sulit untuk dilakukan dirinya yang hampir mempunyai segalanya. Ruang kerja Richard seperti ruang kerja dokter pada umumnya yang bekerja di CMC. Berukuran sekitar tujuh kali tujuh, berwarna putih, dan berbau antiseptik. Bagaimana kesalahan Satya yang menerima lamaran Richard membuat hidupnya jungkir balik separah ini. Mungkin ia harus memberi Satya libur satu hari sebagai ucapan terima kasih. Lagi pula, Richard memang memenuhi kualifikasi sebagai dokter yang masuk ke CMC. Zaffya yakin, pria itu akan membawa dampak yang baik untuk rumah sakitnya. Pintu terbuka dan Zaffya menoleh. Melihat Richard yang sesaat terkejut mendapati dirinya berdiri di tengah-ten

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-16
  • Menikahi Adik Musuh   10. Pernikahan Kilat Dan Kejutannya

    "Aku bersedia," Zaffya mengakhiri upacara pernikahanku sebelum pendeta mempersilahkan mereka untuk berciuman.Ryffa tersenyum bahagia. Melihat senyum di wajah Zaffya dan Richard. Setelah sekian lama, pada akhirnya mereka berdua kembali. Keduanya tampak begitu kuat. Ia yakin, mereka akan mampu menghadapi apa pun yang ada di depan."Setidaknya pernikahan mereka terasa sangat mengharukan, bukan?" bisik Vynno yang berdiri di samping Ryffa. Memegang segelas jus jeruk dan melambaikan tangan ke arah Richard dan Zaffya yang menatap mereka."Sesekali kau memang harus merasakan apa itu cinta." Ryffa ikut melambai.Vynno berdecak. "Cinta hanya ada dalam drama romantis di filmku. Pernikahan ini, hanya obsesi Zaffya yang tak bisa lepas dari cinta pertamanya. Kau sangat mengenal dengan baik Zaf, bukan? Dia tak akan berhenti penasaran sebelum rasa penasarannya itu terpuaskan.""Aku berharap Richard tak sepolos itu untuk tidak merebut posisimu sebagai pimpinan CMC," timpal Ryffa sebelum berjalan perg

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-16
  • Menikahi Adik Musuh   11. Hadiah Pernikahan

    Sialan!Gangguan dan kejahilan Vynno kini lebih baik daripada menemukan pemandangan seperti ini.Richard tidak tahu, apa yang membuatnya begitu terpaku dan tak bergerak saat Luna semakin mendekatkan wajah wanita itu ke wajahnya dan menempelkan bibir mereka. Mungkin perasaan iba, atau setidaknya ia ingin Luna merasa lega karena wanita itu akhirnya mengungkapkan apa yang selama bertahun-tahun ini dipendam?Richard dan Luna menoleh mendengar kesiap dan gerakan lain yang tak jauh dari tempatnya dan Luna berdiri. Richard semakin terkejut, melihat Zaffya berdiri di depan pintu kamarnya yang terbuka. Ekspresi terkejut Zaffya tidak kalah jauh dengan miliknya ataupun Luna.Butuh beberapa detik bagi mereka untuk terlepas dari suasana mencengangkan tersebut. Penuh ketegangan dan tali yang membentang di antara mereka siap terputus. Sampai akhirnya, kebekuan tersebut terpecah ketika Luna menunduk, merasa malu melihat ekpsresi Richard dan Zaffya. Tak menunggu sedetik lebih lama, Luna berbalik dan b

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-16

Bab terbaru

  • Menikahi Adik Musuh   68. Welcome Baby Boy (End)

    "Bayinya lahir dengan selamat. Karena bayi lahir prematur dan memiliki berat badan di bawah normal, kami membawanya ke ruang NICU di lantai empat. Anda bisa melihatnya di jam-jam tertentu.""Bagaimana keadaan istri saya, Dok?""Istri Anda masih belum sadar dan sedang berada di ruang pemulihan. Setelah sadar, kami akan memeriksanya sekali lagi sebelum membawanya ke ruang perawatan. Keadaannya masih sangat rentan."Rasanya Dewa bisa kembali bernapas. Tubuhnya jauh di kursi dengan kelegaan yang luar biasa. Karena keadaan Dania yang belum boleh dilihat, Dewa pun pergi ke lantai empat, untuk melihat bayinya.Tak ada sepatah kata pun yang bisa mengungkapkan perasaan Dewa. Pertama kali Dewa menatap bayi mungilnya, dan ia langsung jatuh cinta. Hanya itu satu-satunya perasaan yang bisa ia telaah. Setetes air mata jatuh, kebahagiaan dan rasa pedih bercampur aduk memenuhi dada Dewa. Melihat bayi mungilnya yang rapuh, tak berdaya, dan sangat kecil dan harus berjuang hidup di sana sendirian. Dewa

