Share

Bab 72

Teringat pada pesan Mas Raffi, buru-buru aku mengeluarkan ponsel dari dalam tas selempangku, lalu memotret benda itu untuk aku kirimkan kepada Mas Raffi.

Suara gemericik air sudah tidak terdengar lagi, segera aku keluar dari kamar Mbak Cindy dengan tangan yang gemetar. Apa yang aku lihat tadi sangat mengejutkan. Aku tidak menyangka, ada benda seperti itu di rumah ini.

"Mbak, mana uangnya? Itu si kurir sudah marah-marah." Bibi menghampiriku dengan terpogoh-pogoh.

"Aku gak ada uang, Bi. Biarkan sajalah," ucapku

Bi Marni mengangguk seraya kembali ke dapur. Sedangkan aku berjalan menuju kamarku. Namun, saat aku sudah di tengah-tengah tangga, Mbak Cindy tiba-tiba keluar kamar dan memanggilku.

"Ada apa?" tanyaku tanpa turun.

"Mana duitnya, itu kurir nungguin!"

Aku mengembuskan napas berat. "Mbak, aku tidak punya lagi. Uang yang tadi aku berikan sama Mbak, itu uang terakhir. Mas Raffi tidak memberikanku banyak uang, karena aku hanya diam di rumah," ujarku berbohong.

"Ah, bohong banget kamu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
H n H
papa dan mama nya ternyata bijak yah. contoh orang tua yg bagus. sama anak dan menantu tau bagaimana menempatkan nya. salut sama mama papa nya Rafi. setiap anak dan menantu, tidak semua selalu perfect pasti ada salah satu yg brengsek. nah yg ini si brengsek nya si Cindy...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status