Sierra hampir pingsan rasanya melihat Jacob Sagala sudah berdiri di dekat pintu rumah, menatap mereka dengan raut wajah yang sulit diartikan. "Eh, Pak ...."Namun, belum sempat Sierra menyapanya, Bastian sudah bersuara duluan dengan santainya. "Kami tidak melakukan apa-apa. Hanya berdebat karena Sierra ngotot mau membawa mobilnya sendiri," jawab Bastian santai. Jacob hanya menaikkan alisnya. "Apa yang membuatmu begitu ngotot, Sierra? Kalau Bastian sudah menyuruhmu naik ke mobilnya ya naik saja! Cepatlah! Jangan sampai kalian terlambat nanti!" seru Jacob dengan tegasnya. Sierra sempat menahan napasnya begitu lama saat tatapannya bertemu dengan tatapan Jacob. Apa Pak Tua itu tidak melihat apa yang dilakukan Bastian barusan? Sejak kapan Jacob ada di sana? Dan mengapa pria tua itu bersikap seolah tidak terjadi apa-apa? "Eh ... itu ...." Sierra mencoba untuk membuka suaranya walaupun ia masih tidak yakin akan mengatakan apa. Namun, Jacob malah membentaknya. "Tunggu apa lagi? Jangan
Sierra tertegun mendengar ucapan Bastian yang membuat jantungnya berdebar kencang. Nada suara Bastian itu begitu dalam dan seksi. Tatapan matanya seolah meyiratkan sebuah janji kenikmatan yang akan Sierra dapatkan bersama pria itu. Dan Sierra pun salah tingkah. "Hmm, kita ... tunggu Tory di luar saja! Ayo ... kita keluar saja," seru Sierra sambil membuka sabuk pengamannya dan keluar begitu saja dari mobilnya. Bastian yang melihatnya hanya memicingkan matanya karena sikap Sierra seperti wanita polos, sangat kontras dengan statusnya yang sebagai istri muda dari seorang pria tua. Tapi anehnya, justru sikap Sierra ini membuat Bastian makin gemas. Dengan cepat, Bastian pun menyusul Sierra keluar dari mobil dan benar saja, Bastian langsung disambut oleh hawa dingin yang cukup menusuk, walaupun tubuh besarnya sendiri termasuk tahan dingin. "Wah, hawanya benar-benar dingin, Bastian! Apa kau tidak merasakannya?" seru Sierra lagi yang sudah berdiri bersandar pada body mobil sambil memeluk
Bastian masih duduk bersama Tere saat melihat Ernest dan Sierra terus mengobrol bersama. Sungguh, Bastian sudah tidak tahu lagi apa yang Tere bicarakan karena fokusnya sudah tertuju pada bagaimana menyingkirkan Ernest dan Sierra. Hingga saat ia melihat tubuh Sierra yang terhuyung dan Ernest dengan sigapnya memeluknya, Bastian pun tidak tahan lagi. Tanpa mempedulikan Tere yang masih berbicara, Bastian pun melangkah begitu saja meninggalkan Tere. "Eh, Bastian! Kau mau ke mana? Aku sedang bicara denganmu!" pekik Tere kesal karena lagi-lagi ia ditinggalkan seperti saat di mall waktu itu. "Lepaskan dia, Pak Ernest!" seru Bastian begitu ia tiba di dekat Sierra. Sierra yang kaget pun refleks langsung menegakkan tubuhnya dan mendorong Ernest sedikit. "Ah, Bastian, aku hampir jatuh barusan dan untung saja Pak Ernest menolongku!""Benar, Pak Bastian. Aku hanya mencoba menolongnya." Ernest membela diri sambil tetap tersenyum menatap Sierra. "Terima kasih atas pertolonganmu tapi tetap saja
Hukuman?Sierra benar-benar tegang mendengar kata hukuman. Entah hukuman macam apa yang akan Bastian berikan. Namun, belum sempat Sierra memahami maksudnya, Bastian sudah membungkam bibir Sierra dan memagutnya dengan penuh hasrat. Dengan lihai, bibir Bastian pun berpindah ke pipi dan rahang Sierra dengan begitu liar hingga berakhir membenamkan wajahnya ke leher Sierra. "Mmpphh, Bastian ....""Kau milikku, Sierra! Jangan pernah berpikir bersama pria lain lagi, bahkan bersama Jacob!" geram Bastian sambil mendorong tubuh Sierra hingga terbaring ke atas ranjangnya. Sementara di luar sana, Tere yang tidak terima ditolak terus menerus oleh Bastian akhirnya mengikuti Bastian sampai ke villanya. Bersyukur pintu villa tidak tertutup karena memang ada pelayan yang masih membersihkan villa itu sampai Tere bisa masuk begitu saja. Tere berniat merayu Bastian di ranjang dan Tere yakin Bastian tidak mungkin menolaknya lagi. Baiklah, Tere sudah melupakan kesopanan sebagai klien bisnis karena k
