Bastian masih melajukan mobilnya begitu kencang dan ia hampir sampai. Selama di jalan pun Sierra terus berkirim pesan dan saling menelepon dengan Tory maupun Valdo untuk memberitahukan kabar terkini, namun belum ada kemajuan yang berarti. "Ternyata pria yang bernama Gery itu memang pria brengsek, Valdo! Tante Laura benar-benar sudah dibodohi selama ini!""Kurasa Tante Laura juga dimanfaatkan! Tapi itu tidak penting sekarang! Yang lebih penting adalah menemukan di mana dia berada!""Kau benar, Valdo! Tapi bagaimana kondisi Bik Mala, dia baik-baik saja kan, Valdo?""Kami membawanya ke rumah sakit. Dia aman di sana, hanya saja, kondisinya masih sangat syok sampai dia terus menangis dan belum bisa memberikan keterangan lainnya. Untung saja tadi aku sudah sempat bicara dengannya, sebelum dia mendadak mengalami trauma seperti ini."Hati Sierra mencelos mendengarnya. Selama ini Bik Mala begitu baik dan selalu tersenyum padanya. Wanita itu pun begitu sabar. Dan membayangkan Bik Mala dalam p
Di sisi lain, mobil Gery dan para preman akhirnya sampai ke sebuah gudang tua yang sudah usang yang terletak di kawasan pergudangan yang paling ujung, kawasan yang tergolong terbengkalai. Entah bagaimana Gery bisa menemukan tempat ini, namun saat ini gudang jelek itu akan menjadi markas mereka. Gery pun terus melirik Lalita yang masih duduk sambil menangis di jok belakang. "Jangan menangis, Sayang! Kalau kau patuh, kau tidak akan kenapa-kenapa! Aku tidak sejahat itu sampai bertindak jahat pada anak kecil! Apalagi cucuku sendiri! Haha!""Kau pasti terkejut kan? Jadi ibumu, Stephanie itu adalah anak kandungku. Bukan anak kandung Jacob. Dan kau juga sebenarnya bukan cucu Jacob. Kau itu cucuku! Jadi aku tidak mungkin menjahatimu! Toh kau juga tidak bisa apa-apa selain menangis kan?""Ck, aku lupa kalau kau adalah anak pembawa sial dalam hidup Stephanie kan? Kau itu seperti anak gila yang hanya bisa menangis, diam, dan ketakutan! Pantas saja ibu kandungmu sendiri menolakmu! Well, aku ti
Stephanie masih tetap diam sepanjang perjalanan namun ia mengernyit melihat sekelilingnya.Di mana ini? Sejak tadi Stephanie belum melihat perumahan, hanya ada rumah kecil seperti di pedesaan. Tempatnya pun masih banyak sawah-sawah. Stephanie pun mencoba melongokkan kepalanya dan ia melihat seperti sebuah kawasan pergudangan yang sepi dengan rumput-rumput liat yang sudah tinggi, menandakan bahwa kawasan ini pasti adalah kawasan yang sudah lama terbengkalai. Jantung Stephanie pun berdebar kencang sekarang. Mengapa Gery membawa mereka ke tempat yang begitu jauh dari pemukiman penduduk? Apa tujuannya? Sambil melirik Laura di sampingnya dan Surya yang masih menyetir, Stephanie pun mengeluarkan ponselnya lagi dengan samar dan mengirimkan lokasinya pada Bastian. "Gudang terbengkalai, jauh dari kota."Hanya itu yang bisa Stephanie ketik dengan satu tangannya, sebelum akhirnya Stephanie harus menyimpan ponselnya karena ia takut ketahuan. Sementara itu, pesan yang dikirim oleh Stephanie a
Di saat yang sama, mobil yang ditumpangi oleh Stephanie pun akhirnya masuk ke sebuah gapura selamat datang di kawasan pergudangan. Tepat seperti dugaan Stephanie tadi kalau kawasan ini sudah terbengkalai. Tulisan selamat datangnya sudah pudar dengan cat yang sudah berubah warna. Memasuki kawasan pergudangan, rumput liarnya makin tinggi dan suasananya makin mencekam. Untung saja sekarang masih siang hari sehingga Stephanie tidak merasa takut. "Di mana lokasinya, Surya? Mengapa kalian membawanya sampai ke tempat seperti ini?" tanya Laura tiba-tiba. "Tempat ini terbengkalai dan warga mengetahui tempat ini sebagai tempat angker. Tidak ada yang berani mendekat karena itu tingkat keamanannya lebih tinggi, Laura!""Oh baiklah! Aku tidak peduli! Yang penting segera paksa Jacob tanda tangan lalu tinggalkan saja di sini sendirian! Aku tidak peduli lagi! Aku hanya mau semuanya segera selesai!""Kau tenang saja soal itu, Laura! Dokumen sudah siap dan Jacob hanya perlu menandatanganinya lalu
