"Apa yang kalian bicarakan begitu lama, Bastian? Mengapa kau baru kembali sekarang?"Sierra menarik lengan Bastian saat pria itu masuk ke ruang kerjanya. "Kami hanya membicarakan bisnis, Sayang." "Tidak mungkin hanya bisnis kan? Kalian tidak membicarakan tentang aku kan?" "Haha, kau percaya diri sekali dan sangat kepo!" "Aku serius, Bastian!" "Aku juga serius, Sayang. Sungguh kami hanya membicarakan bisnis, Sierra. Dan sisanya hanya pembicaraan biasa antar pria."Sierra yang mendengarnya pun mengembuskan napas panjangnya dengan kecewa. Entah apa yang Bastian bicarakan dengan Marco sampai Bastian harus menyembunyikannya seperti ini. "Baiklah, terserah kalau kau tidak mau menceritakannya!" Mendadak Sierra ngambek sampai Bastian tertawa gemas melihatnya. Bastian pun mendadak meraih Sierra ke dalam gendongannya sampai Sierra memekik kaget. "Bastian, kau itu apa-apaan? Kita sedang di kantor! Turunkan aku!" "Tidak mau, Sayang! Lagipula tidak akan ada yang masuk ke sini!" "Tapi Ba
"Selamat malam semuanya!"Valdo akhirnya tiba di rumah Sierra keesokan malamnya. Keluarga Sierra pun begitu senang bertemu Valdo lagi setelah Valdo pergi cukup lama ke luar negeri. "Selamat malam, Valdo! Tante merindukanmu!" Lidya menghampiri dan memeluk Valdo. "Selamat malam, Tante!" "Uncle!" Tiba-tiba Julio memekik dan ikut memeluk Valdo. "Halo, Jagoan! Haha!" Valdo pun memeluk Julio dengan sayang, sebelum ia menggendongnya. "Hai, Valdo!" sapa Sierra. Valdo pun menatap Sierra dengan tatapan hangatnya yang biasa sebelum ia tersenyum hangat. "Hai, Sierra! Aku merindukan semuanya seperti aku merindukan keluargaku sendiri. Haha!"Valdo juga menghampiri Rosella yang sedang duduk di sofa lalu menyapanya dengan sopan. Rosella pun hanya mengikuti Valdo dengan tatapannya, namun wanita itu tetap tidak bicara. "Tante, Sierra, aku membawa beberapa oleh-oleh, semoga kalian menyukainya!" Valdo mengeluarkan banyak oleh-oleh dari Singapore, mulai dari baju, tas, sampai gantungan kunci. D
"Ayo duduk semuanya! Hari ini Tante sengaja membuat masakan spesial untuk kalian!" Lidya sengaja mengundang Bastian dan Valdo sekaligus besok malamnya dengan modus malam keakraban. Padahal sebenarnya Lidya ingin mendekatkan Valdo dan Bastian yang awalnya bertikai memperebutkan Sierra. Lidya tahu bahwa Bastian adalah tipe yang lebih ngotot, sedangkan Valdo adalah tipe yang mengalah. Namun dalam hal ini, Valdo sudah melakukan hal yang benar karena memaksakan cinta pada wanita yang sudah jelas tidak mencintainya sama sekali tidak akan membawa kebahagiaan untuk siapa pun. Lidya sendiri menyukai keduanya dan siapa pun pilihan Sierra akan Lidya dukung. Bastian pun melirik Valdo singkat sebelum ia duduk di meja makan, tepat di samping Sierra. Sedangkan Valdo sendiri memilih duduk di samping Julio, menemani anak itu. Rosella dan Lidya pun menempati posisi mereka masing-masing dan Lidya pun tidak tidak berhenti tersenyum malam itu. "Tante senang sekali. Ini pertama kalinya Bastian jug
Hari Minggu, sekarang menjadi hari yang menyenangkan bagi Sierra karena sejak ia bersama Bastian, Bastian akan selalu menghabiskan hari Minggunya bersama keluarga Sierra. Seperti pagi itu. Bastian dan Tory sudah datang pagi-pagi sekali membawakan sarapan untuk keluarga Sierra. "Selamat pagi, Tante!" sapa Bastian begitu ia keluar dari mobilnya. "Selamat pagi, Bu Lidya!" sapa Tory juga yang menyusul keluar setelah memarkir mobilnya. "Bastian, Tory, selamat pagi! Tante sedang mengajak Rosella dan Julio berjemur," sapa Lidya yang memang sedang menggandeng Rosella di depan rumah dan Julio terlihat berlarian di sana. "Hai, Uncle!" sapa Julio sumringah. "Hai, Jagoan!" Bastian membelai ringan kepala Julio, sebelum ia mengangkat kresek berisi kotak bubur, menunjukkannya kepada Lidya. "Aku membawakan bubur untuk sarapan, Tante.""Wah, terima kasih ya! Ayo masuklah, Bastian, Tory!""Terima kasih, Tante! Uncle masuk dulu, Julio!"Julio mengangguk dan Bastian pun langsung masuk ke rumah sem
