Bastian masih terlibat perkelahian dengan Surya dan beberapa pria yang mengeroyoknya saat ia melihat Sierra melintas di sana. "Sial, Sierra! Apa yang dia lakukan!" geram Bastian. Bastian pun berniat mengejar Sierra, tapi langkahnya dihalangi oleh para pria itu. Para pria itu maju bersama untuk menghajar Bastian dan Bastian yang terus memperhatikan Sierra langsung kehilangan fokusnya sampai ia pun terkena pukulan yang cukup keras di pipinya. "Auw, sial! Kau sudah bosan hidup rupanya ya!"Bastian meradang. Ia pun maju menerjang pria yang memukulnya tadi dan menarik kaos pria itu sambil sedikit mengangkatnya. Tubuh pria itu terangkat dan Bastian menghantam wajah pria itu dengan tinjunya, sebelum Bastian mendorong keras-keras tubuh itu sampai menabrak tubuh temannya sendiri. Buk!"Akhh!" pekik para pria itu. Bastian pun tidak peduli lagi dan langsung berlari menolong Sierra yang saat ini sudah berhadapan dengan Gery. Sierra sendiri masih memegang kayunya dengan erat sambil bergid
Nguing nguing ....Suara sirine mobil polisi akhirnya terdengar di lokasi gudang itu. "Cepat! Cepat! Amankan lokasi!" Reno mengeluarkan tangannya dari kaca dan memberi kode pada anak buahnya. Tidak lama kemudian, beberapa mobil polisi langsung berhenti di sekitar gudang. Para polisi langsung keluar dan menodongkan senjatanya pada beberapa preman yang berjaga di depan gudang dan dengan mudah polisi pun membekuk mereka. Sementara itu, Reno dan timnya pun masuk ke dalam gudang dan berpencar. Reno sempat menggeleng melihat kacaunya kondisi gudang. "Berhenti berkelahi! Kalian sudah dikepung!" teriak Reno sambil melepaskan tembakannya ke arah kosong. Dor!Suara keras itu sontak membuat semua orang kaget, walaupun tidak semuanya berhenti bergerak. Mereka malah berpencar dengan begitu panik karena tidak ada yang mau tertangkap. Alih-alih terkendali, situasi malah semakin kacau sampai Reno sendiri pun akhirnya ikut berkelahi. "Brengsek! Itu polisi! Itu polisi! Gery, semuanya, ayo pergi
Valdo sudah ada di dalam gudang dan terlibat perkelahian juga. Valdo pun sempat melihat Laura yang dipukuli oleh Gery dan Surya, sampai akhirnya Valdo pun berlari menyelamatkan Laura. "Pria apa yang memukul wanita, Brengsek?" Buk!Valdo berhasil memukul Gery sampai Gery terhuyung. Namun, Surya ikut mengeroyok Valdo dan menyelamatkan Gery. Perkelahian singkat terjadi antara mereka, sebelum akhirnya Valdo terjatuh dan Gery pun melarikan diri bersama Surya. "Sial! Mereka kabur! Kejar mereka!" teriak Valdo lagi. "Biar kukejar!" seru Tory yang entah muncul dari mana dan berlari mengejar Gery maupun Surya. Sementara Valdo mencoba menolong Laura. "Tante tidak apa?" Namun, Laura hanya bernapas putus-putus. "Jangan pedulikan aku, Valdo! Kejar mereka! Kejar mereka! Aku tidak akan bisa ke mana-mana dengan kondisiku yang seperti ini!" lirih Laura dengan ekspresi datar. Valdo pun mengernyit, namun melihat kondisi Laura memang tidak memungkinkan untuk pergi. "Tapi Tante harus dirawat!"
