"Kau benar-benar sinting, Bastian! Bisa-bisanya kau bilang pada Ibu kalau kita sudah berciuman dan tidur bersama!" Sierra terus mengomel tanpa henti saat mereka sudah berjalan bersama menuju ke ruang kerja Sierra di perusahaan wanita itu. "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, Sierra.""Aku tahu! Tapi kau tidak harus sevulgar itu kan?" Sierra mendesis kesal. "Hei, ibumu harus tahu apa yang terjadi pada anaknya, Sayang. Apalagi dengan masa laluku yang bertabur wanita. Apa kau pikir seorang ibu akan menyerahkan anaknya begitu saja padaku kalau aku tidak menunjukkan ketulusanku? Ketulusan itu termasuk kejujuran, Sierra.""Ck, yang benar saja, Bastian! Kau mau bersikap seolah kau adalah pria baik-baik sekarang, hmm?" Bastian terdiam mendengarnya dan ia pun hanya mengikuti Sierra yang sudah berjalan cepat kembali ke ruang kerjanya sendiri. "Sayang ...," panggil Bastian saat Bastian sudah menyusul Sierra ke dalam ruangannya. "Tidakkah kau merasa aku berubah?" tanya Bastian serius. Sie
Sierra kembali mengacak-acak lemarinya malam itu hanya untuk mencari gaun santai untuk malam malam dengan Bastian. "Astaga, aku harus memakai gaun apa? Bastian memintaku berdandan, aku harus tampil cantik. Bukankah di restoran biasanya akan banyak wanita cantik? Aku tidak mau Bastian melirik wanita lain karena aku kalah cantik," gumam Sierra begitu saja. Namun, sedetik setelah ia mengatakannya, mendadak Sierra pun terdiam. Sungguh, dulu ia tidak seperti ini. Ia tidak pernah terlalu konsen memilih gaun seperti saat ini. "Ya ampun, Sierra! Kau mulai berlebihan! Ini bukan pertama kalinya kau makan malam dengan Bastian kan? Dan biasanya kau juga tidak seheboh ini!" Sierra pun terdiam sejenak sambil mengembuskan napas panjangnya. Untuk sesaat, ia tersenyum dengan perasaan yang bahagia. Bahkan sampai detik ini, ia masih tidak menyangka hubungannya dengan Bastian akan sampai pada tahap ini. Baiklah, memang hubungannya dengan Bastian tidak pernah jelas. Tidak pernah ada kata-kata forma
Bastian disambut dengan tawa sumringah saat ia sampai ke rumah Sierra.Dan yang paling antusias menyambutnya tentu saja Julio. "Uncle!" Julio langsung berlari dan melompat ke gendongan Bastian. Hap!"Wow, kau sudah berat, Jagoan! Anak laki-laki tidak boleh sering-sering digendong!""Hehe!" Julio hanya terkekeh mendengarnya. Bastian sendiri ikut tersenyum karena ia menyukai kedekatan ini, berbaur dengan keluarga Sierra, calon keluarganya juga. "Baiklah, untuk kali ini tidak apa karena kita sudah lama tidak bertemu.""Hehe, ayo masuk, Uncle! Kita main ya ....""Main apa, Sayang? Uncle datang untuk menjemput Aunty," sahut Bastian sambil melangkah duduk di kursi di ruang tamu dengan Julio yang tetap ada di dalam gendongannya. "Uncle mau ke mana sama Aunty?""Mau mengajak Aunty makan malam.""Eh, Julio mau ikut, Uncle ...," rajuk Julio. "Hei, Julio mau ikut?""Mau ...."Bastian terdiam mendengarnya. Walaupun Bastian berencana mengajak Sierra ke tempat yang romantis berdua saja, tapi b
