Short
Menikah dengan Cinta Pertama

Menikah dengan Cinta Pertama

Oleh:  Jannie CallistaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Belum ada penilaian
14Bab
8Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Aku dan James bersama-sama menghadiri reuni dan ditanya kapan menikah. “Belum memikirkannya.” “Tanggal 11.” Kami berdua menjawab bersamaan. Dia tiba-tiba menatapku dengan pandangan bingung dan mempertanyakan. Mengabaikan pandangannya, aku memalingkan wajah dan menjelaskan dengan serius pada teman-teman: “Aku akan menikah pada tanggal 11 nanti, silakan hadir.” Aku tahu apa yang ingin dia tanyakan, setelah delapan tahun berpacaran, dia tidak pernah membahas soal pernikahan denganku. “Bukankah kita bilang untuk menunda soal pernikahan? Apa maksudmu sekarang ini?” Dia menarik aku ke sudut dengan wajah marah, aku melepaskan jarinya yang memegang tanganku. “Kamu tunda saja, aku tetap menikah.” Dia sudah bosan denganku, memilih perempuan muda, mengira bisa menyembunyikannya dengan baik. Untungnya, orang yang akan aku nikahi, bukan dia.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1

Pulang untuk tahun baru, teman-teman kuliah mengadakan pertemuan. Banyak teman yang sudah menikah, bahkan beberapa di antaranya datang bersama pasangan dan anak-anak.Begitu mendengar aku dan James belum menikah, ketua kelas, Gilbert, tidak senang dan langsung bertanya kapan kami akan mengundang mereka untuk pesta pernikahan kami."Kami belum memikirkannya.""Tanggal 11."Kami berdua menjawab bersamaan, James melihatku, sedikit mengernyitkan dahi, wajahnya tampak tidak senang, pandangannya penuh kebingungan dan pertanyaan.Aku tahu apa yang ingin dia tanyakan, karena kami memang belum pernah membicarakan soal pernikahan.Sebenarnya, dua tahun lalu aku sempat menyebutkan hal ini, saat itu dia sedang berada di puncak kariernya, dan dia bilang tidak ingin terganggu, ingin kariernya stabil dulu baru menikah.Setelah itu, aku tidak lagi membahasnya, dan dia memilih untuk melupakan hal itu.Jawaban kami yang sangat berbeda membuat orang-orang yang ada di sana merasa bingung, semua saling ber...

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
14 Bab
Bab 1
Pulang untuk tahun baru, teman-teman kuliah mengadakan pertemuan. Banyak teman yang sudah menikah, bahkan beberapa di antaranya datang bersama pasangan dan anak-anak.Begitu mendengar aku dan James belum menikah, ketua kelas, Gilbert, tidak senang dan langsung bertanya kapan kami akan mengundang mereka untuk pesta pernikahan kami."Kami belum memikirkannya.""Tanggal 11."Kami berdua menjawab bersamaan, James melihatku, sedikit mengernyitkan dahi, wajahnya tampak tidak senang, pandangannya penuh kebingungan dan pertanyaan.Aku tahu apa yang ingin dia tanyakan, karena kami memang belum pernah membicarakan soal pernikahan.Sebenarnya, dua tahun lalu aku sempat menyebutkan hal ini, saat itu dia sedang berada di puncak kariernya, dan dia bilang tidak ingin terganggu, ingin kariernya stabil dulu baru menikah.Setelah itu, aku tidak lagi membahasnya, dan dia memilih untuk melupakan hal itu.Jawaban kami yang sangat berbeda membuat orang-orang yang ada di sana merasa bingung, semua saling ber
Baca selengkapnya
Bab 2
Dia terdiam sejenak, aku memanfaatkan kesempatan ini untuk menarik tanganku kembali."Apakah kamu sengaja gini untuk menjebakku? Jangan sampai nanti kamu yang terjebak sendiri, aku tidak akan membantumu!""Itu tidak perlu kamu khawatirkan."Aku mengusap pergelangan tanganku yang memerah karena ditarik olehnya, lalu berbalik dan pergi."Apa maksudmu? Kamu kenapa jadi gila? Kalau mau putus, katakan saja!"Dia menarik lenganku dari belakang dengan marah, matanya penuh amarah.Aku berhenti, dan memandanginya: "Kita, bukankah sudah putus dari dulu?"Iya, menurut aku, kami sudah putus.Tiga bulan yang lalu, aku melihat sebuah postingan yang dia buat di internet:"Kami sudah bersama selama tujuh tahun. Aku ingat hari itu aku pulang sangat larut, dia tidur di sofa ruang tamu, baru bangun ketika aku pulang. Dia dengan rambut berantakan, menguap sambil menggosok matanya dan mengatakan sudah membuatkan aku sup untuk menghilangkan mabuk. Penampilannya benar-benar mengecewakan, bahkan sup yang dia
