Jacob pun membelalak. "Jangan sentuh Lalita, Laura!""Oh, sekarang kau sudah menyayanginya ya? Baguslah, tanda tangan dan Lalita akan hidup! Tapi kalau kau menolak, Lalita akan mati!" ancam Laura dengan entengnya. Jacob pun makin membelalak mendengarnya. "Wanita macam apa kau itu, Laura? Lalita itu cucumu, cucu kandungmu! Dia anak kandung Stephanie! Bisa-bisanya kau mau membunuh cucumu sendiri!""Aku dan Stephanie tidak menginginkannya! Dan kurasa hidup Lalita akhirnya akan berguna sekarang, menjadi alatku untuk memaksamu, Jacob! Jadi pilihlah tanda tangan atau dia mati!""Tidak! Jangan, Grandma! Jangan!" Lalita yang sedang dipeluk oleh Laura pun ketakutan dan terus menangis, namun Laura tidak peduli dan ia malah mencekik leher Lalita. "Lepaskan dia, Laura! Jangan gila! Lalita! Lalita!" Jacob mengulurkan tangannya untuk membantu Lalita, namun ia sudah tidak bisa menggerakkan tubuh bawahnya sekarang. "Akhh, Grandma ...," pekik Lalita dengan suara yang tercekik karena cekikan Laura m
Bastian menghentikan mobilnya begitu saja saat ia tiba di gudang yang dimaksud oleh Stephanie. "Tunggu di sini, Sierra!" seru Bastian sambil langsung keluar dari mobilnya dengan penuh emosi. Beberapa pria yang melihat Bastian langsung maju untuk menyerang, namun Bastian dengan mudah mematahkan serangan itu. "Bos, masuklah dan selamatkan ayahmu!" seru Tory yang juga sudah tiba di sana dan langsung menghajar para preman. Bastian mengangguk dan langsung berlari ke arah gudang sementara Sierra yang masih di mobil sudah begitu gelisah. Sierra mendapat tugas untuk tetap berada di mobil sambil menunggu Valdo yang mungkin butuh bantuan untuk sampai ke gudang. Bastian sendiri kembali dihadang di depan pintu. Namun, Bastian berhasil mendobrak kasar pintu gudang itu sambil menendang dua anak buah Gery. Brak!Bastian pun menatap penuh amarah pada semua orang di sana sampai mereka begitu kaget melihat Bastian di sana. Gery bahkan sampai mematung melihat Bastian yang tiba lebih cepat daripa
Bastian masih terlibat perkelahian dengan Surya dan beberapa pria yang mengeroyoknya saat ia melihat Sierra melintas di sana. "Sial, Sierra! Apa yang dia lakukan!" geram Bastian. Bastian pun berniat mengejar Sierra, tapi langkahnya dihalangi oleh para pria itu. Para pria itu maju bersama untuk menghajar Bastian dan Bastian yang terus memperhatikan Sierra langsung kehilangan fokusnya sampai ia pun terkena pukulan yang cukup keras di pipinya. "Auw, sial! Kau sudah bosan hidup rupanya ya!"Bastian meradang. Ia pun maju menerjang pria yang memukulnya tadi dan menarik kaos pria itu sambil sedikit mengangkatnya. Tubuh pria itu terangkat dan Bastian menghantam wajah pria itu dengan tinjunya, sebelum Bastian mendorong keras-keras tubuh itu sampai menabrak tubuh temannya sendiri. Buk!"Akhh!" pekik para pria itu. Bastian pun tidak peduli lagi dan langsung berlari menolong Sierra yang saat ini sudah berhadapan dengan Gery. Sierra sendiri masih memegang kayunya dengan erat sambil bergid
Nguing nguing ....Suara sirine mobil polisi akhirnya terdengar di lokasi gudang itu. "Cepat! Cepat! Amankan lokasi!" Reno mengeluarkan tangannya dari kaca dan memberi kode pada anak buahnya. Tidak lama kemudian, beberapa mobil polisi langsung berhenti di sekitar gudang. Para polisi langsung keluar dan menodongkan senjatanya pada beberapa preman yang berjaga di depan gudang dan dengan mudah polisi pun membekuk mereka. Sementara itu, Reno dan timnya pun masuk ke dalam gudang dan berpencar. Reno sempat menggeleng melihat kacaunya kondisi gudang. "Berhenti berkelahi! Kalian sudah dikepung!" teriak Reno sambil melepaskan tembakannya ke arah kosong. Dor!Suara keras itu sontak membuat semua orang kaget, walaupun tidak semuanya berhenti bergerak. Mereka malah berpencar dengan begitu panik karena tidak ada yang mau tertangkap. Alih-alih terkendali, situasi malah semakin kacau sampai Reno sendiri pun akhirnya ikut berkelahi. "Brengsek! Itu polisi! Itu polisi! Gery, semuanya, ayo pergi
Valdo sudah ada di dalam gudang dan terlibat perkelahian juga. Valdo pun sempat melihat Laura yang dipukuli oleh Gery dan Surya, sampai akhirnya Valdo pun berlari menyelamatkan Laura. "Pria apa yang memukul wanita, Brengsek?" Buk!Valdo berhasil memukul Gery sampai Gery terhuyung. Namun, Surya ikut mengeroyok Valdo dan menyelamatkan Gery. Perkelahian singkat terjadi antara mereka, sebelum akhirnya Valdo terjatuh dan Gery pun melarikan diri bersama Surya. "Sial! Mereka kabur! Kejar mereka!" teriak Valdo lagi. "Biar kukejar!" seru Tory yang entah muncul dari mana dan berlari mengejar Gery maupun Surya. Sementara Valdo mencoba menolong Laura. "Tante tidak apa?" Namun, Laura hanya bernapas putus-putus. "Jangan pedulikan aku, Valdo! Kejar mereka! Kejar mereka! Aku tidak akan bisa ke mana-mana dengan kondisiku yang seperti ini!" lirih Laura dengan ekspresi datar. Valdo pun mengernyit, namun melihat kondisi Laura memang tidak memungkinkan untuk pergi. "Tapi Tante harus dirawat!"