"Sayang, kau baik-baik saja kan? Tidak ada yang terluka kan?"Bastian begitu cemas memeriksa Sierra yang sejak tadi sudah berapa kali terjatuh itu. "Aku tidak apa, Bastian! Tapi Tante Laura ....""Ck, biarkan saja, Sierra! Tory, Valdo, dan para polisi sudah mengejar mereka! Yang penting semuanya selamat! Ayo kita lihat Ayah!"Sierra pun mengangguk sambil mengembuskan napas leganya. Begitu banyak polisi yang mengejar Laura dan para pria itu, tidak mungkin mereka bisa lolos. Bastian pun membantu Sierra berdiri dan Sierra pun menatap wajah Bastian yang banyak memar. "Wajahmu, Bastian! Apa kau baik-baik saja?""Ini tidak ada apa-apanya, Sierra! Ayo, Sayang!" Bastian menggandeng tangan Sierra dan mereka pun berlari kecil ke tempat Jacob yang sekarang sudah duduk dengan tenang di kursinya. Beberapa polisi nampak membantu Jacob bangun tadi sedangkan Stephanie sekarang sedang memeluk Lalita erat-erat dengan air mata yang tidak berhenti mengalir dari matanya. "Pak Tua ...," sapa Sierra
Tanpa Stephanie ketahui, saat ini Laura sedang bersama Gery. Laura bersembunyi di mobil Gery dan keluar pada saat yang tepat sampai Gery yang melihatnya pun memekik kaget. "Arrgghh!" Gery berteriak keras sampai ia membanting setirnya ke arah yang berbeda. Untuk sesaat, mobilnya oleng ke kanan dan ke kiri karena Gery begitu ketakutan sementara Laura hanya terus tertawa menatap Gery yang ketakutan, seolah Laura sendiri tidak punya rasa takut padahal mobil yang mereka tumpangi sudah bergerak tidak karuan sekarang. "Mengapa kau begitu takut, Gery? Mengapa? Ini aku, Sayang! Laura, kekasihmu! Hahaha ...."Laura terus tertawa, sedangkan Gery sudah menelan salivanya ketakutan. Bagaimana mungkin ia bisa bersikap biasa setelah menghajar Laura seperti tadi dan mengatakan tidak mencintainya. Gery bahkan sampai tidak bisa konsentrasi menyetir saat ini. Fokusnya terbelah antara kabur dari polisi tapi kabur juga dari Laura. "Kau ... kau ... bagaimana bisa kau bisa ada di sini, Laura? Sial!" G
Reno masih melajukan mobilnya begitu kencang dan menekan klaksonnya kuat-kuat, bermaksud untuk menghentikan mobil Gery. Namun, sialnya mobil Gery melaju makin kencang dan makin tidak terkendali. "Brengsek! Apa-apaan itu? Mengapa dia malah menyetir seperti itu, Brengsek!"Reno yang belum mengetahui apa pun terus mengumpat dan mulai mengeluarkan senjatanya, bersiap mengancam Gery dengan tembakannya. Gery sendiri yang masih bergelut di dalam mobilnya sama sekali tidak mengetahui kondisi di luar. Boro-boro memikirkan tentang polisi yang mengejarnya, apakah ia bisa menghentikan mobil ini dalam kondisi tetap hidup saja Gery tidak tahu karena Laura masih menyerangnya dengan begitu brutal. Kepala, bahu, dan lengan Gery terasa perih saat ini, bahkan terasa lembab dan berbau anyir. Gery tahu lukanya berdarah karena Laura terus memukulnya tanpa henti. Bahkan rasa sakit akibat pukulan tadi dan tusukan Laura di lehernya pun rasanya masih tidak karuan. Sekarang malah ditumpuk lagi oleh hujam
Gredek gredek. ...Suara ranjang dorong pasien terdengar begitu keras di koridor rumah sakit itu. Stephanie pun terus menangis syok melihat kondisi Laura yang bersimbah darah. "Ibu ... Ibu ...." Stephanie sudah sesenggukan dan melangkah dengan cepat, sedangkan Sierra terus menenangkan Stephanie dengan memeluk bahunya dan membelainya sayang. Perasaan ini sama persis seperti saat Sierra menangisi Lidya dulu. Lidya juga mengalami kecelakaan sampai kondisinya kritis, walaupun saat ini kondisi Laura terlihat jauh lebih parah. "Mohon keluarga menunggu di sini, kami akan segera melakukan tindakan!" kata suster, sebelum ia membawa Laura yang sudah tidak sadarkan diri itu masuk ke ruang tindakan. Semua orang begitu syok tadi saat mendengar kabar bahwa Laura mengalami kecelakaan bersama Gery. Mobil yang mereka tumpangi menabrak pagar pembatas beton dan terlempar cukup jauh. Mobil mereka pun sempat berputar cepat dalam keadaan terbalik sampai akhirnya tubuh dua orang manusia terlempar ta
Sierra menyandarkan kepalanya di bahu Bastian malam itu dan mereka pun tidur bersama di ruang tunggu di dekat ruangan operasi. Operasi Laura baru selesai menjelang pagi, namun Laura masih ditempatkan di ruangan khusus untuk observasi karena kondisinya masih kritis. Rasa kantuk dan lelah pun tidak bisa tertahan lagi sampai semua orang tidur di kursi termasuk Stephanie yang tertidur dengan air mata yang tetap mengalir. Sampai pagi itu, akhirnya suara seorang anak membuat semua orang terbangun. "Aunty ... Uncle ...."Lalita yang sudah bangun duluan meminta Tory untuk mengantarnya bertemu dengan Bastian dan Sierra yang begitu dirindukan dan Tory pun mengantarnya. Bastian dan Sierra sendiri refleks membuka matanya tegang. Rasanya ketegangan kemarin masih membuat syaraf mereka waspada.Namun saat membuka mata, mereka pun menyadari kalau tidak kondisi tegang lagi.Sierra bangkit duluan dari kursi dan menatap sayang pada Lalita. "Lalita Sayang ...." Sierra membuka kedua lengannya dan an