Di saat yang sama, mobil yang ditumpangi oleh Stephanie pun akhirnya masuk ke sebuah gapura selamat datang di kawasan pergudangan. Tepat seperti dugaan Stephanie tadi kalau kawasan ini sudah terbengkalai. Tulisan selamat datangnya sudah pudar dengan cat yang sudah berubah warna. Memasuki kawasan pergudangan, rumput liarnya makin tinggi dan suasananya makin mencekam. Untung saja sekarang masih siang hari sehingga Stephanie tidak merasa takut. "Di mana lokasinya, Surya? Mengapa kalian membawanya sampai ke tempat seperti ini?" tanya Laura tiba-tiba. "Tempat ini terbengkalai dan warga mengetahui tempat ini sebagai tempat angker. Tidak ada yang berani mendekat karena itu tingkat keamanannya lebih tinggi, Laura!""Oh baiklah! Aku tidak peduli! Yang penting segera paksa Jacob tanda tangan lalu tinggalkan saja di sini sendirian! Aku tidak peduli lagi! Aku hanya mau semuanya segera selesai!""Kau tenang saja soal itu, Laura! Dokumen sudah siap dan Jacob hanya perlu menandatanganinya lalu
Suara pesan masuk terdengar di ponsel Bastian saat ia dan yang lain sudah hampir sampai ke lokasi yang dituju. Sierra segera membuka pesannya dan pesan itu berisi titik lokasi beserta sedikit keterangan dari Stephanie tentang lokasi tersebut. Sierra pun langsung mengirimkannya pada Valdo dan Valdo segera menelepon balik. "Kami sudah tahu, Sierra! Kita akan bertemu di sana!" "Baik, Valdo!" sahut Sierra sebelum ia menutup teleponnya. Jantungnya makin berdebar kencang sekarang dan ia melirik Bastian yang sudah menggenggam erat setirnya sampai buku-buku jarinya memutih, seolah menahan amarah yang amat sangat. Sierra sendiri berharap Stephanie masih tetap aman di sana dan mereka semua bisa kembali dengan selamat. Tanpa Sierra ketahui, saat ini Stephanie sudah berteriak melengking saat melihat Surya yang sudah berdiri menjulang tepat di belakangnya. "Kau wanita brengsek! Untung saja aku mengikutimu tadi! Aku sudah mencurigaimu, Stephanie!" seru Surya yang langsung menjambak rambut S
Jacob pun membelalak. "Jangan sentuh Lalita, Laura!""Oh, sekarang kau sudah menyayanginya ya? Baguslah, tanda tangan dan Lalita akan hidup! Tapi kalau kau menolak, Lalita akan mati!" ancam Laura dengan entengnya. Jacob pun makin membelalak mendengarnya. "Wanita macam apa kau itu, Laura? Lalita itu cucumu, cucu kandungmu! Dia anak kandung Stephanie! Bisa-bisanya kau mau membunuh cucumu sendiri!""Aku dan Stephanie tidak menginginkannya! Dan kurasa hidup Lalita akhirnya akan berguna sekarang, menjadi alatku untuk memaksamu, Jacob! Jadi pilihlah tanda tangan atau dia mati!""Tidak! Jangan, Grandma! Jangan!" Lalita yang sedang dipeluk oleh Laura pun ketakutan dan terus menangis, namun Laura tidak peduli dan ia malah mencekik leher Lalita. "Lepaskan dia, Laura! Jangan gila! Lalita! Lalita!" Jacob mengulurkan tangannya untuk membantu Lalita, namun ia sudah tidak bisa menggerakkan tubuh bawahnya sekarang. "Akhh, Grandma ...," pekik Lalita dengan suara yang tercekik karena cekikan Laura m