Bastian menghentikan mobilnya di parkiran sebuah restoran dan mengajak Sierra masuk ke dalam. "Ayo, Sayang!" Bastian memeluk mesra pinggang Sierra dan mereka pun melangkah ke sebuah ruang VIP di lantai dua yang sudah dipesan oleh Bastian. Sebuah ruangan yang begitu sempurna untuk candle light dinner. "Astaga, gelap sekali di sini!""Ini romantis, Sayang..Duduklah!" Bastian menarik kursi untuk Sierra dan mendaratkan bibir di puncak kepala Sierra, sebelum ia sendiri melangkah dan duduk di kursi di hadapan Sierra. "Kau menyukai tempatnya, Sayang?""Hmm, tempat ini indah sekali! Ada balkonnya juga." Sierra menoleh ke arah balkon yang langsung bisa melihat ke bawah, ke arah meja kursi yang disusun di bagian outdoor restoran. "Nanti setelah makan, aku akan mengajakmu berkeliling.""Memangnya ada yang bisa dilihat dari restoran ini?""Haha, di belakang restoran ada kolam ikan. Cukup indah. Nanti aku akan membawamu ke sana.""Benarkah? Aku sudah tidak sabar.""Nanti, Sayang! Nanti! Aku m
Jantung Sierra yang tadinya sudah berdebar kencang rasanya berdebar makin tidak karuan. Pria yang ia cintai meminta Sierra menjadi kekasihnya. Tentu saja ia juga mencintai Bastian dan ingin menjadi kekasihnya, namun mengapa rasanya ada yang masih mengganjal dan membuatnya tidak yakin. Bastian yang menunggu jawaban Sierra pun menjadi ikut tegang. Sumpah ini adalah pertama kalinya Bastian melakukannya, meminta seorang wanita menjadi kekasihnya, bukan kekasih satu malam tapi selamanya. "Sierra, Sayang ... apa yang sedang kau pikirkan, Sierra? Jangan berpikir untuk menolakku!" ancam Bastian lembut. "Bastian ...." "Hmm? Jawab iya, Sayang!""Bastian ....""Ya, Sayang! Jawab iya atau aku akan menikahimu malam ini juga! Aku sudah bersabar dengan menjadi kekasih dulu, tapi kalau kau tidak mau, maka aku akan mendobrak pintu rumah pemuka agama dan memaksanya untuk menikahkan kita! Aku tidak main-main! Terserah kau mau cara cepat atau cara lama!" ancam Bastian lagi bersungguh-sungguh. Dan
Bastian menghentikan mobilnya di depan rumah Sierra malam itu. Kencan telah usai dan saatnya mereka berpisah malam itu, tapi keduanya masih begitu enggan. "Hmm, baiklah, aku masuk dulu ... sampai berjumpa besok di lokasi proyek!" seru Sierra akhirnya setelah mereka terdiam cukup lama. Sierra pun mengangkat tangannya dan segera membuka sabuk pengamannya. Namun saat Sierra akan keluar, Bastian malah mengunci pintunya. Klek!Sierra tersentak kaget melihatnya dan langsung menoleh. "Apa ini? Mengapa malah dikunci? Aku mau keluar!""Haha, belum, Sayang. Aku belum rela berpisah denganmu ...." Bastian sendiri sudah melepaskan sabuk pengamannya dan mencondongkan tubuhnya mendekati Sierra. "Kau apa?""Belum rela berpisah denganmu, Sayang. Menyebalkan sekali rasanya harus berpisah di malam hari seperti ini, saat seharusnya kita bisa masuk ke kamar bersama, saling berbagi kehangatan, dan tidur berpelukan sampai pagi. Aku menginginkannya, Sierra ...," bisik Bastian di depan wajah Sierra. "B
Bastian memperkenalkan dirinya pada Marco dan Marco pun langsung tercengang mendengarnya. Bukan hanya Marco, tapi Sierra juga sudah menahan napasnya melihat ekspresi Marco. Bukannya Sierra takut ketahuan, hanya saja selama ini Sierra tidak pernah menceritakan detail tentang Bastian pada Marco. Walaupun Sierra punya alasan tidak menceritakannya. Sierra juga tidak tahu kalau hubungan mereka akan berkembang seperti ini karena awalnya ia berencana tidak saling mengenal dengan Bastian. Sierra pun mengembuskan napas panjang dan tersenyum canggung menatap Marco. "Hmm, ini anak Pak Jacob, Pak Marco. Bastian," tegas Sierra. Marco pun menatap Sierra dan mengangguk. Untuk sesaat, suasana hening dengan pikiran masing-masing, sebelum akhirnya Marco yang tadinya tercengang pun akhirnya bisa tersenyum. "Wow, baiklah! Sebastian Sagala, akhirnya aku bisa bertemu denganmu secara langsung, Pak Bastian!""Tentu saja aku merasa familiar karena memang aku pernah melihatmu sebelumnya, kau cukup ter
