Jasmine mengatup bibirnya. Kemudian menunduk. Mana mungkin dia menuruti perintah Kevin. Agar jangan dekat dengan Justin lagi. Sedangkan Justin selalu ada di saat dia sedang patah hati.“Mas. Saya dan Pak Justin hanya teman. Nggak lebih dari itu. Kalau Mas Kevin melarang saya untuk menjauhi Pak Justin, lantas dengan siapa lagi saya berteman?” tanya Jasmine. Ia menolak perintah Kevin.Kevin menghela napasnya dengan pelan. Baru saja hendak berbicara, ada pesan masuk di ponselnya. Ia harus segera membukanya.“Justin?” gumamnya sembari membuka isi pesan yang dikirim oleh Justin.Justin: [Happy birthday ya, Bro. Kalau gue nggak ketemu sama Jasmine, mungkin gue udah lupa sama hari lahir elo. By the way, si Jasmine kagak ngamuk, kan? Soalnya dari tadi dia ngomong gak jelas terus.]Justin: [Pertahankan Jasmine. Dia berharga buat elo. Daripada si Desi, Jasmine lebih baik dari segalanya. Asal elo tahu, dulu … sebelum perceraian kalian terjadi, gue pernah lihat dia jalan sama cowok. Bukan sama Ge
Di dalam toilet, Jasmine memuntahkan isian yang ada di dalam perutnya. Terasa sangat mual padahal apel itu baru saja masuk ke dalam tenggorokannya.“Pahit!” keluhnya kemudian membasuh mulutnya.Sementara Kevin tengah berdiri di belakang Jasmine. Menatap sang istri yang baru saja menyelesaikan mual dan muntahnya.“Jasmine. Sepertinya kamu sedang hamil,” kata Kevin dengan pelan.Jasmine menoleh dengan cepat pada Kevin. “Hah? Secepat itu? Masa sih?” ucapnya seolah tak percaya jika ia akan segera mengandung dalam waktu dekat ini.Kevin mengangguk. Kemudian menarik tangan Jasmine, keluar dari toilet itu.“Itulah kenapa kamu gampang menangis, sensitif, mood-nya kadang naik kadang turun. Dan mudah marah. Kamu sedang hamil, Sayang,” ucap Kevin. Tampak senang saat tahu, jika istrinya akan segera mengandung benihnya.Jasmine tersenyum tipis, sambil mengusapi lehernya. “Belum tentu, Mas. Tunggu besok saja. Kita periksa ke dokter.”Kevin mengangguk. “Iya, Jasmine. Besok, kita periksa ke dokter ka
Kevin mengangguk. “Ya. Jasmine dan calon buah hati yang sedang dia kandung.”Andrian lantas melongoh saat mendengar ucapan Kevin. Baru saja Andrian akan mengucapkan selamat untuk bosnya itu, ketukan pintu membuatnya mengurungkan niatnya untuk memberi selamat.“Selamat pagi, Pak Kevin, Pak Andrian. Maaf, mengganggu waktunya sebentar.”Tim IT datang menghampiri Kevin dan juga Andrian di sana.“Ada apa, Pak? Anda sudah menemukan orang yang sudah menyebar berita tentang penyakit saya, dan video itu?” tanya Kevin langsung menembak pertanyaan seperti itu kepada kedua tim IT itu.Rizal mengangguk ragu. “Iya, Pak. Kami sudah menemukannya,” ucapnya kemudian.“Siapa orang itu?” tanya Kevin, kembali memperlihatkan wajah dinginnya.“Ada apa, Pak? Anda sudah menemukan orang yang sudah menyebar berita tentang penyakit saya, dan video itu?” tanya Kevin langsung menembak pertanyaan seperti itu kepada kedua tim IT itu.Rizal mengangguk ragu. “Iya, Pak. Kami sudah menemukannya,” ucapnya kemudian.“Siap
“Iddiihh! Geli, saya dengernya, Pak. Kayak gay!” Jasmine bergidik ngeri mendengar ucapan Justin tadi.Pria itu lantas tertawa pelan, melihat ekspresi Jasmine. “Jam tangan. Warna hitam mengkilap. Dia suka yang hitam-hitam. Kayak orangnya, penuh misteri.”Jasmine mengangguk. “Ho’oh. Sampai sekarang, misteri itu belum saya pecahkan juga.”Justin kembali mengulas senyumnya. Kemudian memesan minuman, menunggu Kevin menyelesaikan acara meeting.“Nggak kerja, Pak?” tanya Dewi kemudian.Justin menoleh. Kemudian menggeleng pelan. “Perusahaan udah ada yang handle. Diandra.”Dewi manggut-manggut. “Calon istri Pak Justin, yaa?” tebaknya sambil menunjuk wajah Justin.Justin lantas terkekeh mendengarnya. “Bukan. Dia sekretaris kepercayaan saya. Lagi pula, dia sudah memiliki seseorang yang singgah di hatinya.”Suara langkah kaki dengan sepatu heels, nyaring terdengar menghampiri keempat orang yang ada di sana.“Brengsek kamu, Jasmine!”Plak!Sebuah tamparan melayang sempurna di pipi Jasmine.Suara l
