Beranda / Romansa / Menikah dengan Adik Kelasku / Chapter 3. Wedding Day Without Wife

Share

Chapter 3. Wedding Day Without Wife

Penulis: Keiirae68
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-31 23:55:07

Zain mengusap pelipisnya kanannya. “Masih di kantor. Ada apa, Mah? Kok nelpon? Belum tidur?” tanya Zain khawatir.

Handphonenya ia pindahkan ke telinga kirinya. Tangan yang lain sibuk menari-narikan mouse di alas mouse pad.

Jika pulang terlambat, mamanya pasti mengkhawatirkannya dan meneleponnya seperti saat ini.

Punggung tangannya kontan menutup mulutnya ujug-ujug menguap, sedikit lagi ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

“Jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja, Zain. Pulanglah, Nak. Jam kerja kamu seharusnya sudah selesai, kan tadi sore?”

“Iya, Mah. Ini sudah mau selesai.” Kedua netra cokelat Zain tidak lepas dari layar laptopnya.

“Ya sudah, kalau capek jangan paksakan ya, Zain. Cepat pulang.”

“Iya, Mah. Ini udah mau beres-beres kok.” Tangan kanannya bekerja menyusun berkas-berkas. Mematikan laptopnya lalu menyimpannya di dalam tas. “Udah dulu ya, Mah. Aku mau pulang ini.”

“Ya sudah, tutup dulu teleponnya. Hati-hati di jalan, Zain.” Pesan sang wanita yang sangat Zain cintai itu sejak ia dilahirkan ke dunia.

“Iya, Mah.” jawab Zain seraya mengusap matanya yang teramat lelah.

Handphone Zain bergetar. Ada balasan dari wanita itu, hanya emoticon muka flat tanpa kata-kata. Senyuman tipis yang sangat tipis tercetak di wajahnya. Sudah tengah malam, apa yang membuat dia masih belum tidur? Sebelah alis matanya naik tinggi-tinggi.

***

Gimana bisa gue tidur nyenyak? Minda Zanayya tak bisa berhenti menyeringkan kejadian di taman tadi sore seperti kaset rusak.

Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hubungannya dengan Zain ke depannya, dengan Reza yang sudah berpacaran satu tahun saja tak luput diterpa masalah. Apa lagi Zain yang belum pernah memiliki hubungan khusus dengannya tiba-tiba langsung mengajaknya menikah?

Zana tidur telentang, menatap plafon kamarnya dengan ratapan gundah gulana. Kehidupan masa depannya yang buram, saat ini kondisi hatinya sedang terluka parah karena Reza. Sejujurnya ia masih cinta bercampur rasa benci.

Ternyata hubungan pacaran selama apa pun tidak semua hubungan itu bisa berhasil menuju ke jenjang yang lebih serius.

Sekarang Zana lelah, air mata perpisahan dan kesedihan menemani malamnya yang sunyi. Sporadis, setiap manusia tidak bisa memperkirakan jalur kehidupannya kecuali hanya bisa dijalani dengan yang ada di depan mata.

Kejadian esok ya urusan esok, kejadian hari ini ya hanya bisa menjalani sebaik mungkin serta menghargai waktu yang terus bergulir tanpa henti.

Setiap manusia juga memiliki sudut pandangnya masing-masing, baik-buruknya sikap tiap manusia sudah pasti memilikinya. Because ... selama ini Zana mengira semuanya akan selalu baik dan selalu positive thinking, jadinya ia tidak akan menyangka hal ini terjadi padanya.

Tentang perselingkuhan yang dilakukan Reza selama satu bulan. Tentang patah hati seorang wanita yang selalu mengira pacarnya adalah lelaki yang setia.

Berbicara tentang kesetiaan, dipikir lagi secara berkala, kesetiaan pada zaman ini memang langka. Bahkan delapan puluh persen lelaki tidak akan pernah kuat sampai akhir untuk menetapkan perasaannya dengan orang yang sama.

Zana membuka matanya lebar-lebar juga dengan pikiran yang terbuka. Takdir kehidupan memang tidak bisa ditebak siapa-siapa.

Banyak contoh kehidupan yang bisa diambil, seperti seorang istri yang tak pernah lelah melayani setiap kebutuhan suaminya, menjaga kepercayaan suaminya sebaik mungkin. Namun, kasih sayang dan perhatian istri dirasa tidak pernah cukup. Ada saja suami yang berani selingkuh, melirik wanita lain.

Zana tahu secara garis besar yang menyebabkan perselingkuhan karena visual seorang wanita. Lelaki mana yang tahan iman melihat wanita cantik terlebih lagi memiliki bodi yang sempurna dari segi mana pun.