"Apa yang kalian bicarakan begitu lama, Bastian? Mengapa kau baru kembali sekarang?"Sierra menarik lengan Bastian saat pria itu masuk ke ruang kerjanya. "Kami hanya membicarakan bisnis, Sayang." "Tidak mungkin hanya bisnis kan? Kalian tidak membicarakan tentang aku kan?" "Haha, kau percaya diri sekali dan sangat kepo!" "Aku serius, Bastian!" "Aku juga serius, Sayang. Sungguh kami hanya membicarakan bisnis, Sierra. Dan sisanya hanya pembicaraan biasa antar pria."Sierra yang mendengarnya pun mengembuskan napas panjangnya dengan kecewa. Entah apa yang Bastian bicarakan dengan Marco sampai Bastian harus menyembunyikannya seperti ini. "Baiklah, terserah kalau kau tidak mau menceritakannya!" Mendadak Sierra ngambek sampai Bastian tertawa gemas melihatnya. Bastian pun mendadak meraih Sierra ke dalam gendongannya sampai Sierra memekik kaget. "Bastian, kau itu apa-apaan? Kita sedang di kantor! Turunkan aku!" "Tidak mau, Sayang! Lagipula tidak akan ada yang masuk ke sini!" "Tapi Ba
Setelah serangkaian acara selesai, anak-anak pun makan bersama lalu bermain bersama. Gelak tawa dan teriakan anak-anak memenuhi pinggir kolam renang sampai membuat Jacob dan Lidya pun terus tertawa senang. "Masa tua kita akan terus bahagia melihat para cucu kita yang tumbuh besar, aku senang sekali akhirnya kita menjadi keluarga besar, Bu Lidya." "Aku juga senang, Pak Jacob. Aku tidak pernah menyangka hari ini akan tiba. Masih teringat jelas bagaimana semua hal buruk itu terjadi dulu, tapi semua benar-benar sudah berubah beberapa tahun terakhir ini. Dan selama beberapa tahun ini aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bersyukur sekali." "Haha, kau benar, Bu Lidya. Kau benar. Karena aku juga merasakan yang sama. Sejak Bastian menikah dengan Sierra, aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bahagia sekali." Lidya yang mendengarnya hanya mengangguk dan tersenyum menatap anak-anak yang bermain bersama. Kali ini Bastian dan Jonathan mengobrol bersama, sedangkan Rosella dan Sierra pun mengobro
Satu tahun kemudianSpanduk bertuliskan "Happy birthday Victor Sagala" membentang di pinggir kolam renang rumah Jacob pagi itu. Jacob ngotot menjadi tuan rumah dalam acara ulang tahun cucunya itu dan keluarga Sierra pun akhirnya merayakan ulang tahun Victor di sana. Lidya dan Sierra pun berangkat ke rumah Jacob membawa Santos dan Sania yang sudah berlarian kesana kemari dan tidak bisa diam itu. Namun, Santos dan Sania sangat menyayangi Victor. Perbedaan umur mereka yang hanya 1.5 tahun membuat mereka terlihat lucu saat bersama. Santos dan Sania akan menggandeng Victor di tengah dan Victor yang baru belajar berjalan itu begitu senang setiap kali digandeng oleh kakak kembarnya itu. Seperti pagi itu di pinggir kolam renang rumah Jacob. "Hati-hati, Santos! Jangan miring-miring jalannya! Nanti kalian bertiga bisa masuk ke dalam kolam!" seru Sierra yang masih sibuk menyusun kue-kue di meja untuk foto. Santos dan Sania membawa Victor berkeliling dan mereka berjalan zigzag. Kadang mere
