Apa jadinya jika seseorang yang belum pernah melakukan Skinsip malah dicuri ciuman pertamanya dalam keadaan tertidur, yaa walaupun sudah halal tapi kan belum ijin. Ia merasa ini salah tapi tak kuasa menolak. pingin berontak tapi kok ia juga menikmati ciuman ini. Ia hanya bisa memejamkan matanya, malu. begitulah perang batin yang sekarang ia rasakan. " Apa ini? kenapa jadi gini situasinya? ". dalam keadaan kedua bilah bibir yang saling menempel. pikiran Dinara semrawut, ia terdiam sambil merasakan sesuatu yang membuat perutnya terasa geli napasnya memburu. Bagas melanjutkan aksinya melumat bibir tipis Dinara. Ia ketagihan. Bibirnya terasa manis, pas dirasakan olehnya, ini sensasinya sangat berbeda dengan yang pernah ia rasakan sebelumnya. Tak puas hanya dengan bibir, ia mengeksplor wajah ayu istrinya yang kini terpejam pasrah. kelopak mata kiri dan kanan bergantian ia layangkan kecupan lembut. Geli tapi nikmat. Ayolah Dinara akhirnya membuka matanya, ia menepuk pelan dada bidang Ba
"Gimana? enak tidak"Yang ditanya hanya memejamkan matanya. sedang merasakan nikmatnya rasa daging bulat yang ia kunyah. Ia menggelengkan kepala tanpa suara. " Hmmm lumayan, tapi masih enak yang asli makan di Malang mas. apa karena suasananya yang mendukung yaa". " Ya jelas lah, dimana mana lebih enak yang asli". Jawaban Dinara sedikit membuat Bagas kecewa. Pasalnya ia mencari sendiri keliling jakarta dengan tangan dan kakinya sendiri tetapi hasilnya kurang maksimal. " Bukan begitu, di kota Batu kan dingin banget, jadi kalo makan Bakso panas dengan kuah yang segar sangat nikmat. itu yang bikin rasanya agak beda dan yang bikin ngangenin" Jelas Dinara takut Bagas ngambek" Kalo gak enak jangan dihabisin. biar mas aja nanti yang habisin" imbuhnya lagi. wajahnya benar benar manyun. Ia sendiri sedang makan siang juga dengan nasi ayam dan sambal buatan si mbok. Posisi mereka sedang berhadapan diatas karpet. Bagas bersila dan seluruh makanan di tempatkan di meja kecil yang biasa untuk me
Dinara yang sudah bosan rebahan beranjak dari ranjang. Perutnya mulai merasakan kram tanda awal datang bulan. Ia biasa mengolesinya dengan minyak kayu putih biar terasa hangat dan sakitnya berkurang. salahnya sih tadi juga ia makan bakso dengan sambal yang lumayan banyak. Tapi kalau sudah keinginannya gimana lagi kalau tidak dituruti malah moodnya jadi buruk dan emosian sepanjang hari. Melangkahkan kaki perlahan keluar dari kamarnya. Menoleh ke arah samping kiri tempat ruang kerja Bagas. Ia menggeleng sebentar. Dia merasa tidak akan mengganggunya. Tadi saja sudah heboh dengan ia pingsan sampai mas Bagas yang sudah berada di kantor langsung menyempatkan pulang dan membelikan apa yang ia inginkan. Ia jadi merasa bersalah belum menjadi istri yang baik buat Bagas. Sekarang ia pergi ke arah kanan dan menuju kamar si kembar.Membuka perlahan pintu kamar dan mengintip kedalam. ternyata Raja dan Ratu masih tidur. Mbak Sita terlihat berada di samping ranjang Ratu sambil merapikan mainan yang
" Kak Di, kakak kemana? Dinara kangen" rintihnya pelan. " Naraa... Dinaraaa kakak disini. Kemarilah sayang... " Diana terlihat di sebuah taman bunga menggengam setangkai buang mawar berwarna ungu. Diana memakai terusan dress berwarna putih bersih. Terlihat sangat cantik bagai seorang pengantin. wajahnya tersenyum lembut sangat cantik. " Kak Diana" Dinara berlari mendekat ke arah Diana di tengah taman bunga. Langsung menubruk dan memeluk kakak kembar kesayangannya. " Kakak kemana saja selama ini. Tega sekali ninggalin Dinara sendirian. Tanpa kakak Dinara jadi tak lengkap. terasa ada yang kosong" Ungkapnya sedih. Diana yang masih memeluk tubuh adiknya, mengelus lembut rambutnya helai demi helai. keduanya melepas kerinduan diantara cantiknya taman bunga" Nara cantik, kesayangan kak Diana dan mama papa. kamu sekarang harus jagain mama dan papa menggantikan kakak, dan kakak menitipkan sesuatu yang paling berharga bagi kakak. tolong dijaga. " Kak Di... Kakak.... please jangan pergi..