  • Menikahi Adik Musuh   67. Akhir Mikha

    Sepertinya Raka tak bisa lagi memasang senyum palsu di bibir kepada para tamu yang diperkenalkan mamanya. Dengan alasan hendak ke kamar mandi sebentar, Raka melepas lengan Alra yang melingkari lengannya. Berjalan ke dalam rumah. Entah kenapa, firasat buruk menyergap dadanya hanya dengan memikirkan Dania yang tak berhenti memenuhi kepalanya. Ditambah ia pun tak melihat Dania sejak Zaffya entah pergi ke mana dengan Nadia Farick sedangkan Dewa terjebak dengan teman-temannya tak jauh dari tempatnya.Seorang pelayan berlari ke arahnya dan menyenggol pundaknya. Pelayan itu berhenti sejenak untuk meminta maaf dengan wajah pucat. Lalu berlari ke dalam pesta. Raka hanya mengerutkan kening dan mengabaikannya. Melanjutkan langkahnya. Teapi kemudian jantung Raka berdebar keras, melihat beberapa pelayan berlari ke arah ruang tengah dengan terburu-buru, dan bukan ke arah taman belakang. Raka tak tahu apa yang begitu menarik perhatian para pelayan itu, tapi kakinya ikut bereaksi dan berlari menngiku

  • Menikahi Adik Musuh   66. Insiden

    Suara musik yang mengalun indah dan pelan, dengan berbagai jenis bunga menghiasi sepanjang jalan masuk ke taman belakang kediaman Sagara. Dengan konsep pesta kebun, yang terlihat santai dan elegan."Kau gugup? Kauingin kembali? Jangan membuatku salah paham, Dan," bisik Dewa mendekatkan bibirnya di telinga Dania saat mereka melintasi halaman samping rumah menuju halaman belakang, tempat pernikahan akan berlangsung. Genggaman tangan Dania di tangannya semakin mengetat, dan kegugupan tergaris jelas di sepanjang bibir wanita itu yang menipis. Menandakan bahwa Dania menggigit bibir bagian dalam. "Kau hanya boleh gugup karenaku."Dania memutar bola matanya jengah. Sempat-sempatnya pria itu mengurusi kecemburuan di saat kegugupan mendera dirinya sekuat ini. Gaun yang ia pakai adalah pilihan terbaik dengan harga fantastis, Dania tak akan bertanya darimana uang Dewa karena suaminya sudah melarang dan mewanti-wanti bahwa ia hanya perlu memilih gaun yang membuatnya terpesona. Dan tanpa sengaja p

  • Menikahi Adik Musuh   65. Memperbaiki Hubungan

    Dengan perut besar, Dania tampak begitu riang menatap semua benda-benda yang memenuhi toko tempat peralatan bayi. Dewa tak berhenti mengawasi Dania, mengekor ke mana pun wanita itu melangkah. Setiap gerakan lincah Dania membuatnya was-was, karena terlalu bersemangat memeriksa satu persatu benda-benda mungil yang memenuhi rak-rak yang berjajar panjang.Mata Dania tak berhenti beredar, berpindah dari satu rak ke rak yang lain. Bahkan tak jarang Dewa lah yang dengan sigap menyingkirkan benda-benda di depan Dania sebelum wanita itu menabraknya."Sepertinya sudah cukup." Dania akhirnya merasa kelelahan, menatap tiga troli besar yang penuh dengan pakaian dan segala macam pernak-pernik untuk bayi."Kauyakin?" tanya Dewa sangsi. Ini kalimat 'sepertinya sudah cukup' yang Dania ucapkan untuk ketiga kalinya.Dania mengangguk dengan mantap. Lalu mencari tempat duduk dan menemukan kursi panjang yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Kakiku pegal sekali."Dewa menatap Dania yang menjauh,

  • Menikahi Adik Musuh   64. Berbelanja

    Take LoveDewa & Dania###Part 28###"Untuk pertama kalinya, Mama melihat mereka sebagai pasangan yang cocok," gumam Monica dengan senyum di bibir.Raka mengikuti arah pandang Mamanya. Sudah cukup kesal hanya dengan mendengar cara bicara Dania dan Dewa bicara, sekarang ia benar-benar merasa gerah melihat pasangan yang duduk di meja. Dewa sibuk menyuapkan makanan dari kotak bekal untuk Dania, -makanan yang katanya dibuat oleh Dewa-. Melihat bentuk makanannya dari jarak sejauh ini, Raka tak yakin dengan rasanya. Tapi Dania tampak menikmati makanan itu seolah itu adalah makanan terlezat yang pernah gadis itu makan. Padahal, makanan yang ia pesan untuk sarapan Dania adalah makanan khusus wanita hamil yang direkomendasikan oleh ahli gizi, yang kemudian ia berikan pada koki dengan tangan ajaib yang tak mungkin diragukan lagi keahlian memasaknya. Apalagi dibanding dengankan dengan tangan Dewa.Apakah cinta memang sebuta itu? CkDewa bahkan tak pernah menginjakkan kaki di dapur, tapi adikny