Bastian menghentikan mobilnya begitu saja saat ia tiba di gudang yang dimaksud oleh Stephanie. "Tunggu di sini, Sierra!" seru Bastian sambil langsung keluar dari mobilnya dengan penuh emosi. Beberapa pria yang melihat Bastian langsung maju untuk menyerang, namun Bastian dengan mudah mematahkan serangan itu. "Bos, masuklah dan selamatkan ayahmu!" seru Tory yang juga sudah tiba di sana dan langsung menghajar para preman. Bastian mengangguk dan langsung berlari ke arah gudang sementara Sierra yang masih di mobil sudah begitu gelisah. Sierra mendapat tugas untuk tetap berada di mobil sambil menunggu Valdo yang mungkin butuh bantuan untuk sampai ke gudang. Bastian sendiri kembali dihadang di depan pintu. Namun, Bastian berhasil mendobrak kasar pintu gudang itu sambil menendang dua anak buah Gery. Brak!Bastian pun menatap penuh amarah pada semua orang di sana sampai mereka begitu kaget melihat Bastian di sana. Gery bahkan sampai mematung melihat Bastian yang tiba lebih cepat daripa
Bastian masih terlibat perkelahian dengan Surya dan beberapa pria yang mengeroyoknya saat ia melihat Sierra melintas di sana. "Sial, Sierra! Apa yang dia lakukan!" geram Bastian. Bastian pun berniat mengejar Sierra, tapi langkahnya dihalangi oleh para pria itu. Para pria itu maju bersama untuk menghajar Bastian dan Bastian yang terus memperhatikan Sierra langsung kehilangan fokusnya sampai ia pun terkena pukulan yang cukup keras di pipinya. "Auw, sial! Kau sudah bosan hidup rupanya ya!"Bastian meradang. Ia pun maju menerjang pria yang memukulnya tadi dan menarik kaos pria itu sambil sedikit mengangkatnya. Tubuh pria itu terangkat dan Bastian menghantam wajah pria itu dengan tinjunya, sebelum Bastian mendorong keras-keras tubuh itu sampai menabrak tubuh temannya sendiri. Buk!"Akhh!" pekik para pria itu. Bastian pun tidak peduli lagi dan langsung berlari menolong Sierra yang saat ini sudah berhadapan dengan Gery. Sierra sendiri masih memegang kayunya dengan erat sambil bergid
Nguing nguing ....Suara sirine mobil polisi akhirnya terdengar di lokasi gudang itu. "Cepat! Cepat! Amankan lokasi!" Reno mengeluarkan tangannya dari kaca dan memberi kode pada anak buahnya. Tidak lama kemudian, beberapa mobil polisi langsung berhenti di sekitar gudang. Para polisi langsung keluar dan menodongkan senjatanya pada beberapa preman yang berjaga di depan gudang dan dengan mudah polisi pun membekuk mereka. Sementara itu, Reno dan timnya pun masuk ke dalam gudang dan berpencar. Reno sempat menggeleng melihat kacaunya kondisi gudang. "Berhenti berkelahi! Kalian sudah dikepung!" teriak Reno sambil melepaskan tembakannya ke arah kosong. Dor!Suara keras itu sontak membuat semua orang kaget, walaupun tidak semuanya berhenti bergerak. Mereka malah berpencar dengan begitu panik karena tidak ada yang mau tertangkap. Alih-alih terkendali, situasi malah semakin kacau sampai Reno sendiri pun akhirnya ikut berkelahi. "Brengsek! Itu polisi! Itu polisi! Gery, semuanya, ayo pergi
Valdo sudah ada di dalam gudang dan terlibat perkelahian juga. Valdo pun sempat melihat Laura yang dipukuli oleh Gery dan Surya, sampai akhirnya Valdo pun berlari menyelamatkan Laura. "Pria apa yang memukul wanita, Brengsek?" Buk!Valdo berhasil memukul Gery sampai Gery terhuyung. Namun, Surya ikut mengeroyok Valdo dan menyelamatkan Gery. Perkelahian singkat terjadi antara mereka, sebelum akhirnya Valdo terjatuh dan Gery pun melarikan diri bersama Surya. "Sial! Mereka kabur! Kejar mereka!" teriak Valdo lagi. "Biar kukejar!" seru Tory yang entah muncul dari mana dan berlari mengejar Gery maupun Surya. Sementara Valdo mencoba menolong Laura. "Tante tidak apa?" Namun, Laura hanya bernapas putus-putus. "Jangan pedulikan aku, Valdo! Kejar mereka! Kejar mereka! Aku tidak akan bisa ke mana-mana dengan kondisiku yang seperti ini!" lirih Laura dengan ekspresi datar. Valdo pun mengernyit, namun melihat kondisi Laura memang tidak memungkinkan untuk pergi. "Tapi Tante harus dirawat!"
