Bastian dan Sierra duduk bersama di ruang makan setelah Sierra mandi dan mengganti bajunya. Sementara Bastian pun akhirnya meminta Tory membawakan bajunya dan mandi di rumah Sierra. Bastian memang belum berniat pergi dari rumah itu karena mereka tertangkap basah sedang berciuman tadi dan Bastian merasa harus menjelaskan semuanya. Namun, Lidya yang kaget tadi terlalu sibuk membawa Julio pergi dan hanya menyuruh Bastian serta Sierra segera bersiap dan berkumpul di ruang makan. Dan di sinilah mereka, Sierra duduk dengan canggung sambil sesekali melirik Lidya yang sedang asik makan itu sedangkan Bastian malah bersikap biasa saja. "Mengapa kau tidak makan, Sierra? Ayo makanlah, Bastian juga makan kan!" ajak Lidya. Namun, sungguh Sierra tidak bisa makan karena terlalu tegang. Sementara Bastian hanya melirik Lidya dengan sedikit sungkan, namun ia sama sekali tidak menyesali apa pun, bahkan berniat bertanggung jawab kalau memang Lidya memintanya. Bastian pun tetap makan bersama Tory d
"Kau benar-benar sinting, Bastian! Bisa-bisanya kau bilang pada Ibu kalau kita sudah berciuman dan tidur bersama!" Sierra terus mengomel tanpa henti saat mereka sudah berjalan bersama menuju ke ruang kerja Sierra di perusahaan wanita itu. "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, Sierra.""Aku tahu! Tapi kau tidak harus sevulgar itu kan?" Sierra mendesis kesal. "Hei, ibumu harus tahu apa yang terjadi pada anaknya, Sayang. Apalagi dengan masa laluku yang bertabur wanita. Apa kau pikir seorang ibu akan menyerahkan anaknya begitu saja padaku kalau aku tidak menunjukkan ketulusanku? Ketulusan itu termasuk kejujuran, Sierra.""Ck, yang benar saja, Bastian! Kau mau bersikap seolah kau adalah pria baik-baik sekarang, hmm?" Bastian terdiam mendengarnya dan ia pun hanya mengikuti Sierra yang sudah berjalan cepat kembali ke ruang kerjanya sendiri. "Sayang ...," panggil Bastian saat Bastian sudah menyusul Sierra ke dalam ruangannya. "Tidakkah kau merasa aku berubah?" tanya Bastian serius. Sie
Sierra kembali mengacak-acak lemarinya malam itu hanya untuk mencari gaun santai untuk malam malam dengan Bastian. "Astaga, aku harus memakai gaun apa? Bastian memintaku berdandan, aku harus tampil cantik. Bukankah di restoran biasanya akan banyak wanita cantik? Aku tidak mau Bastian melirik wanita lain karena aku kalah cantik," gumam Sierra begitu saja. Namun, sedetik setelah ia mengatakannya, mendadak Sierra pun terdiam. Sungguh, dulu ia tidak seperti ini. Ia tidak pernah terlalu konsen memilih gaun seperti saat ini. "Ya ampun, Sierra! Kau mulai berlebihan! Ini bukan pertama kalinya kau makan malam dengan Bastian kan? Dan biasanya kau juga tidak seheboh ini!" Sierra pun terdiam sejenak sambil mengembuskan napas panjangnya. Untuk sesaat, ia tersenyum dengan perasaan yang bahagia. Bahkan sampai detik ini, ia masih tidak menyangka hubungannya dengan Bastian akan sampai pada tahap ini. Baiklah, memang hubungannya dengan Bastian tidak pernah jelas. Tidak pernah ada kata-kata forma
Bastian disambut dengan tawa sumringah saat ia sampai ke rumah Sierra.Dan yang paling antusias menyambutnya tentu saja Julio. "Uncle!" Julio langsung berlari dan melompat ke gendongan Bastian. Hap!"Wow, kau sudah berat, Jagoan! Anak laki-laki tidak boleh sering-sering digendong!""Hehe!" Julio hanya terkekeh mendengarnya. Bastian sendiri ikut tersenyum karena ia menyukai kedekatan ini, berbaur dengan keluarga Sierra, calon keluarganya juga. "Baiklah, untuk kali ini tidak apa karena kita sudah lama tidak bertemu.""Hehe, ayo masuk, Uncle! Kita main ya ....""Main apa, Sayang? Uncle datang untuk menjemput Aunty," sahut Bastian sambil melangkah duduk di kursi di ruang tamu dengan Julio yang tetap ada di dalam gendongannya. "Uncle mau ke mana sama Aunty?""Mau mengajak Aunty makan malam.""Eh, Julio mau ikut, Uncle ...," rajuk Julio. "Hei, Julio mau ikut?""Mau ...."Bastian terdiam mendengarnya. Walaupun Bastian berencana mengajak Sierra ke tempat yang romantis berdua saja, tapi b