Bisa goyah dan pertahanannya runtuh, kecuali jika pria itu takut dan segera menepis pemikiran seperti itu karena tahu dia punya seseorang yang sedang menunggu dan tetap setia padanya.

Zana berpikir, lelaki seperti apa Zain ini? Walau ia sedikit tahu lelaki itu dari yang ia lihat hanya selalu diam dan lugu.

Tapi, sekarang sudah beda lagi. Dia sudah memiliki segalanya, apa tidak mungkin Zain hanya sanggup memiliki satu wanita saja?

Embusan napas lelah pun terdengar. “Apa pun itu gue udah nggak peduli lagi.” Zana menahan sesak di dadanya. “Terserah dia mau apa, setelah gue melewati hari ini, gue bakalan lupain selamanya tentang cinta dan hubungan yang romantis. Sudah cukup main-mainnya.”

Tepat pada pukul dua belas malam, Zana menutup matanya. Mencoba untuk terlelap hingga besok kembali dengan pikiran segar agar tidak ada lagi yang namanya kesedihan, meski ia tahu melupakan seseorang yang pernah ia cintai itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, atau seperti batu dilempar ke dasar sungai yang deras.

***

Kontan kedua beautifull eyes si pemilik rumah yang jelas ekspansif sekali seperti istana megah. Pria yang telah mencantumkan nama Elgana Kali sejak lahir itu mengembangkan sedikit senyum ala para pemuda cool.

Satu jam yang lalu acara pernikahan kroni bisnisnya itu telah finish diadakan secara paripurna kendatipun pasangan pengantinnya tidak dapat hadir. Padahal diacara pernikahannya sendiri yang hanya terjadi satu kali seumur hidup.

Zainuddin Alskara mengedarkan tinjauannya. The surrounding area, para kerabat sibuk berbaur seraya memegang arogan minumannya. Senyuman diacara berbahagia ini tampak tak luput dari wajah cerah mereka.

“Terlalu lebay banget, kan. Hari ini hari spesialnya malah sakit, nggak niat banget dengar ijab kabul dari pria yang sudah sah menjadi suaminya ini.” Penuturan kesal dari kakak iparnya ini, Zain cuma bisa tersenyum kecil.

Penampilannya yang gagah, Zana tidak bisa menyaksikannya sendiri. Andai kata bebas tanpa ada yang marah, beberapa orang wanita di seberang sana sudah pasti ingin menjadi istri dari pria dua puluh dua tahun tersebut.

***

Kak Ega

(Mengirim foto)

Ah, gantengnya adik ipar. Tapi sayang sekali istrinya malah rebahan di kejauhan sana.

Anda betul sekali. Batin Zana. Pria muda tampan dan gagah itu tampak mirip seperti salah satu aktor asal Filipina. Kalau tidak salah namanya Daniel Padilla.

Dengan memakai setelan serba putih yang entah mengapa sangat cocok ditubuhnya. Di kepalanya terpasang peci hitam yang semakin membuat cuping hidung Zana kembang kempis.

Ia tak mengelak, memang Zain ini handsome dengan khasnya sendiri. Di dalam dadanya terasa ada kupu-kupu yang terbang bebas saking merindingnya melihat penampilannya.

Kak Ega

(Mengirim video)

(Mengirim foto)

(Foto)

(Foto)

(Foto)

Andai gue cewek, Dek. Nggak bakalan gue sia-siain cowok sebaik Zain. Gue kecewa sama lo.

Ya udah, jadi cewek aja sana! Zana hanya menggerutu di dalam hati. Sedari tadi ia hanya bungkam mendengar suara riuhan di sana terhenti, suara rendah Zain mengucapkan ijab kabul dengan lancar. Tangan yang menjabat tangan ayahnya. Entah kenapa, air matanya jatuh begitu saja. Yang pasti ini adalah momentum nadir yang sangat berharga.

Ujug-ujug jantung Zana bergemuruh tidak tenang, ia merasa bersalah karena tak hadir. Senyuman kecil pria itu amat tulus dan bahagia. Namun, feeling Zana menemukan secercah kekecewaan karena pasangannya tak hadir di sana.

Seharusnya setelah momen ijab kabul akan terjadi sentuhan pertama kali di antara mereka di mana ia mencium punggung tangan Zain, lalu suaminya mencium keningnya dengan lembut.

Tayangan video yang direkam kakaknya telah berakhir. Harus bagaimana ia sekarang? Bahagiakah atau malah sedih. Kembali ia taruh handphonenya di nakas tempat tidur, memeluk bantal gulingnya sembari menarik selimut tebal hingga menutupi seluruh tubuhnya.