"Sayang, kau baik-baik saja kan? Tidak ada yang terluka kan?"Bastian begitu cemas memeriksa Sierra yang sejak tadi sudah berapa kali terjatuh itu. "Aku tidak apa, Bastian! Tapi Tante Laura ....""Ck, biarkan saja, Sierra! Tory, Valdo, dan para polisi sudah mengejar mereka! Yang penting semuanya selamat! Ayo kita lihat Ayah!"Sierra pun mengangguk sambil mengembuskan napas leganya. Begitu banyak polisi yang mengejar Laura dan para pria itu, tidak mungkin mereka bisa lolos. Bastian pun membantu Sierra berdiri dan Sierra pun menatap wajah Bastian yang banyak memar. "Wajahmu, Bastian! Apa kau baik-baik saja?""Ini tidak ada apa-apanya, Sierra! Ayo, Sayang!" Bastian menggandeng tangan Sierra dan mereka pun berlari kecil ke tempat Jacob yang sekarang sudah duduk dengan tenang di kursinya. Beberapa polisi nampak membantu Jacob bangun tadi sedangkan Stephanie sekarang sedang memeluk Lalita erat-erat dengan air mata yang tidak berhenti mengalir dari matanya. "Pak Tua ...," sapa Sierra
Setelah serangkaian acara selesai, anak-anak pun makan bersama lalu bermain bersama. Gelak tawa dan teriakan anak-anak memenuhi pinggir kolam renang sampai membuat Jacob dan Lidya pun terus tertawa senang. "Masa tua kita akan terus bahagia melihat para cucu kita yang tumbuh besar, aku senang sekali akhirnya kita menjadi keluarga besar, Bu Lidya." "Aku juga senang, Pak Jacob. Aku tidak pernah menyangka hari ini akan tiba. Masih teringat jelas bagaimana semua hal buruk itu terjadi dulu, tapi semua benar-benar sudah berubah beberapa tahun terakhir ini. Dan selama beberapa tahun ini aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bersyukur sekali." "Haha, kau benar, Bu Lidya. Kau benar. Karena aku juga merasakan yang sama. Sejak Bastian menikah dengan Sierra, aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bahagia sekali." Lidya yang mendengarnya hanya mengangguk dan tersenyum menatap anak-anak yang bermain bersama. Kali ini Bastian dan Jonathan mengobrol bersama, sedangkan Rosella dan Sierra pun mengobro
Satu tahun kemudianSpanduk bertuliskan "Happy birthday Victor Sagala" membentang di pinggir kolam renang rumah Jacob pagi itu. Jacob ngotot menjadi tuan rumah dalam acara ulang tahun cucunya itu dan keluarga Sierra pun akhirnya merayakan ulang tahun Victor di sana. Lidya dan Sierra pun berangkat ke rumah Jacob membawa Santos dan Sania yang sudah berlarian kesana kemari dan tidak bisa diam itu. Namun, Santos dan Sania sangat menyayangi Victor. Perbedaan umur mereka yang hanya 1.5 tahun membuat mereka terlihat lucu saat bersama. Santos dan Sania akan menggandeng Victor di tengah dan Victor yang baru belajar berjalan itu begitu senang setiap kali digandeng oleh kakak kembarnya itu. Seperti pagi itu di pinggir kolam renang rumah Jacob. "Hati-hati, Santos! Jangan miring-miring jalannya! Nanti kalian bertiga bisa masuk ke dalam kolam!" seru Sierra yang masih sibuk menyusun kue-kue di meja untuk foto. Santos dan Sania membawa Victor berkeliling dan mereka berjalan zigzag. Kadang mere