"Sayang, kau baik-baik saja kan? Tidak ada yang terluka kan?"Bastian begitu cemas memeriksa Sierra yang sejak tadi sudah berapa kali terjatuh itu. "Aku tidak apa, Bastian! Tapi Tante Laura ....""Ck, biarkan saja, Sierra! Tory, Valdo, dan para polisi sudah mengejar mereka! Yang penting semuanya selamat! Ayo kita lihat Ayah!"Sierra pun mengangguk sambil mengembuskan napas leganya. Begitu banyak polisi yang mengejar Laura dan para pria itu, tidak mungkin mereka bisa lolos. Bastian pun membantu Sierra berdiri dan Sierra pun menatap wajah Bastian yang banyak memar. "Wajahmu, Bastian! Apa kau baik-baik saja?""Ini tidak ada apa-apanya, Sierra! Ayo, Sayang!" Bastian menggandeng tangan Sierra dan mereka pun berlari kecil ke tempat Jacob yang sekarang sudah duduk dengan tenang di kursinya. Beberapa polisi nampak membantu Jacob bangun tadi sedangkan Stephanie sekarang sedang memeluk Lalita erat-erat dengan air mata yang tidak berhenti mengalir dari matanya. "Pak Tua ...," sapa Sierra
Tanpa Stephanie ketahui, saat ini Laura sedang bersama Gery. Laura bersembunyi di mobil Gery dan keluar pada saat yang tepat sampai Gery yang melihatnya pun memekik kaget. "Arrgghh!" Gery berteriak keras sampai ia membanting setirnya ke arah yang berbeda. Untuk sesaat, mobilnya oleng ke kanan dan ke kiri karena Gery begitu ketakutan sementara Laura hanya terus tertawa menatap Gery yang ketakutan, seolah Laura sendiri tidak punya rasa takut padahal mobil yang mereka tumpangi sudah bergerak tidak karuan sekarang. "Mengapa kau begitu takut, Gery? Mengapa? Ini aku, Sayang! Laura, kekasihmu! Hahaha ...."Laura terus tertawa, sedangkan Gery sudah menelan salivanya ketakutan. Bagaimana mungkin ia bisa bersikap biasa setelah menghajar Laura seperti tadi dan mengatakan tidak mencintainya. Gery bahkan sampai tidak bisa konsentrasi menyetir saat ini. Fokusnya terbelah antara kabur dari polisi tapi kabur juga dari Laura. "Kau ... kau ... bagaimana bisa kau bisa ada di sini, Laura? Sial!" G
Reno masih melajukan mobilnya begitu kencang dan menekan klaksonnya kuat-kuat, bermaksud untuk menghentikan mobil Gery. Namun, sialnya mobil Gery melaju makin kencang dan makin tidak terkendali. "Brengsek! Apa-apaan itu? Mengapa dia malah menyetir seperti itu, Brengsek!"Reno yang belum mengetahui apa pun terus mengumpat dan mulai mengeluarkan senjatanya, bersiap mengancam Gery dengan tembakannya. Gery sendiri yang masih bergelut di dalam mobilnya sama sekali tidak mengetahui kondisi di luar. Boro-boro memikirkan tentang polisi yang mengejarnya, apakah ia bisa menghentikan mobil ini dalam kondisi tetap hidup saja Gery tidak tahu karena Laura masih menyerangnya dengan begitu brutal. Kepala, bahu, dan lengan Gery terasa perih saat ini, bahkan terasa lembab dan berbau anyir. Gery tahu lukanya berdarah karena Laura terus memukulnya tanpa henti. Bahkan rasa sakit akibat pukulan tadi dan tusukan Laura di lehernya pun rasanya masih tidak karuan. Sekarang malah ditumpuk lagi oleh hujam