Kepalanya masih terasa berdenyut-denyut, setelah mendapat pesan dari Zain tengah malam mendadak ia mengalami insomnia. Dua hari ia izin tidak mengajar karena demam, keluarganya pun mengerti dan tidak mengapa ia tidak ikut di acara pernikahan.

Bab terkait

  • Menikah dengan Adik Kelasku   Chapter 4. Sah! When Make To Love

    Zana mengelap ingusnya dengan tisu, satu lubang hidungnya mendadak tidak bisa berfungsi hingga menimbulkan sakit kepala yang membuat Zana semakin malas bangun dari tidurnya.Nada dering telepon serta getaran yang mengganggu ketenangannya memaksa lengan kiri Zana mengulur meraih benda pipih itu kembali.“Assalamu’alaikum, Zana.”“Wa’alaikumussalam, Mah.” jawab Zana dengan suara seraknya.Ketika mencoba bernapas seperti biasanya membuat matanya berair saking sakitnya kepala.“Bagaimana dengan kondisi kamu, Sayang. Udah baikkan? Udah pergi ke Dokter?” tanya sang mama yang terdengar khawatir dengan kondisi anak bungsunya itu.“Cuma minum obat aja, Mah.” jawab wanita itu malas.Kedua matanya terpejam rapat. Sesekali ia menyendal ingusnya kuat-kuat karena susah bernapas.“Gimana acaranya, Mah. Udah selesai?” Tanyanya.Meski kurang suka juga menyadari dirin

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-31
  • Menikah dengan Adik Kelasku   Chapter 5. Pengantin Baru

    Meski sempat suka.Ya, sebagai wanita dewasa yang normal. Tentu saja pria tipe semacam Zainuddin Alskara adalah idaman para wanita termasuk Marsha Quinara.Selama ini, Zain tidak pernah terdengar desas-desus mendekati, berpacaran ataupun niat menikah dengan seorang wanita.Tapi, ketika tahu sekali-sekali berhubungan dengan wanita langsung diajak menikah. Bagaimana karyawan sekantor tidak geger? Para karyawan cewek langsung patah hati mendengarnya.“Tau diri sih, lagian para karyawan pun nggak ada yang sanggup memikat hatinya pak Zain termasuk gue.” Gumamnya pelan, Marsha tersenyum kecut. “Beruntung banget lo, Zana.”Marsha beralih ke dapur untuk membuatkan bubur untuk Zana dan secangkir kopi untuk bosnya.***Zain duduk di sisi ranjang dengan tenangnya, memandangi wajah pucat sang istri yang tampak enggan membuka mata atau sebenarnya dia tahu akan kehadirannya, tapi memilih tidak ped

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-31
  • Menikah dengan Adik Kelasku   Chapter 6. Menepis Rasa

    Zana menggigit rakus jarinya. Wajah yang tampak gelisah semenjak tadi malam. "Nggak ... nggak. Gue nggak boleh jadi terhanyut dengan sikap manisnya," Monolognya. Zana menggelengkan kepalanya berulang kali. Menghindari perasaan nyaman terhadap Zain. Zana bolak-balik di depan kamar barunya. Setelah sembuh dari sakitnya, dua hari Zain berada di rumah sewaannya akhirnya mereka jadi pindah tadi malam, ia pikir rumahnya benar-benar banyak debu dan bau. Ternyata di rumah itu sudah ada dua orang pembantu mengurus rumah dengan baik. Zain bilang, pembantu itu baru saja diperkerjakan kemarin. Jadi, Zana tidak perlu merasa khawatir dan lelah mengurus rumah. Ia bisa masak jika menginginkannya. "Kenapa kamu di sini? Udah makan kan?" Suara itu mengejutkan Zana. Membalikkan badannya ketika mendapati Zain lengkap dengan seragam kantornya. Mereka memang pisah kamar. Zana yang menginginkannya. "Aku ... akan makan nanti," balasn

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Menikah dengan Adik Kelasku   Chapter 1. Undangan Pernikahan