Bastian menghentikan mobilnya di parkiran sebuah restoran dan mengajak Sierra masuk ke dalam. "Ayo, Sayang!" Bastian memeluk mesra pinggang Sierra dan mereka pun melangkah ke sebuah ruang VIP di lantai dua yang sudah dipesan oleh Bastian. Sebuah ruangan yang begitu sempurna untuk candle light dinner. "Astaga, gelap sekali di sini!""Ini romantis, Sayang..Duduklah!" Bastian menarik kursi untuk Sierra dan mendaratkan bibir di puncak kepala Sierra, sebelum ia sendiri melangkah dan duduk di kursi di hadapan Sierra. "Kau menyukai tempatnya, Sayang?""Hmm, tempat ini indah sekali! Ada balkonnya juga." Sierra menoleh ke arah balkon yang langsung bisa melihat ke bawah, ke arah meja kursi yang disusun di bagian outdoor restoran. "Nanti setelah makan, aku akan mengajakmu berkeliling.""Memangnya ada yang bisa dilihat dari restoran ini?""Haha, di belakang restoran ada kolam ikan. Cukup indah. Nanti aku akan membawamu ke sana.""Benarkah? Aku sudah tidak sabar.""Nanti, Sayang! Nanti! Aku m
Jantung Sierra yang tadinya sudah berdebar kencang rasanya berdebar makin tidak karuan. Pria yang ia cintai meminta Sierra menjadi kekasihnya. Tentu saja ia juga mencintai Bastian dan ingin menjadi kekasihnya, namun mengapa rasanya ada yang masih mengganjal dan membuatnya tidak yakin. Bastian yang menunggu jawaban Sierra pun menjadi ikut tegang. Sumpah ini adalah pertama kalinya Bastian melakukannya, meminta seorang wanita menjadi kekasihnya, bukan kekasih satu malam tapi selamanya. "Sierra, Sayang ... apa yang sedang kau pikirkan, Sierra? Jangan berpikir untuk menolakku!" ancam Bastian lembut. "Bastian ...." "Hmm? Jawab iya, Sayang!""Bastian ....""Ya, Sayang! Jawab iya atau aku akan menikahimu malam ini juga! Aku sudah bersabar dengan menjadi kekasih dulu, tapi kalau kau tidak mau, maka aku akan mendobrak pintu rumah pemuka agama dan memaksanya untuk menikahkan kita! Aku tidak main-main! Terserah kau mau cara cepat atau cara lama!" ancam Bastian lagi bersungguh-sungguh. Dan
Bastian menghentikan mobilnya di depan rumah Sierra malam itu. Kencan telah usai dan saatnya mereka berpisah malam itu, tapi keduanya masih begitu enggan. "Hmm, baiklah, aku masuk dulu ... sampai berjumpa besok di lokasi proyek!" seru Sierra akhirnya setelah mereka terdiam cukup lama. Sierra pun mengangkat tangannya dan segera membuka sabuk pengamannya. Namun saat Sierra akan keluar, Bastian malah mengunci pintunya. Klek!Sierra tersentak kaget melihatnya dan langsung menoleh. "Apa ini? Mengapa malah dikunci? Aku mau keluar!""Haha, belum, Sayang. Aku belum rela berpisah denganmu ...." Bastian sendiri sudah melepaskan sabuk pengamannya dan mencondongkan tubuhnya mendekati Sierra. "Kau apa?""Belum rela berpisah denganmu, Sayang. Menyebalkan sekali rasanya harus berpisah di malam hari seperti ini, saat seharusnya kita bisa masuk ke kamar bersama, saling berbagi kehangatan, dan tidur berpelukan sampai pagi. Aku menginginkannya, Sierra ...," bisik Bastian di depan wajah Sierra. "B
Bastian memperkenalkan dirinya pada Marco dan Marco pun langsung tercengang mendengarnya. Bukan hanya Marco, tapi Sierra juga sudah menahan napasnya melihat ekspresi Marco. Bukannya Sierra takut ketahuan, hanya saja selama ini Sierra tidak pernah menceritakan detail tentang Bastian pada Marco. Walaupun Sierra punya alasan tidak menceritakannya. Sierra juga tidak tahu kalau hubungan mereka akan berkembang seperti ini karena awalnya ia berencana tidak saling mengenal dengan Bastian. Sierra pun mengembuskan napas panjang dan tersenyum canggung menatap Marco. "Hmm, ini anak Pak Jacob, Pak Marco. Bastian," tegas Sierra. Marco pun menatap Sierra dan mengangguk. Untuk sesaat, suasana hening dengan pikiran masing-masing, sebelum akhirnya Marco yang tadinya tercengang pun akhirnya bisa tersenyum. "Wow, baiklah! Sebastian Sagala, akhirnya aku bisa bertemu denganmu secara langsung, Pak Bastian!""Tentu saja aku merasa familiar karena memang aku pernah melihatmu sebelumnya, kau cukup ter