Share

5. Kebenaran

Penulis: Delilad Trenna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-15 17:39:47

𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮

Aku masih merasakan getaran di ujung jariku. Rasanya seperti sengatan listrik halus, kecil namun tak kunjung hilang.

Tubuhku terasa lemas, keringat dingin mengalir di punggungku, dan bayangan darah yang menggenang di lantai tadi masih menari-nari dalam pikiranku.

Pria itu benar-benar mati. Ditembak oleh Agra di depan mata ku.

Aku mengira bisa mengendalikan situasi, bisa bermain dengan Agra demi membalas dendam pada Manda. Tapi sekarang, kenyataan menghantamku keras—aku tidak sedang bermain di zona nyaman. Aku sedang bermain di dunia Agra. Dunia yang penuh kekejaman tanpa belas kasihan.

Di depanku, Agra hanya berdiri dengan santai, ekspresinya tetap tenang seolah apa yang baru saja terjadi bukan sesuatu yang luar biasa. Seolah membunuh hanyalah bagian dari rutinitas hariannya.

"Kau bisa pergi sekarang," katanya, nada suaranya ringan, hampir seperti sedang menawarkan minuman. "Aku tidak akan menahanmu."

Aku masih membeku di tempat, tidak bisa berpikir jernih.

Agra mengangkat alis. "Atau kau hanya seberani itu di mulut saja?"

Dadaku berdebar kencang. Kata-katanya seperti pisau tajam yang menusuk egoku. Dia menantangku.

Aku menggigit bibir, berusaha mengendalikan gemetar di tubuhku. Aku tidak boleh terlihat lemah. Aku tidak boleh kalah dalam permainan ini.

Aku menarik napas dalam-dalam, menegakkan bahu, dan menatap lurus ke matanya. "Aku masih di sini, kan?"

Senyum tipis muncul di bibirnya, seolah aku baru saja melewati ujian pertamanya. "Bagus."

Dia menyisipkan pistolnya kembali ke balik jasnya, lalu berjalan santai ke arahku. "Kalau kau masih ingin lanjut, jangan pernah menyesal."

Aku menelan ludah, tapi mengangguk. Aku tidak akan mundur. Demi balas dendam pada Manda, aku harus tetap di sini.

Akhirnya Agra mengantarku pulang tanpa banyak bicara. Sejujurnya, aku tidak tahu harus merasa lega atau semakin takut.

Saat aku tiba di apartemen kecilku, aku langsung mengunci pintu dan menyandarkan tubuh ke belakangnya. Aku masih bisa mencium bau darah di udara.

Aku duduk di lantai, menarik lutut ke dada, mencoba meredakan detak jantungku yang masih berantakan.

Aku tidak bisa tidur. Bayangan kejadian tadi terus berputar di kepalaku. Satu pertanyaan berulang-ulang muncul dalam pikiranku.

Siapa sebenarnya Agra Calief?

Aku meraih laptopku dan mulai mengetik namanya di mesin pencari.

Tidak ada informasi pribadi. Tidak ada foto, tidak ada data, seolah-olah dia bukan manusia biasa.

Tapi setelah beberapa saat mencari lebih dalam, aku menemukan sesuatu.

Sebuah artikel berita kriminal dari beberapa tahun lalu.

"Panthers—Salah Satu Organisasi Kriminal Terbesar, Dipimpin oleh Agra Calief."

Jantung ku berdebar kencang saat mataku menelusuri setiap kata. Nafasku tertahan saat membaca kalimat itu.

"Panthers."

Nama itu tidak asing bagiku.

Aku sering mendengar tentang mereka, organisasi mafia yang menguasai sebagian besar perdagangan ilegal di negara ini. Salah satu dari tiga kelompok mafia terbesar yang paling ditakuti.

Aku membaca lebih lanjut. Tidak ada informasi detail tentang Agra, hanya rumor. Tentang betapa kejamnya dia. Tentang bagaimana dia bisa membuat orang menghilang tanpa jejak. Tentang bagaimana hukum tidak bisa menyentuhnya.

Dunia ini… lebih gelap dari yang kubayangkan.

Aku menutup laptopku perlahan, tapi perasaan gelisah masih mengendap di dadaku. Sejenak, aku merasa seolah ada yang mengawasi ku dari kegelapan.