Kevin lantas menarik tangan Desi yang masih saja memegang erat tangan Jasmine. Hingga akhirnya Jasmine terpental dan terjatuh akibat Desi yang mendorongnya dengan sangat kencang. Perutnya mengenai ujung meja kantin. Hingga Jasmine merintih sakit. Tapi, Kevin belum mengubris Jasmine. Tidak melihat jika perut Jasmine terbentur ujung meja. “Kamu tidak berhak membawa Jasmine ke kantor polisi. Karena ini real bukan kesalahan dia. Ada orang yang ingin mencemarkan nama baik Jasmine. Aku akan segera mencari tahu semuanya!” ucap Kevin dengan suara menekan. “Kamu sudah dibutakan oleh cinta, Mas. Jelas-jelas dia yang sudah menyebarkan berita gila itu!” “Kamu yang gila! Kamu yang sudah berani melakukan itu dengan orang lain. Pantas, jika orang mencap kamu sebagai istri tidak berguna. Aku bersyukur, karena sudah pisah dengan kamu. “Jangan pernah kamu usik ketenanganku lagi dengan Jasmine. Dia tidak salah. Kamu yang salah. Soal penyakitku … semua orang tidak ada yang menyalahkan ku ataupun Jasm
"Semoga Jasmine bisa menerima dengan ikhlas. Merelakan calon buah hatinya yang harus pergi sebelum ia lahir. Ini hanya keguguran. Jasmine pasti bisa mengandung kembali, walau harus menunggu beberapa bulan ke depan."Andrian berusaha untuk berpikir positif mengenai kondisi Jasmine pasca sadar nanti. Berharap Jasmine bisa menerima kenyataan pahit ini.Kevin menghela napasnya dengan pelan. Kembali menatap Jasmine yang masih dalam penanganan Dokter Felix."Maafkan saya, karena tidak bisa menjaga kamu dengan baik, Jasmine. Bahkan, saya tidak bisa memaafkan diri saya sendiri." Kevin menundukkan kepalanya kembali.Bagaimana tidak hancur. Sementara ia baru saja kehilangan calon buah hatinya. Yang selalu ia nanti-nantikan, setelah akhirnya berhasil menerobos dinding keperawanan Jasmine.Selesai melakukan kuret, Dokter Felix kembali keluar. Kemudian menepuk bahu Kevin."Saya turut berduka cita, atas kepergian calon buah hati Anda," ucap Dokter Felix. "Saya tidak bisa menyelamatkan janin itu, se
Kevin mengangguk pelan. “Iya. Saya tahu itu.” Kevin memijat keningnya. “Apa yang harus saya lakukan lagi, Andrian?”“Arshi. Berikan dia pengertian. Walaupun usianya masih sangat muda, tapi Arshi seorang anak yang pintar. Pasti paham apa yang Anda bicarakan.“Anda pasti ingat, saat Arshi bertanya kenapa Anda tidak memiliki teman baru. Sedangkan mamanya, sudah punya teman baru. Anda tinggal jelaskan, apa yang sepantasnya Anda bicarakan kepada Arshi.”Andrian memberi saran kepada Kevin untuk memberikan pengertian pada Arshi.“Setelah urusan Arshi selesai, Anda tinggal menjaga Jasmine dari ancaman Bu Desi. Setelah semuanya selesai, Anda dan Jasmine tinggal menikmati hidup. Bahagia bersama, saling menjaga, dan saling menguatkan.”Andrian kembali memberi nasihat. Agar Kevin sadar, sikapnya yang kurang tegas dan selalu lemah jika sudah berkaitan dengan Arshi.Kevin mengangguk paham. “Saya harus merelakan waktu saya untuk Arshi, agar rumah tangga saya dengan Jasmine baik-baik saja. Setelah Ar
"Kita periksa kondisinya terlebih dahulu, yaa. Setelah itu, kita baru bisa menyimpulkan, terdapat gejala apa pada kondisi Anda."Kevin dan Andrian dibawa keluar oleh perawat. Karena Dokter Felix dan beberapa perawatnya harus segera memeriksakan kondisi Jasmine."Perutnya masih merasakan nyeri?" tanya Dokter Felix kemudian.Jasmine mengangguk pelan. "Sakit, Dok. Kenapa, yaa?"Dokter Felix hanya tersenyum tipis. Setelahnya, ia segera melakukan pemeriksaan menggunakan USG portabel mini. Mendeteksi kondisi rahim Jasmine setelah mengalami keguguran.Selesai pemeriksaan, Dokter Felix memberikan obat penurun demam kepada Jasmine. "Istirahat yang cukup. Anda harus dirawat selama satu minggu. Agar kondisi Anda benar-benar pulih pasca keguguran."Jasmine mengangguk lemah. "Baik, Dok. Tapi, rahim saya nggak apa-apa 'kan, Dok? Saya masih bisa hamil lagi, kan?"Dokter Felix mengangguk dan menepuk bahu perempuan itu. "Tentu saja bisa. Saya mau bicara dulu dengan suami Anda."Jasmine merasa ada yang