Beberapa bulan berlalu dan perut para Ibu hamil pun sudah membola. Rosella sendiri sudah mendekati waktu melahirkan, namun ia masih begitu aktif bekerja sampai Adipura tidak tahan melihatnya. "Aduh, Rosella! Kau di rumah saja ya! Istirahat saja! Tinggal menghitung hari kau akan melahirkan! Ayah tidak mau cucu Ayah lahir di kantor!" "Aku baik-baik saja, Ayah. Lagipula aku tidak setiap hari ke kantor kan?" "Tapi Ayah takut sekali melihatmu berjalan dengan perut sebesar itu!" "Haha, benar, Rosella! Dengarkan ayahmu, dia sampai tidak bisa tidur memikirkanmu." Imelda mengulum senyumnya. Rosella sendiri ikut tersenyum. "Haha, baiklah, Ayah! Baiklah, besok aku tidak akan ke kantor ya," kata Rosella akhirnya. "Ah, iya, iya." Adipura pun bernapas lega dan jantungnya terus berdebar kencang karena terlalu antusias. Bahkan Adipura ikut diam di rumah bersama Rosella keesokan harinya. "Makan yang banyak, Rosella! Kau harus punya tenaga untuk melahirkan," pesan Adipura yang terus menghitung
Hamil dalam keadaan sadar dan hamil dalam keadaan gila tentu saja adalah dua hal yang sangat berbeda. Dulu waktu Rosella hamil Julio, setiap hari ia hanya bisa berteriak dan memukuli perutnya, menolak kehadiran Julio dan terus mengamuk. Rosella benar-benar gila dulu dan rasanya apa yang terjadi dulu sudah tidak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata. Tapi di atas semua itu, Rosella bersyukur karena semua hal buruk sudah berlalu dan digantikan hal baik yang tiada henti di kehidupannya yang sekarang. Rosella memiliki keluarga yang hebat, suami yang hebat, mertua yang hebat, dan anak yang hebat. Pekerjaan yang hebat juga dan semua hal yang membuatnya tidak pernah menyesal telah dilahirkan, yang membuat Rosella tidak pernah menyesali lagi semua yang sudah terjadi di masa lalunya. Dan yang membuat Rosella paham bahwa Tuhan selalu punya rencana dalam hidup kita. Mungkin seringkali kita bertanya mengapa aku yang harus mengalami semua hal buruk itu, aku tidak kuat, aku tidak sanggup.
Lidya dan Sierra masih begitu syok sampai mereka tidak tahu harus senang atau tidak, namun semua anggota keluarga yang lain malah memekik senang, terutama Jacob yang tidak berhenti tertawa senang. "Selamat ya, Sierra! Selamat! Haha! Ayah senang sekali akan bertambah cucu! Hahaha!" Sierra pun hanya memaksakan senyumnya sampai tidak lama kemudian, Bastian pun pulang ke rumah karena Sierra mengirimkan hasil tespeknya ke ponsel Bastian.Bastian yang baru memarkir mobilnya pun langsung berlari masuk dan mencari istrinya. "Sierra, Sayang, benarkah itu? Kau hamil lagi, Sayang?" Bastian langsung menangkup kedua bahu Sierra. "Entahlah, tespeknya bilang begitu!" Bastian yang mendengar jawaban Sierra pun langsung tertawa sumringah. "Bukankah tespek tidak pernah bohong, Sayang? Sekarang kita tanya ke dokter ya! Ayo, Sayang! Ayo!" Bastian pun langsung mengajak Sierra pergi ke dokter kandungan siang itu dan jantung Sierra pun terus berdebar tidak karuan sampai akhirnya ia dipanggil masuk dan
Hampir satu minggu setelah acara pernikahan dan semua orang akhirnya bisa bersantai lagi dari padatnya acara mereka. Saking banyaknya undangan yang diundang oleh Adipura dari berbagai kota dan negara membuat jadwal keluarga mereka pun begitu padat untuk menjamu semuanya. Dan ketika semuanya berakhir, Rosella sendiri mengalami kelelahan yang tidak biasa. Ia lelah sekali sampai lemas dan tidak bernafsu melakukan apa pun, bahkan nafsu makan pun tidak ada. Selama tiga malam Rosella dan Jonathan masih menginap di hotel lalu setelahnya mereka pun pulang ke rumah Adipura. Jonathan memang belum mengajak Rosella tinggal berdua di apartemen karena keluarga Adipura masih begitu menikmati kumpul bersama seperti ini, apalagi sekarang Julio sudah tinggal bersama mereka. "Kau tidak apa, Sayang? Kau kelelahan ya?" Jonathan membelai kepala Rosella yang sedang berbaring tidur siang itu. "Hmm, aku lelah sekali, Jonathan. Aku sedikit meriang, kurasa aku tidak mau melakukan apa-apa dulu." "Kau mau