Aku menoleh kesana kemari namun tidak melihat siapapun hanya perasaan ku yang semakin gelisah.

Aku sudah terlibat dengan seseorang yang tidak seharusnya kudekati. Tapi aku tetap tidak ingin mundur.

Aku hanya perlu lebih berhati-hati. Aku akan bermain lebih pintar. Aku harus tetap di sini.

Demi menghancurkan Manda, aku harus bisa mengendalikan perasaan takut ini.

---

𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮

Pagi harinya, suara notifikasi ponsel membangunkanku, padahal aku baru tidur hanya dua jam saja.

Aku meraih ponsel dengan mata setengah tertutup. Ada pesan dari nomor tak dikenal.

"Hari ini aku tidak akan menjemputmu. Ada urusan."

Aku mengerutkan kening, lalu sadar—ini pasti dari Agra.

Aku menatap layar ponsel lebih lama dari seharusnya, ada rasa sedikit lega. . . atau justru rasa kekecewaan? Aku menggeleng menepis pikiran itu.

"Baik." balas ku singkat.

Aku sudah mulai terbiasa dengan caranya berkomunikasi. Agra selalu gonta-ganti nomor, mungkin untuk keamanan dirinya.

Aku mendesah, lalu bangkit dan bersiap-siap pergi kuliah. Aku perlu mengalihkan pikiranku dari semua kejadian tadi malam.

Setibanya di kampus, ku berjalan ke kelas dengan kepala penuh pikiran.

Hari ini aku harus berpura-pura normal. Tidak ada yang boleh tahu apa yang kulihat tadi malam. Tidak ada yang boleh tahu bahwa aku sekarang bekerja untuk seseorang seperti Agra.

Kelas hari ini membahas strategi bisnis dan manajemen perusahaan. Biasanya, aku tertarik dengan materi ini, tapi kali ini pikiranku sulit fokus.

Bisnis ilegal juga membutuhkan strategi.

Aku menggeleng cepat. Tidak, aku tidak boleh memikirkan hal itu sekarang.

Saat kelas berakhir, aku keluar bersama dua temanku, Karin dan Dito.

Mereka membicarakan tugas kelompok, tapi aku tiba-tiba penasaran.

"Hei, kalian pernah dengar tentang Panthers?" tanyaku santai, berpura-pura hanya ingin tahu.

Reaksi mereka langsung berubah drastis.

Dito yang tadi santai, kini mengernyit, seolah aku baru saja mengajukan pertanyaan yang tidak seharusnya ditanyakan. Karin menoleh cepat ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada yang mendengar.

"Kenapa kamu tiba-tiba nanya soal itu?" Karin berbisik, jelas terlihat tidak nyaman.

Aku mengangkat bahu. "Cuma penasaran. Mereka seterkenal itu, ya?"

Dito tertawa kecil, tapi tidak terdengar seperti bercanda. "Tentu saja terkenal. Tapi bukan dalam arti yang bagus."

Karin mengangguk. "Mereka itu… berbahaya. Aku dengar mereka punya orang-orang di pemerintahan, polisi pun tidak bisa menyentuh mereka."

Aku berpura-pura tertawa kecil. "Serius? Bukannya itu cuma mitos?"

Dito menatapku tajam. "Calia, mereka bukan mitos. Mereka nyata. Kalau kau pintar, jangan pernah cari tahu lebih jauh tentang mereka dan jangan pernah sesekali berurusan dengan mereka."

"Enggak kok. Gak mungkin aku berurusan dengan orang-orang seperti itu" Ucap ku santai meskipun itu adalah kebohongan.

Aku tersenyum, berpura-pura tidak peduli. Tapi dalam hati, aku semakin sadar—Aku telah melangkah terlalu jauh. Dan aku tahu… semakin jauh aku masuk, semakin sulit untuk keluar.

Bersambung…

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   6.

    𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮 Malam ini, aku kembali berada di dalam mobil Agra. Aku masih belum tahu apakah ini keputusan yang benar. Tapi setelah semua yang kulihat sejauh ini—aku tahu satu hal: aku sudah masuk terlalu dalam untuk mundur. Sore tadi, tepat setelah café tutup, aku menerima pesan dari nomor yang lagi-lagi berbeda. "Aku akan menjemputmu jam delapan. Bersiaplah." Tentu saja itu dari Agra. Aku membalas singkat seperti biasa, tapi kali ini kutambahi sedikit godaan. "Baik, tuan penguasa yang ganteng." Tidak ada balasan. Tentu saja. Dan sekarang, di sinilah aku. Duduk di kursi penumpang, menatap jalanan yang diterangi lampu kota, sementara Agra mengemudi dengan ekspresi datar seperti biasa. "Apa kali ini aku akan melihat seseorang mati lagi?" tanyaku, mencoba terdengar santai, meskipun jauh di dalam, aku tidak yakin dengan jawabannya. Agra melirikku sekilas. "Mungkin." Jawaban itu membuat punggungku menegang. Tidak ada kepastian dalam dunia Agra, dan itu menakutkan. Kami berhenti di

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   7.

    𝗔𝗴𝗿𝗮 Bau mesiu masih menggantung di udara. Aku melepaskan napas pelan, menurunkan pistol dengan gerakan santai. Tubuh pria itu tergeletak tak bernyawa di lantai, darahnya mulai menggenang di bawah kepalanya. Gudang ini sunyi kecuali suara langkah kaki para anak buahku yang mulai merapikan sisa kekacauan. Mataku beralih ke Calia. Dia masih berdiri di tempatnya, tubuhnya menegang, matanya lekat menatap mayat di lantai. Aku memperhatikan bagaimana jemarinya sedikit gemetar di sisi tubuhnya, meski wajahnya berusaha tetap tanpa ekspresi. "Jangan menatap terlalu lama," suaraku rendah, nyaris seperti bisikan. "Kau akan terbiasa lebih cepat dari yang kau kira." Calia menoleh ke arahku, dan aku melihat sesuatu di matanya—bukan ketakutan, tapi sesuatu yang lain. Sesuatu yang belum bisa kupahami sepenuhnya. Aku menyimpan pistolku, lalu berjalan melewatinya, memberi isyarat agar dia mengikutiku. "Kita selesai di sini." Tanpa banyak bicara, kami meninggalkan gudang dan mengantar nya ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   8

    𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮 Aku menatap kontrak di tanganku, mata masih terpaku pada salah satu poin yang barusan kubaca. 'Dilarang jatuh cinta pada Agra.' Memangnya aku akan jatuh cinta dengan nya? Aku hanya mendekati nya karena Manda, tidak lebih. Konyol. Benar-benar konyol. Aku mengangkat wajahku, melotot ke arahnya. "Kau serius?" Agra menyilangkan tangan di dada, ekspresinya tetap tenang. "Kau pasti sudah menyadari jika aku adalah pemimpin Panthers. Sebelum tanda tangan. . . baca baik-baik kesepakatan itu." Tentu saja aku tahu siapa dia dan tentu saja aku tidak sebodoh itu untuk mengabaikan sesuatu yang aneh dalam kontrak ini. Tapi tetap saja . . . ini benar-benar tidak masuk akal. Aku kembali menunduk, membaca ulang kalimatnya untuk memastikan aku tidak salah lihat. Tidak ada yang berubah. Masih sama. Masih sama gilanya. Satu bulan. Hanya satu bulan kesempatan ku untuk mendekati nya. Aku menggigit bibir, lalu menatap Agra dengan tatapan penuh arti. "Bagaimana kalau justru kau yang jatuh

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   9

    𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮Seperti yang sudah di rencanakan, malam ini aku mengikuti Agra memasuki ruang rapat di dalam gedung nya. Ruang rapat tersebut sangat luas dan mewah. Lampu kristal besar menggantung di langit-langit, menerangi meja panjang di tengah ruangan. Sekitar enam orang sudah duduk di sana, wajah mereka serius dan penuh kewaspadaan.Begitu kami masuk, percakapan mereka langsung terhenti. Semua mata tertuju padaku.Aku menelan ludah, tapi tetap menjaga ekspresi datar. Tidak ingin terlihat gugup, meskipun suasananya begitu menekan.Agra berjalan santai ke kursinya di ujung meja, lalu duduk dengan tenang. Aku tetap berdiri di sampingnya, menunggu instruksi."Ini Calia," kata Agra, suaranya tegas. "Mulai sekarang, dia akan bekerja sebagai asistanku, tetapi hal ini harus dijaga dan dirahasiakan"Tak ada tepuk tangan atau sambutan hangat. Yang ada hanya tatapan penuh analisis, seolah mereka sedang menimbang apakah aku pantas berada di

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   10. Siapa Asisten mu?

    𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮Malam ini, kantor Agra lebih sunyi dari biasanya. Aku duduk di sofa, mendengarkan suaranya yang rendah tapi tajam, membahas kemungkinan adanya pengkhianat di Panthers. Baru beberapa hari aku bekerja sebagai asistennya, tapi aku sudah berada di tengah pusaran sesuatu yang besar dan berbahaya.Apakah Agra mempercayaiku, atau ini hanya ujian lain darinya?"Menurut informasi yang sudah ku berikan padamu. Siapa penghianat di antara Panthers?," tanyanya, matanya setajam bilah pisau.Aku menegang. Aku tidak bisa menebak secara asal-asalan. "Aku tidak bisa menebak dengan terburu-buru. aku butuh informasi lain nya. Apakah ada aktifitas yang tidak biasa akhir-akhir ini?" tanyaku. Agra menyandarkan punggungnya ke kursi, pikirannya jelas sedang bekerja. "Sejauh ini tidak ada yang mencurigakan. siapapun penghianat itu, dia bermain dengan sangat mulus"Tiba-tiba— BRAK! Pintu terbuka dengan kasar. Aku menoleh, dan jantungku serasa melompat keluar dari dadaku.Manda berdiri di ambang p

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   11

    𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮“Aku dan kau akan cari si pengkhianat itu.” Kata-kata Agra masih menggema di kepala saat aku duduk di dalam mobil, di kursi penumpang, memandangi jendela yang mulai buram oleh embun malam.Ada juga hal lain yang masih melekat di benakku adalah itunya Agra yang terlihat besar di balik celananya. Astaga. Hentikan. Mobil melaju pelan, menembus jalanan ibu kota yang mulai sepi. Lampu-lampu jalan terlihat seperti bayangan tak bernyawa yang cuma lewat begitu saja.Agra menyetir seperti biasa, diam dan penuh perhitungan. Tapi aku tahu di kepalanya, rencana sedang disusun rapi. Kami sudah diskusikan semuanya tadi—siapa yang akan jadi umpan, siapa yang akan mengawasi dari jauh, dan siapa yang mungkin bakal beraksi duluan. “Besok pagi kita mulai,” kata Agra singkat sebelum berhenti di depan gang kecil menuju apartemenku.Aku mengangguk. “Kamu yakin rencana ini bakal berhasil?”Dia menatapku sejenak. “Seratus persen, jika gagal. Kita masih punya rencana B dan C”Kalimat itu membua

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06
  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   12

    𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮Aku tidak tahu di mana tepatnya tempat ini. Tapi yang jelas... ini tidak terlihat seperti markas kriminal ataupun tempat penyiksaan. Mobil berhenti di depan sebuah mansion besar—lebih mirip istana kecil, dengan gerbang besi tinggi, taman yang terlalu rapi, dan pencahayaan yang hangat membuat semuanya terasa... berkelas."Ini... bukan tempat penyiksaan, kan?" aku nyeletuk tanpa sadar.Tristan hanya tersenyum kecil, lalu turun lebih dulu tanpa menjawab pertanyaan ku. Pintu mobil dibuka dari luar. Salah satu anak buahnya mengisyaratkan ku untuk turun. Aku mengikuti nya, walau dalam hati penuh dengan tanda tanya besar. Tanganku sudah tidak diikat, tapi tetap aja... situasi ini tidak masuk akal.Aku dibawa masuk melewati lorong besar, dindingnya dipenuhi lukisan dan lampu gantung kristal. Serius, ini tempat siapa? Bagus banget. Rumahnya Tristan? Sampai akhirnya aku dibawa ke sebuah kamar tamu super mewah. Di dalamnya terdapat kasur king size, jendela besar yang menghadap ke t