Baca selengkapnya
Bab 3
"Tenang saja, Charlene tidak akan pergi. Kalau dia benar-benar pergi, aku malah berterima kasih padanya. Siska sudah lama ikut aku, aku ingin memberinya status.""Tsk, kamu benar-benar kejam."Beberapa orang lainnya juga menggelengkan kepala, James perlahan mengeluarkan asap rokok, ekspresinya dingin:"Sudah delapan tahun, benar-benar bosan. Lagipula, dia di ranjang seperti ikan mati, sama Siska lebih cocok."Aku menggenggam erat kepalan tanganku, kuku panjangku menancap ke telapak tangan, meninggalkan bekas darah merah yang dalam, tapi aku seolah-olah tidak merasakannya.Setelah dia pergi, aku mengemas barang-barangku dan kembali ke rumah orang tua.Mengenai aku minta putus, hanya James dan beberapa teman dekatnya yang tahu, tetapi tidak ada yang peduli.Setelah aku pulang, dia dan Siska merayakan tahun baru bersama, pergi bermain ski di Swiss, lalu liburan ke New Zealand.Tentu saja, aku juga tidak diam, aku sibuk dengan pertemuan perjodohan.Selama tiga bulan ini, kami tidak saling
Baca selengkapnya
Bab 4
Wajahnya sangat merah, pembuluh darah di dahinya menonjol, api kemarahan di matanya hampir tidak bisa ditahan, seperti gunung berapi yang akan meletus."Charlene, siapa dia?""Ayo, perkenalkan dong.""Benarkah dia tunanganmu?""Wah, tampan kali! Mirip artis, nggak, malah lebih tampan dari artis."Beberapa teman perempuanku berbicara riuh dengan penuh semangat, penasaran dengan pria di sampingku.Teman-teman pria justru terdiam, memperhatikan kami dengan tatapan yang penuh pemikiran.Aku tidak peduli dengan tatapan James yang penuh amarah, aku mengangkat tangan kami yang saling menggenggam erat:"Perkenalkan, ini tunanganku, Adrian."Adrian dengan sopan menganggukkan kepala ke semua orang.James membelalak, ekspresinya semakin kaku, bahkan daging di pipinya bergetar, dia menatapku dengan penuh kebingungan.Setelah lama terdiam, dia akhirnya tersadar dan marah besar: "Dia tunanganmu, lantas aku ini apa?!!""Selama ini, aku ini apa?!!""Charlene, kamu memang hebat."Kalimat terakhir itu d
Baca selengkapnya
Bab 5
“Itu Adrian yang di kota B! Pantas familiar!"Hanya ada kami berdua di dalam lift, begitu sunyi hingga kami bisa mendengar nafas masing-masing."Apakah kamu sebelumnya mengenal teman sekelasku?"Suara teman sekelas tadi masih terngiang di pikiranku, dan aku merasa sedikit bingung."Aku tidak mengenalnya, tapi sekarang, melalui kamu, aku sudah mengenal beberapa orang.""Terima kasih tadi sudah membantuku."Dia menoleh, menundukkan pandangan dan memandangku:"Charlene, kamu adalah tunanganku. Tidak perlu ada ucapan terima kasih di antara kita."Mengingat konflik dengan James, suasana hatiku masih sedikit terpuruk. Aku ingin berpisah dengan baik, tapi tetap ada keributan, jadi aku menghela nafas.Tangan Adrian masih melingkari pinggangku, mendengar aku menghela nafas, tangannya yang ada di pinggangku semakin kuat, menarikku ke dalam pelukannya.Ini pertama kalinya kami begitu dekat. Aku merasa cemas dan tubuhku kaku, lalu dia menundukkan kepalanya dan menggunakan hidungnya mencium tubuhku
Baca selengkapnya
Bab 6
"Tapi tidak masalah, dalam waktu dekat ini, aku akan berusaha untuk selalu ada di sampingmu, agar kamu bisa lebih mengenaliku."Apa yang dibilang Adrian itu benar, aku dan dia, meskipun sudah menetapkan tanggal pernikahan, tapi memang belum saling mengenal.Dua tahun yang lalu, ayahku jatuh sakit parah. Setelah keluar rumah sakit, dia bilang khawatir aku dan mulai memikirkan urusan pernikahanku.Setelah pulang ke kota J, aku bahas tentang pernikahan dengan James. Dia menolakku dengan alasan tekanan kerja yang besar dan tidak mau terganggu.Aku sangat sedih, padahal kami sudah pacaran enam tahun, tapi melihat dia yang setiap hari sibuk dengan pekerjaannya, aku tidak tega menyalahkannya.Setelah berpisah dengan James, aku memutuskan untuk mendengarkan kata ayah dan mulai menerima perjodohan yang mereka atur.Sahabatku, Jenni, yang mendengar kabar tersebut langsung bilang ingin memperkenalkanku dengan seseorang:"Orangnya pekerja keras, lebih tua dua tahun darimu, baru saja menginjak usi
