Ida terdiam saat Yasmin berteriak dengan keras.
“Bu, Mas Andrian itu bilangnya ada urusan penting jadi dia cepet-cepet pergi, jadi Ibu jangan salah sangka dulu.” Yasmin membela Andrian.
“Kamu yakin? Setelah semuaya tadi terjadi, kamu yakin si Andrian bicara begitu artinya dia benar-benar ada urusan?" Ida berkata dengan pelan kali ini, membuat Yasmin kembali berpikir ulang.
"Bisa jadi dia berusaha untuk menyelidiki semuanya. Bisa gawat kita kalo semuanya terbongkar! Apalagi uang kita akan tergerus kalau kita harus bayar pengacara.” Ida memperingatkan Yasmin/
Yasmin memegang kepalanya merasa sangat frustrasi. “Ah!!!” teriaknya kesal. “Jadi, kita harus bagaimana, Bu?”
“Kamu harus terus buat Andrian jangan sampai menyelidiki semuanya sendiri,” ucap Ida, suaranya kali ini jauh lebih tenang dibanding beberapa menit yang lalu. “Kamu harus tetap
Beberapa hari berlalu, hubungan keduanya makin dekat, dan yang cukup berbeda saat ini adalah bahwa mereka sudah tidur dalam kamar yang sama. Ya, tentu saja selama ini, Gandha menghormati Lisa untuk tidak menyentuhnya sampai istrinya itu benar-benar siap, tetapi setelah kejadian waktu itu, mereka benar-benar sudah bercampur satu sama lain.“Selamat pagi, Cantik!” sapa Gandha saat melihat istrinya yang baru saja keluar dari kamar mandi.Lisa hanya tersenyum mendengarnya, Gandha selalu saja bisa membuatnya jatuh cinta setiap hari. Namun, pagi ini Gandha sudah sangat rapi dengan pakaian formalnya, hal ini membuat Lisa terkejut. Pasalnya, selama ini Gandha tidak pernah berpakaian formal seperti sekarang ini.“Mas … mau kemana?” tanya Lisa.“Ah, iya, semalam aku dihubungi oleh calon klien dari luar negeri untuk membicarakan masalah kerjasama terkait produk yang mereka sukai gagasan Pak Bastari itu. Aku mau bilang dari semalam cuma kamu sudah tidur lebih dulu." Gandha berkata santai."Oh," j
Di tempat lain, Andrian terkejut dengan fakta yang baru saja dia terima, dia sangat tidak menyangka kalau selama ini dia benar-benar berhasil dimanupulasi sampai sejauh ini dan menuduh Lisa wanita tidak baik."Kurang ajar sekali mereka!" geramnya.Dadanya terlihat naik turun, napasnya masih tidak teratur, rasa kecewa pada dirinya sendiri sangat terlihat jelas, dia tidak mampu membayangkan bagaimana kehidupan Lisa selama ini yang dibuatnya sangat menderita."Ya Tuhan ... ternyata yang bodoh selama ini adalah aku?" Andrian tidak bisa berkata-kata lagi, rasa penyesalan bergelayut hebat di dadanya.Percuma, semuanya juga sudah terlambat, tidak mungkin dia memohon pada Lisa untuk membuatnya kembali padanya, apalagi dia juga sudah sangat menyakiti wanita itu.Teringat kembali wajah Lisa yang menatapnya dengan tatapan pahit kala itu, hanya saja, semua itu dia abaikan dan malah percaya dengan orang lain yang nyatanya orang itu adalah orang yang sangat jahat dan pandai menipu!"Lisa ... maafka
Hidup Yasmin dan Ida makin hari seperti dalam neraka. Betapa tidak? Andrian yang biasanya sangat mendukung, kini terkesan mengabaikan, biasanya Andrian setiap hari akan mampir ke rumah mereka, apalagi saat Andrian mengatakan kalau dia sudah berniat menikahi Yasmin.Persiapan pernikahan sudah jalan 90%, namun tiba-tiba saja semuanya menjadi sangat berantakan setelah pertemuannya dengan Lisa di mall itu!Usaha untuk menjebak Andrian pun sepertinya sangat terhalangi dengan menghindarnya pria itu, dan tidak hanya itu, sudah beberapa kali dia dan Ida dipanggil ke kantor polisi untuk penyelidikan lebih lanjut, Andrian tidak memberikan dukungan. Bahkan setelah persidangan pertama masalahnya dengan Lisa pun Andrian tidak menampakkan batang hidungnya.“Yasmin, apa kamu masih belum bisa menghubungi si Andrian itu?” Ida bertanya lagi saat Yasmin pulang dari tempatnya bekerja. Pertanyaan itu seolah-olah menuntut Yasmin untuk segera bertemu dengan pria itu.Akan tetapi Yasmin belum menjawab, dia h