Sebuah papan bertuliskan "The Wedding of Jonathan and Rosella" terpasang di pintu masuk sebuah taman di sebuah hotel mewah yang akan menjadi tempat pemberkatan pernikahan pagi itu. Hanya sedikit undangan yang diundang pada pagi hari, namun mereka akan mengadakan pesta besar lagi di ballroom mewah nanti malam. Semua undangan pun sudah hadir di sana dan mereka begitu antusias menantikan pasangan pengantin yang berbahagia. Rosella sendiri nampak begitu gugup saat berada di ruang VIP untuk menunggu saat ia harus keluar. Setelah mengalami persiapan pernikahan yang cukup membuat emosi labil dan setelah mengalami pingitan yang membuatnya begitu merindukan Jonathan, hari ini akhirnya mereka akan mengikat janji suci dan jantung Rosella tidak berhenti berdebar kencang sejak subuh tadi. "Tenang, Rosella! Tenang! Kau terlalu gugup!" Lidya terus tersenyum menatap Rosella dari pantulan cerminnya. "Bagaimana aku tidak gugup, Ibu? Entahlah, aku gemetar!" "Haha, aku juga begitu waktu itu, Rosel
Semua anggota keluarga menyambut bahagia lamaran yang dilakukan oleh Jonathan dan mereka pun begitu tidak sabar untuk menikahkan anak-anak mereka. Mereka pun langsung memilih hari baik dan persiapan pernikahan pun mulai digelar. Semua orang langsung sibuk dengan tugasnya masing-masing karena Adipura ingin membuat pesta besar untuk Jonathan dan Rosella. "Sungguh tidak usah pesta sebesar itu, Ayah. Bagiku yang penting pernikahan kami sah.""Tidak bisa! Kau akan menikah, tentu saja pestanya harus besar dan mewah. Ayah tidak mau tahu, pestanya harus besar!" seru Adipura lagi dengan lantang. Semua anggota keluarga pun tidak berani membantah lagi dan akhirnya menuruti Adipura. Mereka menyewa gedung resepsi mewah dan menyewa jasa WO, namun tetap saja Adipura yang begitu sibuk mengatur semua detailnya karena memang Adipura sendiri adalah orang yang sangat detail. Sedangkan Lidya dan keluarganya yang sudah kembali ke rumah mereka sendiri, tidak banyak ikut campur dan memilih untuk mengik
"Mari, silakan, Pak Jacob!" "Silakan, Pak Adipura!" Keluarga Adipura, keluarga Jacob, dan keluarga Lidya sedang berkumpul bersama malam itu di sebuah ruang VIP di sebuah hotel mewah untuk makan malam. Setelah melalui banyak hal, mereka menjadi semakin dekat satu sama lain. "Rosella, kapan kau baru akan kembali ke WHA, hah? Om menunggumu. WHA membutuhkanmu," seru Adipura. Sejak kejadian itu sampai Adipura keluar dari rumah sakit bahkan sampai hari ini, Rosella memang belum kembali bekerja di WHA. Walaupun semua masalah sudah selesai dan namanya sudah bersih, tapi Rosella masih ragu untuk kembali. Bahkan Livy sudah mengundurkan diri dan memilih pindah ke luar negeri. "Ah, itu ...." "Besok Rosella akan kembali bekerja, Ayah." celetuk Jonathan tiba-tiba. Rosella pun membelalak menatap Jonathan karena sebelumnya mereka belum pernah membicarakannya. "Jonathan!" desis Rosella. Namun, Jonathan tidak menanggapinya dan malah menggenggam tangan Rosella yang ada di atas meja. "Besok