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06
  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   13

    𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮Jam tiga pagi.Angin dini hari menyambut wajahku saat mobil hitam yang mengantarku berhenti di depan apartemen kecilku. Aku turun perlahan, masih mengenakan gaun hitam mahal itu—belahan tinggi sampai paha, bahu terbuka, dan aroma parfum mahal yang bukan milikku masih melekat di kulit.Aku menatap pintu apartemenku lama sebelum akhirnya membuka. Begitu masuk, suasana sunyi langsung memelukku.Tapi kepalaku? Kacau.Bibirku masih terasa hangat. Sentuhan Tristan... ciumannya yang tiba-tiba dan terlalu intens untuk dibilang hanya gertakan.Apa yang dia pikirkan? Dan kenapa aku...Kenapa aku hanya diam ketika dia melakukannya?Ada satu hal yang pasti, yaitu Tristan mendekati ku untuk mengorek informasi tentang Agra secara halus. Startegi nya benar-benar bisa diprediksi dengan mudah dan tentu saja aku tidak akan berpihak kepada nya. Aku melepas sepatu hak tinggi dan berjalan pelan ke dapur. Baru saja ingin mengambil air minum, suara pintu belakang tiba-tiba terbuka.Aku membalik

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12

Bab terbaru

  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   15. Restoran Le Étoile

    𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮Mobil kami melaju pelan di belakang mobil Andre, menjaga jarak yang aman. Aku terus memperhatikan arah, memastikan tak kehilangan jejak. Hanya butuh beberapa menit sampai akhirnya mobil Andre berhenti di depan sebuah bangunan yang... well, membuat dompetku langsung meringis.Sebuah restoran mewah bintang lima, dengan lampu gantung kristal terlihat dari luar dan pelayan-pelayan berjas rapi menyambut para tamu.Aku menelan ludah. “Dia masuk ke sana.”Salah satu bodyguard-ku yang duduk di depan mengerutkan kening. “Restoran ini bukan tempat umum untuk kerja kelompok, apakah kamu serius?”Ups.“Iya aku serius. itu memang bukan... tempat biasa,” jawabku cepat. “Tapi kami... kerja kelompoknya beda. Ada tugas observasi soal layanan konsumen premium kelas atas. Dari kampus.”Kedua bodyguard saling pandang.“Tugas... observasi?”“Iya. Dan aku yang milih tempatnya. Nanti juga temanku datang,” tambahku, masih berakting untuk meyakinkan mereka berdua.Mereka masih terlihat ragu, tapi a

  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   14

    𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮Aku duduk di atas ranjang empuk berlapis seprai linen putih yang bahkan terlalu mewah untuk disentuh. Saking empuknya, rasanya seperti tenggelam ke dalam awan. Rumah Agra… lebih tepatnya mansion Agra, ini bukan rumah biasa. Ini istana. Lebih mewah daripada rumahnya Tristan. Serius. Dari marmer dingin di lantai, tangga melingkar dramatis di tengah ruangan, sampai jendela besar yang memperlihatkan taman belakang seukuran lapangan bola.Dan sekarang, tempat ini sepi. Agra entah pergi ke mana.Setelah kami tiba tadi pagi, dia hanya berkata pendek:"Jangan pergi sendirian. Kalau perlu ke luar, dua orang akan mengawalmu."Lalu… hilang. Menguap. Pergi entah ke mana tanpa menjelaskan satu hal pun, padahal aku ini asistennya. Seharusnya dia menjelaskan tapi ya sudahlah. Aku menarik napas panjang dan menjatuhkan tubuhku ke kasur. Mewah, iya. Tapi tanpa Agra, rumah ini terasa dingin dan terlalu sunyi meski banyak pembantu yang berkeliaran Ponselku bergetar di atas meja.Aku meraihn