  • Menikahi Adik Musuh   63. Masih Terpengaruh

    Take LoveDewa & Dania###Part 27###Raka belum menghabiskan makanannya ketika ponsel pria itu kembali berdering. Wajahnya berubah tegang, setelah mendengar kalimat dari seberang."Kecelakaan?"Dania menegakkan punggung. Tak bisa menahan tubuhnya untuk sedikit condong ke arah Raka."Luar kota?" ulang Raka tak percaya. Kenapa hal seperti ini datang di saat yang tepat seperti ini. "Baiklah. Aku ..." Raka menghela napas pendek. "Aku tak tahu apakah bisa langsung mengeceknya. Aku sedang di rumah sakit.""...""Oke, akan aku usahakan." Raka menurunkan ponselnya, mengurut kening dengan tangan kiri dan pundaknya menurun seolah beban seberat ribuan ton tertumpu di sana."Apa Kak Raka harus pergi?"Raka mendesah keras."Biar Dan yang menjaga Mama. Kak Raka bisa pergi."Raka diam. Mempertimbangkan tawaran Dania."Sepertinya masalah Kakak sangat mendesak.""Bagaimana dengan Dewa? Dia pasti akan menerorku.""Biar Dan yang mengurusnya.""Baiklah," putus Raka setelah memikirkan kembali tawaran Da

  • Menikahi Adik Musuh   62. Merawat Mertua

    Take LoveDewa & Dania###Part 26###"Mau ke mana kau?" tanya Dewa melihat Dania sudah berpakaian rapi dengan sibuk mengaplikasikan pelembab di wajah. Satu tas kecil sudah siap di meja rias."Jika kau tidak ingin ke rumah sakit, sebaiknya kau tak mencegahku." Dania mengakhiri sesi dandannya dengan mengoleskan lipbalm di bibir. Bibirnya sudah merah tanpa bantuan lipstik, setidaknya hal itu yang bisa ia banggakan dibandingkan dengan wanita-wanita yang mengejar Dewa. Dania mengusir pemikiran gila itu, untuk apa dia memedulikan wanita-wanita di sekitar Dewa."Apa kau mencoba menjadi lebih keras kepala melebihiku?""Katakan ya jika memang terlihat seperti itu. Kaupikir hanya kau yang bisa menjadi keras kepala di sini."Dewa menggeram frustrasi. Seperti biasa, langsung mengangkat kedua tangan ke kepala dan menggusur keseluruh jemari di antara rambut yang masih basah. Menang melawan wanita yang sedang hamil jelas bukan kemenangan."Sebelum kau mengalahkan orang lain, kalahkan dulu keegoisa

  • Menikahi Adik Musuh   61. Bertengkar Lagi

    Take LoveDewa & Dania###Part 25###Dania terkejut melihat Dewa duduk mematung di sofa ruang tamu saat masuk ke dalam apartemen. Pria itu duduk dengan kedua siku disanggah lutut, dan wajah tenggelam dalam kedua telapak tangan. Kefrustrasian jelas terlihat dari rambut kusut Dewa yang sepertinya berkali-kali tergusur oleh jemari. Dania juga melihat jas Dewa yang terlempar begitu saja di sofa, bersama dasi yang jatuh di lantai.Apa Dewa memiliki masalah lagi dengan pekerjaan? Cubitan kecil menyakiti hatinya karena ia tak bisa membantu kesulitan Dewa selain hanya sebagai pendukung dan tempat bersandar pria itu. Dania ingin melakukan lebih."Dewa?" Dania menyentuh pundak Dewa dengan perlahan. Hampir mengira Dewa tertidur karena pria itu sama sekali tak bergerak. Sekali lagi ia mengangkat tangan ke arah Dewa dengan panggilan yang sedikit lebih keras. "Dewa?""Dari mana kau?" desis suara dingin Dewa ketika pria itu bergerak menaikkan kepala menatap Dania yang berdiri di sampingnya.Dania

  • Menikahi Adik Musuh   60. Bertemu Raka

    ###Hari ini, Dewa pulang lebih malam. Dania menunggu di ruang tengah sambil menonton televisi dengan toples dalam pelukannya ketika pintu apartemen terbuka. Dania bergegas menghampiri Dewa. Memeluk tubuh dan menghirup aroma Dewa yang sangat ia rindukan seharian penuh."Apa kau sangat merindukanku?" Dewa merangkul Dania dan keduanya berjalan masuk.Dania mengelak dengan menggelengkan kepala. "Aku bosan seharian menghabiskan waktu di apartemen sendirian.""Kau harus bersabar." Dewa melemparkan jasnya ke sofa dan duduk."Kauingin minum atau langsung mandi?""Kopi." Dewa menyandarkan kepala di punggung sofa. Menatap layar televisi yang menampilkan film romance tanpa suara. Sama sekali bukan seleranya, tapi melihat adegan ketika si pria mencium perut wanita hamil di sampingnya dengan air mata berurai, Dewa memahami perasaan itu. Perasaan takjub dan terharu. Keajaiban yang tak pernah ia sangka datang di hidupnya.Dania melewati sofa menuju dapur. Tak lama kembali dengan cangkir kopi yang m

DMCA.com Protection Status