    “I-ini sa-saya jadi tamu?” tanya Zana merasa pilon.Sebuah undangan luxurious berwarna putih bak salju mendarat di telapak tangannya. Tentu saja Zana tergegau.Dari tadi dia sendirian di taman. Meratapi nasibnya yang harus mengalami patah hati tatkala pria yang selama satu tahun ini ia pacari ternyata selingkuh selama satu bulan di belakangnya.Lebih parahnya lagi, dia lebih memilih selingkuhannya setelah Zana mengetahui pengkhianatannya.Zana memutuskan duduk sendirian di taman, tak lama kemudian seorang pria datang memberikannya undangan.Pria tampan di depan Zana ini menggeleng pelan. “Jadi pengantin,” terangnya, “bukannya nama Zanayya Auristella tertulis di sana?” Ia tersenyum kecil.Dia mengulurkan tangannya, bermaksud untuk bersalaman. Tapi, Zana mengira dia sedang meminta kembali undangannya, makanya ia memberikannya.Pemuda berseragam formal itu terkekeh pelan. Lucu juga. Katanya dalam hati.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-31
  • Menikah dengan Adik Kelasku   Chapter 2. Gundah Gulana

    Zain dengan mata lelahnya berkedip. Mengambil atensi penuh sedari tadi kepada wanita di hadapannya. Zana berpikir, apakah dia lelah bekerja? Tapi, karena ingin berbicara dengannya, dia berusaha untuk tetap terjaga sesekali menyeduh kopinya agar tetap melek. “Aku tau pacar Kakak selingkuh, kemungkinan besar kalian akan segera mengakhiri hubungan. Jadi, aku pikir dengan begitu aku bisa menikahi Kakak langsung,” Katanya tanpa ragu. “Tapi, kenapa?” Sonder Zana ketahui, ia meninggikan suaranya. Lantas ia menjadi pusat perhatian pengunjung cafe. Zana berdehem mencoba untuk tidak merasa rikuh. “Apa karena lo merasa berjasa kepada Kakak gue?” Tebaknya dengan suara pelan. Nyaris terdengar seperti berbisik. Zain sedikit mencondongkan dirinya ke depan. “Justru kak Ega yang merasa berjasa kepadaku, karena aku banyak membantunya.” jawabnya ikut berbisik seperti yang dilakukan Zana lalu diakhiri dengan senyuman manis. Sudut mata

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-31

Bab terbaru

  • Menikah dengan Adik Kelasku   Chapter 6. Menepis Rasa

    Zana menggigit rakus jarinya. Wajah yang tampak gelisah semenjak tadi malam. "Nggak ... nggak. Gue nggak boleh jadi terhanyut dengan sikap manisnya," Monolognya. Zana menggelengkan kepalanya berulang kali. Menghindari perasaan nyaman terhadap Zain. Zana bolak-balik di depan kamar barunya. Setelah sembuh dari sakitnya, dua hari Zain berada di rumah sewaannya akhirnya mereka jadi pindah tadi malam, ia pikir rumahnya benar-benar banyak debu dan bau. Ternyata di rumah itu sudah ada dua orang pembantu mengurus rumah dengan baik. Zain bilang, pembantu itu baru saja diperkerjakan kemarin. Jadi, Zana tidak perlu merasa khawatir dan lelah mengurus rumah. Ia bisa masak jika menginginkannya. "Kenapa kamu di sini? Udah makan kan?" Suara itu mengejutkan Zana. Membalikkan badannya ketika mendapati Zain lengkap dengan seragam kantornya. Mereka memang pisah kamar. Zana yang menginginkannya. "Aku ... akan makan nanti," balasn

  • Menikah dengan Adik Kelasku   Chapter 5. Pengantin Baru

    Meski sempat suka.Ya, sebagai wanita dewasa yang normal. Tentu saja pria tipe semacam Zainuddin Alskara adalah idaman para wanita termasuk Marsha Quinara.Selama ini, Zain tidak pernah terdengar desas-desus mendekati, berpacaran ataupun niat menikah dengan seorang wanita.Tapi, ketika tahu sekali-sekali berhubungan dengan wanita langsung diajak menikah. Bagaimana karyawan sekantor tidak geger? Para karyawan cewek langsung patah hati mendengarnya.“Tau diri sih, lagian para karyawan pun nggak ada yang sanggup memikat hatinya pak Zain termasuk gue.” Gumamnya pelan, Marsha tersenyum kecut. “Beruntung banget lo, Zana.”Marsha beralih ke dapur untuk membuatkan bubur untuk Zana dan secangkir kopi untuk bosnya.***Zain duduk di sisi ranjang dengan tenangnya, memandangi wajah pucat sang istri yang tampak enggan membuka mata atau sebenarnya dia tahu akan kehadirannya, tapi memilih tidak ped