  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   13

    𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮Jam tiga pagi.Angin dini hari menyambut wajahku saat mobil hitam yang mengantarku berhenti di depan apartemen kecilku. Aku turun perlahan, masih mengenakan gaun hitam mahal itu—belahan tinggi sampai paha, bahu terbuka, dan aroma parfum mahal yang bukan milikku masih melekat di kulit.Aku menatap pintu apartemenku lama sebelum akhirnya membuka. Begitu masuk, suasana sunyi langsung memelukku.Tapi kepalaku? Kacau.Bibirku masih terasa hangat. Sentuhan Tristan... ciumannya yang tiba-tiba dan terlalu intens untuk dibilang hanya gertakan.Apa yang dia pikirkan? Dan kenapa aku...Kenapa aku hanya diam ketika dia melakukannya?Ada satu hal yang pasti, yaitu Tristan mendekati ku untuk mengorek informasi tentang Agra secara halus. Startegi nya benar-benar bisa diprediksi dengan mudah dan tentu saja aku tidak akan berpihak kepada nya. Aku melepas sepatu hak tinggi dan berjalan pelan ke dapur. Baru saja ingin mengambil air minum, suara pintu belakang tiba-tiba terbuka.Aku membalik

  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   12

    𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮Aku tidak tahu di mana tepatnya tempat ini. Tapi yang jelas... ini tidak terlihat seperti markas kriminal ataupun tempat penyiksaan. Mobil berhenti di depan sebuah mansion besar—lebih mirip istana kecil, dengan gerbang besi tinggi, taman yang terlalu rapi, dan pencahayaan yang hangat membuat semuanya terasa... berkelas."Ini... bukan tempat penyiksaan, kan?" aku nyeletuk tanpa sadar.Tristan hanya tersenyum kecil, lalu turun lebih dulu tanpa menjawab pertanyaan ku. Pintu mobil dibuka dari luar. Salah satu anak buahnya mengisyaratkan ku untuk turun. Aku mengikuti nya, walau dalam hati penuh dengan tanda tanya besar. Tanganku sudah tidak diikat, tapi tetap aja... situasi ini tidak masuk akal.Aku dibawa masuk melewati lorong besar, dindingnya dipenuhi lukisan dan lampu gantung kristal. Serius, ini tempat siapa? Bagus banget. Rumahnya Tristan? Sampai akhirnya aku dibawa ke sebuah kamar tamu super mewah. Di dalamnya terdapat kasur king size, jendela besar yang menghadap ke t

  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   11

    𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮“Aku dan kau akan cari si pengkhianat itu.” Kata-kata Agra masih menggema di kepala saat aku duduk di dalam mobil, di kursi penumpang, memandangi jendela yang mulai buram oleh embun malam.Ada juga hal lain yang masih melekat di benakku adalah itunya Agra yang terlihat besar di balik celananya. Astaga. Hentikan. Mobil melaju pelan, menembus jalanan ibu kota yang mulai sepi. Lampu-lampu jalan terlihat seperti bayangan tak bernyawa yang cuma lewat begitu saja.Agra menyetir seperti biasa, diam dan penuh perhitungan. Tapi aku tahu di kepalanya, rencana sedang disusun rapi. Kami sudah diskusikan semuanya tadi—siapa yang akan jadi umpan, siapa yang akan mengawasi dari jauh, dan siapa yang mungkin bakal beraksi duluan. “Besok pagi kita mulai,” kata Agra singkat sebelum berhenti di depan gang kecil menuju apartemenku.Aku mengangguk. “Kamu yakin rencana ini bakal berhasil?”Dia menatapku sejenak. “Seratus persen, jika gagal. Kita masih punya rencana B dan C”Kalimat itu membua

  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   10. Siapa Asisten mu?

    𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮Malam ini, kantor Agra lebih sunyi dari biasanya. Aku duduk di sofa, mendengarkan suaranya yang rendah tapi tajam, membahas kemungkinan adanya pengkhianat di Panthers. Baru beberapa hari aku bekerja sebagai asistennya, tapi aku sudah berada di tengah pusaran sesuatu yang besar dan berbahaya.Apakah Agra mempercayaiku, atau ini hanya ujian lain darinya?"Menurut informasi yang sudah ku berikan padamu. Siapa penghianat di antara Panthers?," tanyanya, matanya setajam bilah pisau.Aku menegang. Aku tidak bisa menebak secara asal-asalan. "Aku tidak bisa menebak dengan terburu-buru. aku butuh informasi lain nya. Apakah ada aktifitas yang tidak biasa akhir-akhir ini?" tanyaku. Agra menyandarkan punggungnya ke kursi, pikirannya jelas sedang bekerja. "Sejauh ini tidak ada yang mencurigakan. siapapun penghianat itu, dia bermain dengan sangat mulus"Tiba-tiba— BRAK! Pintu terbuka dengan kasar. Aku menoleh, dan jantungku serasa melompat keluar dari dadaku.Manda berdiri di ambang p

