Bastian disambut dengan tawa sumringah saat ia sampai ke rumah Sierra.Dan yang paling antusias menyambutnya tentu saja Julio. "Uncle!" Julio langsung berlari dan melompat ke gendongan Bastian. Hap!"Wow, kau sudah berat, Jagoan! Anak laki-laki tidak boleh sering-sering digendong!""Hehe!" Julio hanya terkekeh mendengarnya. Bastian sendiri ikut tersenyum karena ia menyukai kedekatan ini, berbaur dengan keluarga Sierra, calon keluarganya juga. "Baiklah, untuk kali ini tidak apa karena kita sudah lama tidak bertemu.""Hehe, ayo masuk, Uncle! Kita main ya ....""Main apa, Sayang? Uncle datang untuk menjemput Aunty," sahut Bastian sambil melangkah duduk di kursi di ruang tamu dengan Julio yang tetap ada di dalam gendongannya. "Uncle mau ke mana sama Aunty?""Mau mengajak Aunty makan malam.""Eh, Julio mau ikut, Uncle ...," rajuk Julio. "Hei, Julio mau ikut?""Mau ...."Bastian terdiam mendengarnya. Walaupun Bastian berencana mengajak Sierra ke tempat yang romantis berdua saja, tapi b
Bastian menghentikan mobilnya di parkiran sebuah restoran dan mengajak Sierra masuk ke dalam. "Ayo, Sayang!" Bastian memeluk mesra pinggang Sierra dan mereka pun melangkah ke sebuah ruang VIP di lantai dua yang sudah dipesan oleh Bastian. Sebuah ruangan yang begitu sempurna untuk candle light dinner. "Astaga, gelap sekali di sini!""Ini romantis, Sayang..Duduklah!" Bastian menarik kursi untuk Sierra dan mendaratkan bibir di puncak kepala Sierra, sebelum ia sendiri melangkah dan duduk di kursi di hadapan Sierra. "Kau menyukai tempatnya, Sayang?""Hmm, tempat ini indah sekali! Ada balkonnya juga." Sierra menoleh ke arah balkon yang langsung bisa melihat ke bawah, ke arah meja kursi yang disusun di bagian outdoor restoran. "Nanti setelah makan, aku akan mengajakmu berkeliling.""Memangnya ada yang bisa dilihat dari restoran ini?""Haha, di belakang restoran ada kolam ikan. Cukup indah. Nanti aku akan membawamu ke sana.""Benarkah? Aku sudah tidak sabar.""Nanti, Sayang! Nanti! Aku m
Jantung Sierra yang tadinya sudah berdebar kencang rasanya berdebar makin tidak karuan. Pria yang ia cintai meminta Sierra menjadi kekasihnya. Tentu saja ia juga mencintai Bastian dan ingin menjadi kekasihnya, namun mengapa rasanya ada yang masih mengganjal dan membuatnya tidak yakin. Bastian yang menunggu jawaban Sierra pun menjadi ikut tegang. Sumpah ini adalah pertama kalinya Bastian melakukannya, meminta seorang wanita menjadi kekasihnya, bukan kekasih satu malam tapi selamanya. "Sierra, Sayang ... apa yang sedang kau pikirkan, Sierra? Jangan berpikir untuk menolakku!" ancam Bastian lembut. "Bastian ...." "Hmm? Jawab iya, Sayang!""Bastian ....""Ya, Sayang! Jawab iya atau aku akan menikahimu malam ini juga! Aku sudah bersabar dengan menjadi kekasih dulu, tapi kalau kau tidak mau, maka aku akan mendobrak pintu rumah pemuka agama dan memaksanya untuk menikahkan kita! Aku tidak main-main! Terserah kau mau cara cepat atau cara lama!" ancam Bastian lagi bersungguh-sungguh. Dan
Bastian menghentikan mobilnya di depan rumah Sierra malam itu. Kencan telah usai dan saatnya mereka berpisah malam itu, tapi keduanya masih begitu enggan. "Hmm, baiklah, aku masuk dulu ... sampai berjumpa besok di lokasi proyek!" seru Sierra akhirnya setelah mereka terdiam cukup lama. Sierra pun mengangkat tangannya dan segera membuka sabuk pengamannya. Namun saat Sierra akan keluar, Bastian malah mengunci pintunya. Klek!Sierra tersentak kaget melihatnya dan langsung menoleh. "Apa ini? Mengapa malah dikunci? Aku mau keluar!""Haha, belum, Sayang. Aku belum rela berpisah denganmu ...." Bastian sendiri sudah melepaskan sabuk pengamannya dan mencondongkan tubuhnya mendekati Sierra. "Kau apa?""Belum rela berpisah denganmu, Sayang. Menyebalkan sekali rasanya harus berpisah di malam hari seperti ini, saat seharusnya kita bisa masuk ke kamar bersama, saling berbagi kehangatan, dan tidur berpelukan sampai pagi. Aku menginginkannya, Sierra ...," bisik Bastian di depan wajah Sierra. "B