Perlahan, Yasmin menurunkan tangannya. Wajahnya basah oleh keringat, dan napasnya masih tak beraturan. Tapi matanya... bukan hanya merah. Ada kilatan lain di sana.Kilatan dingin.Ia menunduk sejenak, lalu mendongak dengan senyum kecil yang tidak seharusnya ada di momen seperti ini.“Kalau semuanya gagal, Ibu selalu menyalakan aku!” Yasmin berteriak. Suaranya menggema di seluruh ruangan.Matanya membelalak, dadanya naik turun, mencoba mengendalikan emosi yang sudah nyaris meledak.Ida benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena seperti yang dikatakan Yasmin kalau setidaknya semua ini memang berawal dari tindakannya yang terlalu terburu-buru tanpa perhitungan yang matang.“Aku udah bilang kan, tidak perlu bawa-bawa Mas Andrian dulu! Cukup cari tahu soal Lisa! Tapi Ibu—” suaranya tercekat sesaat, lalu melanjut lagi dengan nada lebih tajam, “Ibu yang nggak sabaran! Dan sekarang Ibu nyalain aku lagi?! Selalu aku!”Ida diam. Mulutnya terkatup rapat. Tidak ada balasan, karena memang
Benar seperti yang dikatakan Andrian, pria itu menepati ucapannya untuk datang ke rumah Yasmin.Ida mengetuk kamar, Yasmin dan memanggilnya. “Yasmin sayang! Nak Andrian ada di depan.”Mendengar hal itu, Yasmin segera membuka pintunya dan berlari ke depan. Di sana Andrian sudah duduk di sofa, wajahnya memang tidak terlalu ramah, hanya saja kali ini Yasmin tidak peduli, entah dia ramah atau tidak. Yasmin tiba-tiba saja langsung memeluk pria itu dan menangis.Hal ini tentu membuat Andrian terkejut. Belum sempat dia bertanya pada Yasmin, Ida yang muncul dari belakang dengan membawa minum untuk Andrian berkata dengan suara sedih.“Nak Andrian, sepertinya Yasmin benar-benar sedih karena kamu menghindari kami setelah kejadian tempo hari.” Ida berkata dengan suara rendah dan terdengar menyayat hati. “Tapi, ucapan Lisa benar-benar sangat jahat pada kami.”Andrian diam, dia tidak memberikan respons apapun jelas sekali saat ini wajahnya tidak percaya dengan ucapan Ida. Yasmin menarik dirinya, ka
“Tidak! Tolong! Jangan! Jangan lukai dia! Tolong! Kumohon, kumohon, aku akan melakukan apapun juga!” teriak seorang pria dengan suara ketakutan, tubuhnya bergetar hebat, wajahnya berubah menjadi sangat pucat dan dia benar-benar menyedihkan.Jeritannya semakin menjadi tatkala silaunya cahaya kilat dan guntur yang saling bersusulan menggelegar di angkasa malam ini. Hujan masih turun dengan deras di luar.Lisa segera menghampirinya dan mencoba untuk menenangkan pria itu.“Tenang, tenanglah, ada aku di sini,” ucap Lisa padanya dengan menepuk pelan punggungnya.Namun, tiba-tiba saja, pria itu membalikkan tubuhnya dan menarik tangan Lisa lalu memeluknya dengan sangat erat.“Tolong, kumohon tolong aku!” Dia berkata lirih. Jantung Lisa berdetak cepat dan darahnya berdesir deras, pria ini memeluknya, dia bahkan belum pernah merasakan hal demikian dari pria yang bukan mahramnya, tetapi entah kenapa rasa empatinya saat ini sangat tinggi membuatnya sangat iba dengan pria ini.“Sabarlah, kamu ama