Jonathan menghentikan mobilnya di depan rumah keluarga Sierra pagi itu. Ia baru saja tiba dari luar negeri kemarin malam, namun pagi ini ia langsung mengunjungi Rosella. Bahkan ia tidak memberitahu Bastian tentang kepulangannya. Jonathan pun terus tersenyum saat mengetuk pintu rumah Sierra dan Bik Ita yang mendengarnya pun bergegas membukakan pintu. Sementara di dalam rumah sendiri, semua orang sudah menyelesaikan sarapannya dan sedang mengobrol bersama di ruang keluraga. Dan kehadiran Jonathan tentu saja meramaikan rumah yang memang sudah ramai karena kehadiran Bastian dan Tory itu. "Selamat pagi semuanya!" sapa Jonathan sambil tertawa sumringah begitu ia masuk ke dalam rumah. Tangan Jonathan pun menenteng beberapa paper box berisi oleh-oleh untuk Rosella dan keluarganya. "Eh, Uncle Jo!" pekik Julio yang begitu senang melihat Jonathan. Julio yang tadinya masih bermain bersama Tory pun langsung berlari menyambut Jonathan lalu memeluknya erat. Jonathan sendiri pun langsung ber
"Benarkah itu, Bastian? Jujurlah padaku, Bastian! Mengapa kau harus menyembunyikannya?"Sierra membawa Bastian ke kamarnya dan terus mendesak Bastian setelah semua orang di rumah pergi. Tory pergi mengantar Lidya, Rosella, dan Julio pergi ke toko roti yang tetap buka di hari Minggu. Sedangkan Jonathan sendiri akhirnya pulang setelah melakukan sedikit terapi pada Rosella. "Aku tidak menyembunyikan apa pun, Sayang.""Aku mendengarnya tadi, Bastian. Aku mendengar kalau kau yang memaksa Jonathan untuk datang ke sini dan memeriksa Rosella kan, Bastian? Katakan padaku, Bastian!" Sierra sudah memegangi lengan Bastian dan menatapnya penuh harap. Bastian sendiri terdiam karena tidak menyangka semua akan terbongkar begitu saja. Sebenarnya tidak masalah kalau Sierra mengetahuinya, hanya saja, Bastian tidak mau Sierra merasa berhutang budi atau malah tidak nyaman karena Bastian ikut campur tanpa diminta. Bahkan Bastian tidak pernah menceritakan secara lengkap apa yang sudah ia lakukan untuk
"Halo, Bik Mala, bagaimana kabar di sana?""Bastian, semua baik di sini, si kecil sangat merindukanmu dan si tua juga. Setiap hari, si tua menanyakanmu tapi dia tidak mau meneleponmu.""Haha, benarkah? Biarkan saja, memang dia seperti itu! Mana Lalita? Aku merindukannya.""Sebentar ya! Lalita, Uncle Bastian menelepon, Sayang! Kemarilah!"Bik Mala terlihat memanggil Lalita dan anak itu pun begitu antusias mendengar nama Bastian yang meneleponnya. Bastian sendiri menunggu dengan sabar di panggilan video callnya sampai akhirnya wajah cantik itu muncul dengan tawa sumringahnya. "Uncle!" Lalita memekik senang melihat Bastian dan tertawa begitu lebar. Sejak kehidupan mereka membaik, kondisi Lalita pun membaik. Lalita mendapat kasih sayang dari semua orang bahkan dari Grandpanya. Tidak ada lagi yang sinis dan membenci Lalita, malahan semua orang tersenyum dan menyapanya dengan ramah. Lalita pun lebih banyak tertawa dan suaranya mulai terdengar memenuhi rumah, seperti yang selama ini Sie
"Aku sudah di sini, Sierra. Beberapa hari ini aku di rumah Pak Jacob dari pagi sampai malam, ada banyak hal yang harus kami urus bersama," kata Valdo di telepon pagi itu. "Ah, baguslah! Aku sudah dalam perjalanan ke sana dan semoga saja kau masih ada di sana saat kami tiba nanti," sahut Sierra penuh harap. Beberapa hari berlalu dan Sierra pun sudah meminta ijin cuti pada Marco sekaligus mengatur semua pekerjaannya di Harrison Group. Bastian dan Sierra pun bermaksud kembali ke kota asalnya untuk menemui Jacob dan pagi ini, mereka sudah dalam perjalanan pulang ke rumah Jacob, sementara Tory sudah kembali duluan kemarin. Sierra sengaja tidak membawa siapa pun dalam perjalanannya kali ini, hanya ia dan Bastian, karena ia ingin memastikan respon Jacob dulu sebelum mempertemukannya dengan Lidya agar ibunya itu tidak merasa takut nanti. Sierra juga sudah menceritakan semua rencananya pada Valdo, sahabatnya, sekaligus orang yang sudah membuat Sierra tetap waras selama bekerja untuk Jacob