Bastian memperkenalkan dirinya pada Marco dan Marco pun langsung tercengang mendengarnya. Bukan hanya Marco, tapi Sierra juga sudah menahan napasnya melihat ekspresi Marco. Bukannya Sierra takut ketahuan, hanya saja selama ini Sierra tidak pernah menceritakan detail tentang Bastian pada Marco. Walaupun Sierra punya alasan tidak menceritakannya. Sierra juga tidak tahu kalau hubungan mereka akan berkembang seperti ini karena awalnya ia berencana tidak saling mengenal dengan Bastian. Sierra pun mengembuskan napas panjang dan tersenyum canggung menatap Marco. "Hmm, ini anak Pak Jacob, Pak Marco. Bastian," tegas Sierra. Marco pun menatap Sierra dan mengangguk. Untuk sesaat, suasana hening dengan pikiran masing-masing, sebelum akhirnya Marco yang tadinya tercengang pun akhirnya bisa tersenyum. "Wow, baiklah! Sebastian Sagala, akhirnya aku bisa bertemu denganmu secara langsung, Pak Bastian!""Tentu saja aku merasa familiar karena memang aku pernah melihatmu sebelumnya, kau cukup ter
"Apa yang kalian bicarakan begitu lama, Bastian? Mengapa kau baru kembali sekarang?"Sierra menarik lengan Bastian saat pria itu masuk ke ruang kerjanya. "Kami hanya membicarakan bisnis, Sayang." "Tidak mungkin hanya bisnis kan? Kalian tidak membicarakan tentang aku kan?" "Haha, kau percaya diri sekali dan sangat kepo!" "Aku serius, Bastian!" "Aku juga serius, Sayang. Sungguh kami hanya membicarakan bisnis, Sierra. Dan sisanya hanya pembicaraan biasa antar pria."Sierra yang mendengarnya pun mengembuskan napas panjangnya dengan kecewa. Entah apa yang Bastian bicarakan dengan Marco sampai Bastian harus menyembunyikannya seperti ini. "Baiklah, terserah kalau kau tidak mau menceritakannya!" Mendadak Sierra ngambek sampai Bastian tertawa gemas melihatnya. Bastian pun mendadak meraih Sierra ke dalam gendongannya sampai Sierra memekik kaget. "Bastian, kau itu apa-apaan? Kita sedang di kantor! Turunkan aku!" "Tidak mau, Sayang! Lagipula tidak akan ada yang masuk ke sini!" "Tapi Ba
"Selamat malam semuanya!"Valdo akhirnya tiba di rumah Sierra keesokan malamnya. Keluarga Sierra pun begitu senang bertemu Valdo lagi setelah Valdo pergi cukup lama ke luar negeri. "Selamat malam, Valdo! Tante merindukanmu!" Lidya menghampiri dan memeluk Valdo. "Selamat malam, Tante!" "Uncle!" Tiba-tiba Julio memekik dan ikut memeluk Valdo. "Halo, Jagoan! Haha!" Valdo pun memeluk Julio dengan sayang, sebelum ia menggendongnya. "Hai, Valdo!" sapa Sierra. Valdo pun menatap Sierra dengan tatapan hangatnya yang biasa sebelum ia tersenyum hangat. "Hai, Sierra! Aku merindukan semuanya seperti aku merindukan keluargaku sendiri. Haha!"Valdo juga menghampiri Rosella yang sedang duduk di sofa lalu menyapanya dengan sopan. Rosella pun hanya mengikuti Valdo dengan tatapannya, namun wanita itu tetap tidak bicara. "Tante, Sierra, aku membawa beberapa oleh-oleh, semoga kalian menyukainya!" Valdo mengeluarkan banyak oleh-oleh dari Singapore, mulai dari baju, tas, sampai gantungan kunci. D
"Ayo duduk semuanya! Hari ini Tante sengaja membuat masakan spesial untuk kalian!" Lidya sengaja mengundang Bastian dan Valdo sekaligus besok malamnya dengan modus malam keakraban. Padahal sebenarnya Lidya ingin mendekatkan Valdo dan Bastian yang awalnya bertikai memperebutkan Sierra. Lidya tahu bahwa Bastian adalah tipe yang lebih ngotot, sedangkan Valdo adalah tipe yang mengalah. Namun dalam hal ini, Valdo sudah melakukan hal yang benar karena memaksakan cinta pada wanita yang sudah jelas tidak mencintainya sama sekali tidak akan membawa kebahagiaan untuk siapa pun. Lidya sendiri menyukai keduanya dan siapa pun pilihan Sierra akan Lidya dukung. Bastian pun melirik Valdo singkat sebelum ia duduk di meja makan, tepat di samping Sierra. Sedangkan Valdo sendiri memilih duduk di samping Julio, menemani anak itu. Rosella dan Lidya pun menempati posisi mereka masing-masing dan Lidya pun tidak tidak berhenti tersenyum malam itu. "Tante senang sekali. Ini pertama kalinya Bastian jug