Beberapa bulan berlalu dan perut para Ibu hamil pun sudah membola. Rosella sendiri sudah mendekati waktu melahirkan, namun ia masih begitu aktif bekerja sampai Adipura tidak tahan melihatnya. "Aduh, Rosella! Kau di rumah saja ya! Istirahat saja! Tinggal menghitung hari kau akan melahirkan! Ayah tidak mau cucu Ayah lahir di kantor!" "Aku baik-baik saja, Ayah. Lagipula aku tidak setiap hari ke kantor kan?" "Tapi Ayah takut sekali melihatmu berjalan dengan perut sebesar itu!" "Haha, benar, Rosella! Dengarkan ayahmu, dia sampai tidak bisa tidur memikirkanmu." Imelda mengulum senyumnya. Rosella sendiri ikut tersenyum. "Haha, baiklah, Ayah! Baiklah, besok aku tidak akan ke kantor ya," kata Rosella akhirnya. "Ah, iya, iya." Adipura pun bernapas lega dan jantungnya terus berdebar kencang karena terlalu antusias. Bahkan Adipura ikut diam di rumah bersama Rosella keesokan harinya. "Makan yang banyak, Rosella! Kau harus punya tenaga untuk melahirkan," pesan Adipura yang terus menghitung
Hamil dalam keadaan sadar dan hamil dalam keadaan gila tentu saja adalah dua hal yang sangat berbeda. Dulu waktu Rosella hamil Julio, setiap hari ia hanya bisa berteriak dan memukuli perutnya, menolak kehadiran Julio dan terus mengamuk. Rosella benar-benar gila dulu dan rasanya apa yang terjadi dulu sudah tidak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata. Tapi di atas semua itu, Rosella bersyukur karena semua hal buruk sudah berlalu dan digantikan hal baik yang tiada henti di kehidupannya yang sekarang. Rosella memiliki keluarga yang hebat, suami yang hebat, mertua yang hebat, dan anak yang hebat. Pekerjaan yang hebat juga dan semua hal yang membuatnya tidak pernah menyesal telah dilahirkan, yang membuat Rosella tidak pernah menyesali lagi semua yang sudah terjadi di masa lalunya. Dan yang membuat Rosella paham bahwa Tuhan selalu punya rencana dalam hidup kita. Mungkin seringkali kita bertanya mengapa aku yang harus mengalami semua hal buruk itu, aku tidak kuat, aku tidak sanggup.
Lidya dan Sierra masih begitu syok sampai mereka tidak tahu harus senang atau tidak, namun semua anggota keluarga yang lain malah memekik senang, terutama Jacob yang tidak berhenti tertawa senang. "Selamat ya, Sierra! Selamat! Haha! Ayah senang sekali akan bertambah cucu! Hahaha!" Sierra pun hanya memaksakan senyumnya sampai tidak lama kemudian, Bastian pun pulang ke rumah karena Sierra mengirimkan hasil tespeknya ke ponsel Bastian.Bastian yang baru memarkir mobilnya pun langsung berlari masuk dan mencari istrinya. "Sierra, Sayang, benarkah itu? Kau hamil lagi, Sayang?" Bastian langsung menangkup kedua bahu Sierra. "Entahlah, tespeknya bilang begitu!" Bastian yang mendengar jawaban Sierra pun langsung tertawa sumringah. "Bukankah tespek tidak pernah bohong, Sayang? Sekarang kita tanya ke dokter ya! Ayo, Sayang! Ayo!" Bastian pun langsung mengajak Sierra pergi ke dokter kandungan siang itu dan jantung Sierra pun terus berdebar tidak karuan sampai akhirnya ia dipanggil masuk dan
Hampir satu minggu setelah acara pernikahan dan semua orang akhirnya bisa bersantai lagi dari padatnya acara mereka. Saking banyaknya undangan yang diundang oleh Adipura dari berbagai kota dan negara membuat jadwal keluarga mereka pun begitu padat untuk menjamu semuanya. Dan ketika semuanya berakhir, Rosella sendiri mengalami kelelahan yang tidak biasa. Ia lelah sekali sampai lemas dan tidak bernafsu melakukan apa pun, bahkan nafsu makan pun tidak ada. Selama tiga malam Rosella dan Jonathan masih menginap di hotel lalu setelahnya mereka pun pulang ke rumah Adipura. Jonathan memang belum mengajak Rosella tinggal berdua di apartemen karena keluarga Adipura masih begitu menikmati kumpul bersama seperti ini, apalagi sekarang Julio sudah tinggal bersama mereka. "Kau tidak apa, Sayang? Kau kelelahan ya?" Jonathan membelai kepala Rosella yang sedang berbaring tidur siang itu. "Hmm, aku lelah sekali, Jonathan. Aku sedikit meriang, kurasa aku tidak mau melakukan apa-apa dulu." "Kau mau