Lia sedang menulis di buku harian nya. Setelah menidurkan Raja, ia ijin ke Sita untuk ke kamar sebentar. Sebenarnya ia sangat senang bekerja kepada keluarga Bagas. Selain orangnya baik dan memberikan gaji yang cukup banyak Yang membuat Lia sangat kerasan karena ia sangat menyukai Bagas sejak pertama bekerja. walaupun beliau sudah menikah tapi rasa sayang nya tidak berubah. Ia menunjukkan dengan cara bekerja dengan baik dan bertanggung jawab, baik juga dengan nyonya rumah yaitu almarhumah Diana. Tetapi satu bulan ini hatinya sedikit terganggu setelah kedatangan nyonya baru yang tidak lain adalah adik kembar nyonya Diana, dan mereka baru saja menikah. Sebenarnya Dinara tidak berbuat yang ekstrim kepadanya tetapi hatinya berkata lain. seperti ada sesuatu yang menyuruh hatinya berjuang lebih keras jika ingin mendapat perhatian tuan Bagas. Perasaan Lia mengatakan kalau perjuangan menyukai Bagas kali ini sangat sia sia. Pasalnya Walaupun di lihat mereka bukan seperti pasangan pengantin ba
Sepasang suami istri itu sedang menikmati waktu berdua membicarakan hal hal random yang membuat mereka lebih dekat, keduanya sepakat menjadi teman dan memulai hubungan dari nol." Jadi teman dan patner untuk membesarkan si kembar. deal? " Ucap Dinara semangatBagas hanya mengikuti keinginan Dinara ia pun menyetujuinya walaupun hatinya sekarang mulai merasakan benih benih cinta kepada Dinara yang mulai tumbuh kembali setelah dulu cintanya sudah diisi oleh Diana. " Baiklah teman tapi rasa istri" Ucapan Bagas sambil menaikkan alisnya. Tangannya menjulur untuk berjabat tangan. " Tunggu mas, maksudnya? " Dinara merasa berbeda arti kalau yang Dinara inginkan murni berteman dulu tapi ternyata maksud Bagas kebalikannya. " Iya kan kamu istriku yang harus berperan sebagai istri dong, tapi kita juga berteman baik. apa yang salah?"." Mas maksudnya, saya cuma istrinya mas sampai nanti mas bisa menemukan cinta pertama yang tadi mas ceritakan. Dinara gak marah kok. Jujur Dinara mau menikah untuk
Bagas sedang menerima tamu di depan. Tetapi pikirannya tidak focus bersama mereka. Beberapa kali ia menoleh ke belakang. Mbok sum baru saja menyediakan minuman dan camilan untuk para tamu. Kini sudah tersedia beberapa toples kue kering nastar, kastangel dan putri salju juga 2 gelas kopi hitam dan 1 gelas teh tawar untuk nona Maya. " Gas, bagaimana kalau aku bekerja di perusahaanmu, aku bisa menjadi patner kerja yang kau butuhkan" Maya yang dari tadi diam mulai mengutarakan keinginannya." Tapi di perusahaan tidak ada lowongan yang sesuai dengan profil kerjamu May, Bayu sudah cukup sebagai patner kerja plus asistenku" Bagas langsung menolak" Tapi pangalaman kerjaku selama si Jerman akan sangat membantu pengembangan perusahaan Gas, ayolah aku tidak butuh gaji besar kok" Maya masih tetap dengan pendiriannya berusaha membujuk Bagas. Bayu masih diam memperhatikan keduanya ia enggan menyela. Ia sudah fasih dengan perdebatan Bagas dan Maya sejak di bangku kuliah. " Sayang banget pengala
Di pantri tadi Dinara mengambil segelas air putih, Ditemani mbok Sum yang sedang mencuci piring di dapur kotor. Ia duduk sendirian, ingin rasanya keluar menemui teman teman mas Bagas, tetapi tadi tidak diperbolehkan. katanya menunggu waktu yang tepat. Hatinya sedikit kecewa. tapi tidak mau membantah keinginan suami. Takut kualat nanti. Sedikit demi sedikit air di gelasnya mulai habis. Ia memejamkan mata, tarikan napas panjang membuatnya rileks. Tiba tiba terlintas penglihatan seorang pria tampan tersenyum padanya, perawakannya mirip mas Bagas, kulitnya sedikit gelap. sangat manis. Di ingatannya waktu itu ia sempat terjatuh dan kakinya kotor. pria manis itu menolongnya dan meminjamkan saputangan berwarna navy untuk membersihkan sedikit luka di kaki Dinara. " Ingatan apa ini? siapa pria itui? apakah pria dengan inisial "BA"? Dinara bergumam sendiri. tangannya ia ketuk ketukkan di atas meja pantry. sayup sayup terdengar percakapan dari ruang tamu." Gas, bagaimana kalau aku bekerja di