  • Menikah dengan Adik Kelasku   Chapter 4. Sah! When Make To Love

    Zana mengelap ingusnya dengan tisu, satu lubang hidungnya mendadak tidak bisa berfungsi hingga menimbulkan sakit kepala yang membuat Zana semakin malas bangun dari tidurnya.Nada dering telepon serta getaran yang mengganggu ketenangannya memaksa lengan kiri Zana mengulur meraih benda pipih itu kembali.“Assalamu’alaikum, Zana.”“Wa’alaikumussalam, Mah.” jawab Zana dengan suara seraknya.Ketika mencoba bernapas seperti biasanya membuat matanya berair saking sakitnya kepala.“Bagaimana dengan kondisi kamu, Sayang. Udah baikkan? Udah pergi ke Dokter?” tanya sang mama yang terdengar khawatir dengan kondisi anak bungsunya itu.“Cuma minum obat aja, Mah.” jawab wanita itu malas.Kedua matanya terpejam rapat. Sesekali ia menyendal ingusnya kuat-kuat karena susah bernapas.“Gimana acaranya, Mah. Udah selesai?” Tanyanya.Meski kurang suka juga menyadari dirin

  • Menikah dengan Adik Kelasku   Chapter 3. Wedding Day Without Wife

    Zain mengusap pelipisnya kanannya. “Masih di kantor. Ada apa, Mah? Kok nelpon? Belum tidur?” tanya Zain khawatir.Handphonenya ia pindahkan ke telinga kirinya. Tangan yang lain sibuk menari-narikan mouse di alas mouse pad.Jika pulang terlambat, mamanya pasti mengkhawatirkannya dan meneleponnya seperti saat ini.Punggung tangannya kontan menutup mulutnya ujug-ujug menguap, sedikit lagi ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.“Jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja, Zain. Pulanglah, Nak. Jam kerja kamu seharusnya sudah selesai, kan tadi sore?”“Iya, Mah. Ini sudah mau selesai.” Kedua netra cokelat Zain tidak lepas dari layar laptopnya.“Ya sudah, kalau capek jangan paksakan ya, Zain. Cepat pulang.”“Iya, Mah. Ini udah mau beres-beres kok.” Tangan kanannya bekerja menyusun berkas-berkas. Mematikan laptopnya lalu menyimpannya di dalam tas. “Udah dulu ya, Mah. Aku mau

  • Menikah dengan Adik Kelasku   Chapter 2. Gundah Gulana

    Zain dengan mata lelahnya berkedip. Mengambil atensi penuh sedari tadi kepada wanita di hadapannya. Zana berpikir, apakah dia lelah bekerja? Tapi, karena ingin berbicara dengannya, dia berusaha untuk tetap terjaga sesekali menyeduh kopinya agar tetap melek. “Aku tau pacar Kakak selingkuh, kemungkinan besar kalian akan segera mengakhiri hubungan. Jadi, aku pikir dengan begitu aku bisa menikahi Kakak langsung,” Katanya tanpa ragu. “Tapi, kenapa?” Sonder Zana ketahui, ia meninggikan suaranya. Lantas ia menjadi pusat perhatian pengunjung cafe. Zana berdehem mencoba untuk tidak merasa rikuh. “Apa karena lo merasa berjasa kepada Kakak gue?” Tebaknya dengan suara pelan. Nyaris terdengar seperti berbisik. Zain sedikit mencondongkan dirinya ke depan. “Justru kak Ega yang merasa berjasa kepadaku, karena aku banyak membantunya.” jawabnya ikut berbisik seperti yang dilakukan Zana lalu diakhiri dengan senyuman manis. Sudut mata

  • Menikah dengan Adik Kelasku   Chapter 1. Undangan Pernikahan

    “I-ini sa-saya jadi tamu?” tanya Zana merasa pilon.Sebuah undangan luxurious berwarna putih bak salju mendarat di telapak tangannya. Tentu saja Zana tergegau.Dari tadi dia sendirian di taman. Meratapi nasibnya yang harus mengalami patah hati tatkala pria yang selama satu tahun ini ia pacari ternyata selingkuh selama satu bulan di belakangnya.Lebih parahnya lagi, dia lebih memilih selingkuhannya setelah Zana mengetahui pengkhianatannya.Zana memutuskan duduk sendirian di taman, tak lama kemudian seorang pria datang memberikannya undangan.Pria tampan di depan Zana ini menggeleng pelan. “Jadi pengantin,” terangnya, “bukannya nama Zanayya Auristella tertulis di sana?” Ia tersenyum kecil.Dia mengulurkan tangannya, bermaksud untuk bersalaman. Tapi, Zana mengira dia sedang meminta kembali undangannya, makanya ia memberikannya.Pemuda berseragam formal itu terkekeh pelan. Lucu juga. Katanya dalam hati.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status