Bastian terus mengumpat sambil berjalan mondar-mandir di kamar Sierra setelah akhirnya ia keluar dari kamar mandi. Menunggu wanita itu kembali terasa begitu menyiksa bagi Bastian. Bahkan, sampai berapa lama setelah Sierra pergi, hasrat Bastian masih belum juga reda. "Sial, pergi ke mana dia? Dan Tere sialan itu! Mengapa dia mendadak mencari Sierra malam-malam begini?"Bastian pun masih terus menunggu sambil mengumpat sampai akhirnya Tory menelepon mencarinya dan membicarakan tentang perusahaannya di Malaysia. Bastian paling tidak bisa memikirkan hal lain kalau sudah menyangkut bisnis pribadinya, hingga terpaksa ia pun meninggalkan kamar Sierra dan bekerja bersama Tory sampai tengah malam. Tere sendiri membawa Sierra berjalan-jalan di alam terbuka yang begitu dingin dan mereka pun masih mengobrol santai, sebelum tiba-tiba pembicaraan Tere menjadi lebih serius. "Aku menyukai Bastian, Sierra. Aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali bertemu dengannya. Aku berterima kasih padamu ya
Bastian mendadak terdiam mendengar ucapan Tere. Tere pun melangkah mendekati Bastian sambil tersenyum penuh kemenangan. "Aku tahu, Bastian! Aku tahu semuanya tentang affair kalian. Anak tiri dan ibu tirinya. Kau tahu kalau hal itu sangat menjijikkan, Bastian! Apa tidak ada wanita lain? Dia itu istri muda dari ayahmu, Bastian!""Dan jangan mencoba menyangkalnya, Bastian! Jangan mencoba menyembunyikannya dariku karena aku tidak bisa dibohongi!" bisik Tere di dekat Bastian. Tere sudah membayangkan kalau Bastian pasti akan ketakutan kalau affair mereka terungkap lalu Tere akan menawarkan kesepakatan, merahasiakan ini dengan syarat Bastian harus bersamanya. Tere pun begitu percaya diri kalau dengan caranya ini bisa membuat Bastian pada akhirnya akan bersamanya. Namun alih-alih takut, Bastian malah tertawa kesal sambil menantang Tere. "Kalau aku menyukainya lalu kenapa? Aku memang menyukainya, Tere. Dan sekalipun kau bilang itu menjijikkan, aku tidak peduli!"Tere membelalak kaget kare
Bastian terus berdecak saat ia tidak bisa menelepon Sierra. "Sial, ponselnya tidak aktif! Di mana dia sebenarnya? Di ruang makan juga tidak ada."Bastian pun melangkah makin cepat masuk ke kamar Sierra, namun Sierra juga tidak ada di sana. Tidak lama kemudian, Tory pun menghampiri Bastian dengan tergesa-gesa. "Bos!" panggil Tory sambil setengah membungkuk dengan napas yang ngos-ngosan. "Bagaimana, Tory? Kau sudah menemukannya?""Belum, Bos. Aku sudah berkeliling, tapi aku tidak menemukannya juga. Pak Jose dan Pak Ernest juga sudah menunggu di ruang makan sejak tadi.""Sial!" Bastian kembali mengumpat sambil berpikir keras. "Ck, apa kau sudah menanyakan pada orang-orang? Siapa tahu ada yang melihatnya.""Beberapa orang yang kutanyai tidak ada yang tahu, Bos."Bastian mengembuskan napas kasarnya sambil mengepalkan tangannya dan melangkah ke ruang makan. Di sana Pak Jose dan Ernest juga sudah menoleh ke sekeliling sambil bertanya pada pelayannya apa mereka ada yang melihat Sierra.
Di dalam hutan sendiri, Sierra memang sudah ketakutan. Jantungnya tidak berhenti berdebar kencang dan suara dengungan serangga di telinganya terasa begitu mengerikan. Sierra terus bergerak menghalau semua serangga di dekatnya, tapi serangga yang banyak itu terus menyerangnya, seolah mereka memang tidak pernah menemukan mangsa sebelumnya. Sierra terus bergerak mengikuti kakinya walaupun ia sendiri tidak tahu di mana dirinya sekarang. "Tere!" teriak Sierra lagi. "Sial! Apa dia meninggalkan aku? Apa maksudnya ini?" gumam Sierra dengan suara yang sudah putus-putus dan napas yang sudah tersengal. Sierra terus memeluk dirinya sendiri dan tidak berhenti mengumpat. "Sial! Seharusnya aku menuruti Bastian untuk tidak bersama wanita itu!""Halo, siapa pun tolong aku, aku tidak tahu aku di mana ... akhh!" Entah apa yang sedang diinjak Sierra saat ini, tapi Sierra tersandung dan ia pun jatuh terjerembab ke tanah yang penuh rumput kotor itu. Beberapa ranting terasa menusuk, tapi untungnya s