Suara pesan masuk terdengar di ponsel Bastian saat ia dan yang lain sudah hampir sampai ke lokasi yang dituju. Sierra segera membuka pesannya dan pesan itu berisi titik lokasi beserta sedikit keterangan dari Stephanie tentang lokasi tersebut. Sierra pun langsung mengirimkannya pada Valdo dan Valdo segera menelepon balik. "Kami sudah tahu, Sierra! Kita akan bertemu di sana!" "Baik, Valdo!" sahut Sierra sebelum ia menutup teleponnya. Jantungnya makin berdebar kencang sekarang dan ia melirik Bastian yang sudah menggenggam erat setirnya sampai buku-buku jarinya memutih, seolah menahan amarah yang amat sangat. Sierra sendiri berharap Stephanie masih tetap aman di sana dan mereka semua bisa kembali dengan selamat. Tanpa Sierra ketahui, saat ini Stephanie sudah berteriak melengking saat melihat Surya yang sudah berdiri menjulang tepat di belakangnya. "Kau wanita brengsek! Untung saja aku mengikutimu tadi! Aku sudah mencurigaimu, Stephanie!" seru Surya yang langsung menjambak rambut S
Jacob pun membelalak. "Jangan sentuh Lalita, Laura!""Oh, sekarang kau sudah menyayanginya ya? Baguslah, tanda tangan dan Lalita akan hidup! Tapi kalau kau menolak, Lalita akan mati!" ancam Laura dengan entengnya. Jacob pun makin membelalak mendengarnya. "Wanita macam apa kau itu, Laura? Lalita itu cucumu, cucu kandungmu! Dia anak kandung Stephanie! Bisa-bisanya kau mau membunuh cucumu sendiri!""Aku dan Stephanie tidak menginginkannya! Dan kurasa hidup Lalita akhirnya akan berguna sekarang, menjadi alatku untuk memaksamu, Jacob! Jadi pilihlah tanda tangan atau dia mati!""Tidak! Jangan, Grandma! Jangan!" Lalita yang sedang dipeluk oleh Laura pun ketakutan dan terus menangis, namun Laura tidak peduli dan ia malah mencekik leher Lalita. "Lepaskan dia, Laura! Jangan gila! Lalita! Lalita!" Jacob mengulurkan tangannya untuk membantu Lalita, namun ia sudah tidak bisa menggerakkan tubuh bawahnya sekarang. "Akhh, Grandma ...," pekik Lalita dengan suara yang tercekik karena cekikan Laura m
Bastian menghentikan mobilnya begitu saja saat ia tiba di gudang yang dimaksud oleh Stephanie. "Tunggu di sini, Sierra!" seru Bastian sambil langsung keluar dari mobilnya dengan penuh emosi. Beberapa pria yang melihat Bastian langsung maju untuk menyerang, namun Bastian dengan mudah mematahkan serangan itu. "Bos, masuklah dan selamatkan ayahmu!" seru Tory yang juga sudah tiba di sana dan langsung menghajar para preman. Bastian mengangguk dan langsung berlari ke arah gudang sementara Sierra yang masih di mobil sudah begitu gelisah. Sierra mendapat tugas untuk tetap berada di mobil sambil menunggu Valdo yang mungkin butuh bantuan untuk sampai ke gudang. Bastian sendiri kembali dihadang di depan pintu. Namun, Bastian berhasil mendobrak kasar pintu gudang itu sambil menendang dua anak buah Gery. Brak!Bastian pun menatap penuh amarah pada semua orang di sana sampai mereka begitu kaget melihat Bastian di sana. Gery bahkan sampai mematung melihat Bastian yang tiba lebih cepat daripa
Bastian masih terlibat perkelahian dengan Surya dan beberapa pria yang mengeroyoknya saat ia melihat Sierra melintas di sana. "Sial, Sierra! Apa yang dia lakukan!" geram Bastian. Bastian pun berniat mengejar Sierra, tapi langkahnya dihalangi oleh para pria itu. Para pria itu maju bersama untuk menghajar Bastian dan Bastian yang terus memperhatikan Sierra langsung kehilangan fokusnya sampai ia pun terkena pukulan yang cukup keras di pipinya. "Auw, sial! Kau sudah bosan hidup rupanya ya!"Bastian meradang. Ia pun maju menerjang pria yang memukulnya tadi dan menarik kaos pria itu sambil sedikit mengangkatnya. Tubuh pria itu terangkat dan Bastian menghantam wajah pria itu dengan tinjunya, sebelum Bastian mendorong keras-keras tubuh itu sampai menabrak tubuh temannya sendiri. Buk!"Akhh!" pekik para pria itu. Bastian pun tidak peduli lagi dan langsung berlari menolong Sierra yang saat ini sudah berhadapan dengan Gery. Sierra sendiri masih memegang kayunya dengan erat sambil bergid