  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   9

    𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮Seperti yang sudah di rencanakan, malam ini aku mengikuti Agra memasuki ruang rapat di dalam gedung nya. Ruang rapat tersebut sangat luas dan mewah. Lampu kristal besar menggantung di langit-langit, menerangi meja panjang di tengah ruangan. Sekitar enam orang sudah duduk di sana, wajah mereka serius dan penuh kewaspadaan.Begitu kami masuk, percakapan mereka langsung terhenti. Semua mata tertuju padaku.Aku menelan ludah, tapi tetap menjaga ekspresi datar. Tidak ingin terlihat gugup, meskipun suasananya begitu menekan.Agra berjalan santai ke kursinya di ujung meja, lalu duduk dengan tenang. Aku tetap berdiri di sampingnya, menunggu instruksi."Ini Calia," kata Agra, suaranya tegas. "Mulai sekarang, dia akan bekerja sebagai asistanku, tetapi hal ini harus dijaga dan dirahasiakan"Tak ada tepuk tangan atau sambutan hangat. Yang ada hanya tatapan penuh analisis, seolah mereka sedang menimbang apakah aku pantas berada di

  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   8

    𝗖𝗮𝗹𝗶𝗮 Aku menatap kontrak di tanganku, mata masih terpaku pada salah satu poin yang barusan kubaca. 'Dilarang jatuh cinta pada Agra.' Memangnya aku akan jatuh cinta dengan nya? Aku hanya mendekati nya karena Manda, tidak lebih. Konyol. Benar-benar konyol. Aku mengangkat wajahku, melotot ke arahnya. "Kau serius?" Agra menyilangkan tangan di dada, ekspresinya tetap tenang. "Kau pasti sudah menyadari jika aku adalah pemimpin Panthers. Sebelum tanda tangan. . . baca baik-baik kesepakatan itu." Tentu saja aku tahu siapa dia dan tentu saja aku tidak sebodoh itu untuk mengabaikan sesuatu yang aneh dalam kontrak ini. Tapi tetap saja . . . ini benar-benar tidak masuk akal. Aku kembali menunduk, membaca ulang kalimatnya untuk memastikan aku tidak salah lihat. Tidak ada yang berubah. Masih sama. Masih sama gilanya. Satu bulan. Hanya satu bulan kesempatan ku untuk mendekati nya. Aku menggigit bibir, lalu menatap Agra dengan tatapan penuh arti. "Bagaimana kalau justru kau yang jatuh

  • Menggoda Kekasih Ibu Tiri   7.

    𝗔𝗴𝗿𝗮 Bau mesiu masih menggantung di udara. Aku melepaskan napas pelan, menurunkan pistol dengan gerakan santai. Tubuh pria itu tergeletak tak bernyawa di lantai, darahnya mulai menggenang di bawah kepalanya. Gudang ini sunyi kecuali suara langkah kaki para anak buahku yang mulai merapikan sisa kekacauan. Mataku beralih ke Calia. Dia masih berdiri di tempatnya, tubuhnya menegang, matanya lekat menatap mayat di lantai. Aku memperhatikan bagaimana jemarinya sedikit gemetar di sisi tubuhnya, meski wajahnya berusaha tetap tanpa ekspresi. "Jangan menatap terlalu lama," suaraku rendah, nyaris seperti bisikan. "Kau akan terbiasa lebih cepat dari yang kau kira." Calia menoleh ke arahku, dan aku melihat sesuatu di matanya—bukan ketakutan, tapi sesuatu yang lain. Sesuatu yang belum bisa kupahami sepenuhnya. Aku menyimpan pistolku, lalu berjalan melewatinya, memberi isyarat agar dia mengikutiku. "Kita selesai di sini." Tanpa banyak bicara, kami meninggalkan gudang dan mengantar nya ke

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status