Lisa diseret masuk ke kamar Yasmin, adik tirinya itu oleh sang Ibu dengan hentakan keras dan kasar. Lalu, mendorong tubuhnya hingga membuatnya jatuh tersungkur di lantai.“Ah!” tanpa sadar Lisa menjerit.“Jangan sok-sok-an tersakiti kamu! Dasar memalukan sekali kamu! Bilang saja kalau kamu kebelet mau kawin, kan?!” ucapan itu terdengar sinis di telinga Lisa.Namun, Lisa yang sudah terbiasa diperlakukan buruk oleh ibunya ini, hanya bisa diam.“Itu!” tunjuknya ke arah pakaian yang ada di atas tempat tidur pada Lisa, “pinjam itu saja dari Yasmin untuk kamu pakai.” Yasmin sang adik tiri berjalan mendekati Lisa yang mencoba untuk berdiri. “Aku hanya bisa meminjamkan baju itu padamu, Mbak, karena badanmu yang kecil itu aku hanya punya baju itu yang layak.” Yasmin berkata dengan santai.Lisa masih diam, dia lalu mengambil pakaian itu, sebuah kebaya model lama berwarna krem, lalu kain batik tulis yang ‘bau lemari’ sangat menempel, baju ini memang cukup sederhana dan pas di badannya.“Ini ala
Entahlah, tapi yang jelas sekarang ini pikiran Lisa, benar-benar berkecamuk hebat. Kemudian dia tiba-tiba terpikir hal lain. Selain dia bisa mengucapkan namanya dengan jelas tadi, kebiasaan pria ini selama ini hanya bisa menjerit-jerit dengan nada pilu dan tidak bisa mengatakan kalimat lain dan kalimat apa pun selain minta tolong. Lalu, pandangannya hanya lurus ke depan dengan tatapan kosong seperti bukan orang yang waras.Tiba-tiba saja, dorongan dari dalam dirinya yang kuat ini akhirnya membuat Lisa diam-diam berdoa dalam hati, agar pria asing ini tidak mampu mengucapkan kalimat sakral itu di hadapan orang ramai.Namun, lantunan doa dalam hatinya itu terganggu, tatkala suara-suara lain kembali tertangkap di telinganya.“Nah, si Lisa akhirnya nikah juga!” Celetuk salah satu tetangga mereka yang dikenal Lisa sangat akrab dengan ibu tirinya ini.“Ya gak masalah juga sih nikah dengan pria ini, yang penting kan laku,” sahut yang lain dengan santai.Lisa hanya bisa diam dan menundukkan ke
Benar seperti yang dikatakan Andrian, pria itu menepati ucapannya untuk datang ke rumah Yasmin.Ida mengetuk kamar, Yasmin dan memanggilnya. “Yasmin sayang! Nak Andrian ada di depan.”Mendengar hal itu, Yasmin segera membuka pintunya dan berlari ke depan. Di sana Andrian sudah duduk di sofa, wajahnya memang tidak terlalu ramah, hanya saja kali ini Yasmin tidak peduli, entah dia ramah atau tidak. Yasmin tiba-tiba saja langsung memeluk pria itu dan menangis.Hal ini tentu membuat Andrian terkejut. Belum sempat dia bertanya pada Yasmin, Ida yang muncul dari belakang dengan membawa minum untuk Andrian berkata dengan suara sedih.“Nak Andrian, sepertinya Yasmin benar-benar sedih karena kamu menghindari kami setelah kejadian tempo hari.” Ida berkata dengan suara rendah dan terdengar menyayat hati. “Tapi, ucapan Lisa benar-benar sangat jahat pada kami.”Andrian diam, dia tidak memberikan respons apapun jelas sekali saat ini wajahnya tidak percaya dengan ucapan Ida. Yasmin menarik dirinya, ka
Perlahan, Yasmin menurunkan tangannya. Wajahnya basah oleh keringat, dan napasnya masih tak beraturan. Tapi matanya... bukan hanya merah. Ada kilatan lain di sana.Kilatan dingin.Ia menunduk sejenak, lalu mendongak dengan senyum kecil yang tidak seharusnya ada di momen seperti ini.“Kalau semuanya gagal, Ibu selalu menyalakan aku!” Yasmin berteriak. Suaranya menggema di seluruh ruangan.Matanya membelalak, dadanya naik turun, mencoba mengendalikan emosi yang sudah nyaris meledak.Ida benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena seperti yang dikatakan Yasmin kalau setidaknya semua ini memang berawal dari tindakannya yang terlalu terburu-buru tanpa perhitungan yang matang.“Aku udah bilang kan, tidak perlu bawa-bawa Mas Andrian dulu! Cukup cari tahu soal Lisa! Tapi Ibu—” suaranya tercekat sesaat, lalu melanjut lagi dengan nada lebih tajam, “Ibu yang nggak sabaran! Dan sekarang Ibu nyalain aku lagi?! Selalu aku!”Ida diam. Mulutnya terkatup rapat. Tidak ada balasan, karena memang