Baca selengkapnya
Bab 7
Menyadari pandanganku, dia batuk kecil, "Bagus nggak?""Bagus."Dia tertawa pelan, tatapannya panas, "Kalau begitu lihat lagi."Wajahku memerah, ingin menghindar, dia mengangkat alis, menunduk mendekat, dan dengan suara rendah di telingaku, dia berkata:"Kenapa, takut aku makan kamu?"Hatiku berdebar kencang, berusaha tenang:"Bukan juga, aku takut kamu nggak bisa menahan diri.""Benarkah?"Ada keanehan di matanya, dia menatapku dengan penuh rasa ingin tahu.Mengingat ekspresi James yang bilang aku membosankan seperti ikan mati, tiba-tiba aku memutuskan untuk memberanikan diri sekali.Aku menarik dasinya, memeluk lehernya dan masuk ke pelukannya, tubuhnya sangat jelas menjadi kaku, lalu aku mulai membuka kancing bajunya.Dia memegang tanganku yang tidak bisa diam: "Jangan bergerak.""Kamu tunanganku, jadi aku bisa bergerak sesuka hati."Aku nggak puas, mengangkat kepala dan mengigit jakunnya, dia menahan diri dan mengerang, lalu memotong pembicaraan bawahan:"Baiklah, rapat hari ini sa
Baca selengkapnya
Bab 8
Entah sudah berapa lama, aku hanya merasa sangat lelah, tidak ingin bergerak, akhirnya menutup mata dan tertidur.Saat bangun, langit di luar jendela sudah gelap, lampu jalan yang kuning menyinari kaca jendela."Sudah bangun, capek nggak?""Sudah jam berapa?""Belum jam 7."Aku masuk ke dalam selimut, Adrian menyalakan lampu. Teringat kegilaan tadi sore, aku menutup mukaku dan tidak mau bangun."Masih belum cukup tidurnya?"Saat Adrian bilang ini, kata "tidur" sangatlah ditekannya, terkesan ambigu.Aku baru menyadarinya, dia baru keluar dari kamar mandi, tubuhnya hanya ada handuk di pinggangnya, terlihat sangat jelas otot dadanya dan absnya, membuat aku menelan ludah sampai mengeluarkan suara.Sangat jelas kalau dia mendengarnya, tatapannya terlihat aneh dan penuh ketertarikan:"Mau aku peluk kamu untuk bangun?""Nggak perlu, aku bisa bangun sendiri."Aku buru-buru berdiri baru sadar aku telanjang, aku hanya bisa menarik selimut dan menutupi tubuhku, lalu bergegas menuju kamar mandi."
Baca selengkapnya
Bab 9
"Tidak apa-apa, ambil saja, kalau nggak dipakai kan sayang." Beberapa orang lainnya ikut memberikan hadiah, dan Adrian memintaku untuk menerimanya semua: "Tidak usah merasa terbebani, ini semua nggak seberapa harganya." "Sebenarnya, acara kumpul kali ini, tujuan utamanya untuk mengenalkan aku kepada teman-temanmu?" Adrian menundukkan kepalanya di leherku: "Benar, Charlene, aku ingin mengumumkan kepada semua orang, aku sudah punya istri." "Karena mencintaimu, jadi aku nggak sabar, ingin segera membawa kamu masuk ke dalam dunia ku."Setelah putus dengan Charlene di reuni teman-teman, James selalu kesal, merasa Charlene membuatnya malu.Biasanya dia hanya marah-marah di rumah, itu masih bisa dimengerti, tapi di reuni teman-teman, di depan begitu banyak orang memaksanya untuk menikah, itu benar-benar membuatnya marah.Dia masih tidak bisa percaya bahwa Charlene yang selalu lembut, tiba-tiba bilang mau menikah dengan orang lain.Mengenai tunangannya yang katanya dari Kota B, jelas itu
Baca selengkapnya
Bab 10
Sekarang, apa haknya dia untuk pergi ke rumahnya?Saat ini, Stephen memberikan sebuah ide:"James, aku baru ingat, satu minggu lagi ada acara pameran investasi di Kota B, nanti kamu mewakili perusahaan untuk ikut. Keluarga Ricardo yang kuat di sana pasti juga akan hadir.""Charlene adalah orang yang pentingin perasaan, kalian sudah bersama selama 8 tahun, mereka baru berapa lama saja, tidak bisa dibandingkan."James mengetukkan jarinya di atas meja, lalu memutuskan: "Baiklah, Stephen, nanti kamu ikut denganku.""Charlene!"Yang nggak kusangka, bisa ketemu James di Kota B.Setelah keluar dari kamar mandi dan di lorong, aku mendengar dia memanggilku. Sudah bersama selama 8 tahun, aku sangat familiar dengan suaranya.Aku melihat ke arahnya, dia sedang bersandar di dinding, memegang gelas anggur, matanya sedikit menyipit sambil menatapku, sepertinya dia memang menungguku di sini."Kamu kenapa ada di sini?""Kenapa aku nggak boleh ada di sini? Apa lorong ini punyamu?""Aku bukan tanya itu,
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status