Sebuah papan bertuliskan "The Wedding of Jonathan and Rosella" terpasang di pintu masuk sebuah taman di sebuah hotel mewah yang akan menjadi tempat pemberkatan pernikahan pagi itu. Hanya sedikit undangan yang diundang pada pagi hari, namun mereka akan mengadakan pesta besar lagi di ballroom mewah nanti malam. Semua undangan pun sudah hadir di sana dan mereka begitu antusias menantikan pasangan pengantin yang berbahagia. Rosella sendiri nampak begitu gugup saat berada di ruang VIP untuk menunggu saat ia harus keluar. Setelah mengalami persiapan pernikahan yang cukup membuat emosi labil dan setelah mengalami pingitan yang membuatnya begitu merindukan Jonathan, hari ini akhirnya mereka akan mengikat janji suci dan jantung Rosella tidak berhenti berdebar kencang sejak subuh tadi. "Tenang, Rosella! Tenang! Kau terlalu gugup!" Lidya terus tersenyum menatap Rosella dari pantulan cerminnya. "Bagaimana aku tidak gugup, Ibu? Entahlah, aku gemetar!" "Haha, aku juga begitu waktu itu, Rosel
Semua anggota keluarga menyambut bahagia lamaran yang dilakukan oleh Jonathan dan mereka pun begitu tidak sabar untuk menikahkan anak-anak mereka. Mereka pun langsung memilih hari baik dan persiapan pernikahan pun mulai digelar. Semua orang langsung sibuk dengan tugasnya masing-masing karena Adipura ingin membuat pesta besar untuk Jonathan dan Rosella. "Sungguh tidak usah pesta sebesar itu, Ayah. Bagiku yang penting pernikahan kami sah.""Tidak bisa! Kau akan menikah, tentu saja pestanya harus besar dan mewah. Ayah tidak mau tahu, pestanya harus besar!" seru Adipura lagi dengan lantang. Semua anggota keluarga pun tidak berani membantah lagi dan akhirnya menuruti Adipura. Mereka menyewa gedung resepsi mewah dan menyewa jasa WO, namun tetap saja Adipura yang begitu sibuk mengatur semua detailnya karena memang Adipura sendiri adalah orang yang sangat detail. Sedangkan Lidya dan keluarganya yang sudah kembali ke rumah mereka sendiri, tidak banyak ikut campur dan memilih untuk mengik
"Mari, silakan, Pak Jacob!" "Silakan, Pak Adipura!" Keluarga Adipura, keluarga Jacob, dan keluarga Lidya sedang berkumpul bersama malam itu di sebuah ruang VIP di sebuah hotel mewah untuk makan malam. Setelah melalui banyak hal, mereka menjadi semakin dekat satu sama lain. "Rosella, kapan kau baru akan kembali ke WHA, hah? Om menunggumu. WHA membutuhkanmu," seru Adipura. Sejak kejadian itu sampai Adipura keluar dari rumah sakit bahkan sampai hari ini, Rosella memang belum kembali bekerja di WHA. Walaupun semua masalah sudah selesai dan namanya sudah bersih, tapi Rosella masih ragu untuk kembali. Bahkan Livy sudah mengundurkan diri dan memilih pindah ke luar negeri. "Ah, itu ...." "Besok Rosella akan kembali bekerja, Ayah." celetuk Jonathan tiba-tiba. Rosella pun membelalak menatap Jonathan karena sebelumnya mereka belum pernah membicarakannya. "Jonathan!" desis Rosella. Namun, Jonathan tidak menanggapinya dan malah menggenggam tangan Rosella yang ada di atas meja. "Besok