Hidup Yasmin dan Ida makin hari seperti dalam neraka. Betapa tidak? Andrian yang biasanya sangat mendukung, kini terkesan mengabaikan, biasanya Andrian setiap hari akan mampir ke rumah mereka, apalagi saat Andrian mengatakan kalau dia sudah berniat menikahi Yasmin.Persiapan pernikahan sudah jalan 90%, namun tiba-tiba saja semuanya menjadi sangat berantakan setelah pertemuannya dengan Lisa di mall itu!Usaha untuk menjebak Andrian pun sepertinya sangat terhalangi dengan menghindarnya pria itu, dan tidak hanya itu, sudah beberapa kali dia dan Ida dipanggil ke kantor polisi untuk penyelidikan lebih lanjut, Andrian tidak memberikan dukungan. Bahkan setelah persidangan pertama masalahnya dengan Lisa pun Andrian tidak menampakkan batang hidungnya.“Yasmin, apa kamu masih belum bisa menghubungi si Andrian itu?” Ida bertanya lagi saat Yasmin pulang dari tempatnya bekerja. Pertanyaan itu seolah-olah menuntut Yasmin untuk segera bertemu dengan pria itu.Akan tetapi Yasmin belum menjawab, dia h
Di tempat lain, Andrian terkejut dengan fakta yang baru saja dia terima, dia sangat tidak menyangka kalau selama ini dia benar-benar berhasil dimanupulasi sampai sejauh ini dan menuduh Lisa wanita tidak baik."Kurang ajar sekali mereka!" geramnya.Dadanya terlihat naik turun, napasnya masih tidak teratur, rasa kecewa pada dirinya sendiri sangat terlihat jelas, dia tidak mampu membayangkan bagaimana kehidupan Lisa selama ini yang dibuatnya sangat menderita."Ya Tuhan ... ternyata yang bodoh selama ini adalah aku?" Andrian tidak bisa berkata-kata lagi, rasa penyesalan bergelayut hebat di dadanya.Percuma, semuanya juga sudah terlambat, tidak mungkin dia memohon pada Lisa untuk membuatnya kembali padanya, apalagi dia juga sudah sangat menyakiti wanita itu.Teringat kembali wajah Lisa yang menatapnya dengan tatapan pahit kala itu, hanya saja, semua itu dia abaikan dan malah percaya dengan orang lain yang nyatanya orang itu adalah orang yang sangat jahat dan pandai menipu!"Lisa ... maafka
Beberapa hari berlalu, hubungan keduanya makin dekat, dan yang cukup berbeda saat ini adalah bahwa mereka sudah tidur dalam kamar yang sama. Ya, tentu saja selama ini, Gandha menghormati Lisa untuk tidak menyentuhnya sampai istrinya itu benar-benar siap, tetapi setelah kejadian waktu itu, mereka benar-benar sudah bercampur satu sama lain.“Selamat pagi, Cantik!” sapa Gandha saat melihat istrinya yang baru saja keluar dari kamar mandi.Lisa hanya tersenyum mendengarnya, Gandha selalu saja bisa membuatnya jatuh cinta setiap hari. Namun, pagi ini Gandha sudah sangat rapi dengan pakaian formalnya, hal ini membuat Lisa terkejut. Pasalnya, selama ini Gandha tidak pernah berpakaian formal seperti sekarang ini.“Mas … mau kemana?” tanya Lisa.“Ah, iya, semalam aku dihubungi oleh calon klien dari luar negeri untuk membicarakan masalah kerjasama terkait produk yang mereka sukai gagasan Pak Bastari itu. Aku mau bilang dari semalam cuma kamu sudah tidur lebih dulu." Gandha berkata santai."Oh," j
Ida terdiam saat Yasmin berteriak dengan keras.“Bu, Mas Andrian itu bilangnya ada urusan penting jadi dia cepet-cepet pergi, jadi Ibu jangan salah sangka dulu.” Yasmin membela Andrian.“Kamu yakin? Setelah semuaya tadi terjadi, kamu yakin si Andrian bicara begitu artinya dia benar-benar ada urusan?" Ida berkata dengan pelan kali ini, membuat Yasmin kembali berpikir ulang."Bisa jadi dia berusaha untuk menyelidiki semuanya. Bisa gawat kita kalo semuanya terbongkar! Apalagi uang kita akan tergerus kalau kita harus bayar pengacara.” Ida memperingatkan Yasmin/Yasmin memegang kepalanya merasa sangat frustrasi. “Ah!!!” teriaknya kesal. “Jadi, kita harus bagaimana, Bu?”“Kamu harus terus buat Andrian jangan sampai menyelidiki semuanya sendiri,” ucap Ida, suaranya kali ini jauh lebih tenang dibanding beberapa menit yang lalu. “Kamu harus tetap
Ida yang mengawasi dari jauh kejadian tadi sangat tercengang dengan apa yang dilihatnya. Dia tidak menyangka pria yang bersama dengan Lisa saat ini adalah pria gila yang dijuliki olehnya saat di kampung!"Ini tidak mungkin!" dia berdesis pelan."Bagaimana pria itu bisa menjadi seperti itu?" Ida berkata pada dirinya sendiri. Entah kenapa tiba-tiba tubuhnya mendadak bergetar.Beberapa kali dia melihat pria itu dari balik tembok dan memastikan, kalau dilihat lagi itu memang benar pria gila itu, tapi … kenapa bisa sampai seperti itu. Pun dari kejauhan dia melihat anaknya dan Andrian terlihat terlibat percakapan yang cukup serius.Lalu, detik berikutnya Gandha membawa Lisa pergi dari tempat itu ke arah mobil mewah lainnya."Apa dia benar-benar kaya?" Ida kembali tercengang dan menebak-nebak sendiri.Namun tidak ingin berlarut-larut dalam keterkejutannya ini, dia lalu melihat wanita yang bersama dengan Lisa tadi menuju ke mobil mewah tempat dimana
Di dalam mobil itu, terlihat Lisa sedang mengatur ritme napasnya, lalu setelah lebih tenang Lisa melihat ke arah Gandha yang sejak tadi pandangannya tak lepas dari istrinya sambil menopang dagu di tangannya.“Mas, kenapa Mas memukul Mas Andrian?” Pertanyaan Lisa barusan langsung membuat wajah Gandha tidak suka.“Kenapa, kamu bilang?” jelas terlihat rautan di kening pria itu.“B-bukan begitu, maksudku bagaimana kalau misalnya mereka melaporkan Mas Gandha karena kekerasan seperti yang dikatakan Yasmin tadi?" Lisa berkata dengan nada yang cukup khawatir."Di sana itu banyak kamera pengawas dan juga bisa membuat bukti untuk melaporkan hal ini. Bukankah ini akan sangat merepotkan?” Lisa menambahkan lagi karena tidak ingin Gandha salah paham
Yasmin segera menghampiri Andrian dan membantunya untuk berdiri, tetapi mereka sama-sama terpaku, tubuh mereka membeku saat mata mereka menangkap sosok pria yang berdiri dengan tatapan tajam dan postur tubuh penuh dominasi.“Jangan ikut campur kamu!” Teriak Yasmin pada Lisa dan Gandha. Hanya saja Andrian tidak banyak bicara, dia akhirnya mengenali dengan jelas siapa pria yang baru saja memukulnya ini. Ada rasa tidak percaya tapi tetap dia tahan.Lisa menyeringai, tatapannya menusuk, penuh perhitungan. “Ah, adikku sayang, apa kamu tidak mengenalinya?” katanya, nada suaranya menyentak Yasmin.Hal itu membuat Yasmin mengernyitkan keningnya."Apa sekarang suamiku sudah terlalu berbeda? Bukankah dia sudah mengatakan kalau aku ini istrinya?"Angin bertiup, membawa gelombang ketegangan yang menyesakkan. Yasmin merasakan jantungnya berdebar lebih cepat, 'Apa mungkin?! Bahkan pria ini sangat jauh berbeda!'"Apa kalian lupa aku ini istri siapa?" Lisa berkata dengan nada tenang, tatapan matanya