"Bastian, kau sudah pulang? Aku sudah menjaga ayahmu seharian hari ini." Vella memekik senang melihat Bastian pulang ke rumahnya sore itu. Sudah hampir satu bulan ini sejak Sierra pergi dari rumah, Vella mulai menunjukkan eksistensinya. Saat ia mendengar kabar tentang Jacob, ia pun rutin mengunjungi rumah sakit dan bersikap sok peduli pada Jacob, tentu saja demi mengambil hati Bastian. Apalagi Vella mengetahui kalau Jacob sudah menceraikan Sierra dan Sierra sudah pergi, yang itu berarti tidak ada lagi penghalang baginya untuk mendapatkan Bastian. Bastian dan semua orang memutuskan untuk tetap menjadikan perjanjian istri pura-pura ini sebagai rahasia karena itu merupakan aib keluarga dan info yang menyebar tentu saja bahwa Jacob sudah bercerai. Vella yang antusias pun berusaha melakukan segala sesuatu untuk membuat dirinya terlihat baik walaupun sebenarnya ia sendiri kesal melakukannya. Vella bukan orang yang telaten dan mengurus orang sakit begitu melelahkan. Bastian sendiri y
Sebuah papan nama bertuliskan "Lidya's Bakery" dipasang di depan toko roti milik Lidya. Pagi ini keluarga Sierra dan keluarga Marco meresmikan toko itu dan semua anggota keluarga pun dilingkupi kebahagiaan. Semua proses renovasi toko, membuat menu, interview pekerja, dan persiapan yang lain berjalan dengan begitu lancar dan sempurna.Tawa sumringah pun terus terpancar di depan wajah semua orang terutama Lidya dan Sierra yang terus berpelukan bertiga bersama Rosella. "Impian kita akhirnya terwujud, Ibu. Oh, aku mau menangis rasanya! Aku bahagia sekali!" Sierra mengipasi matanya yang sudah memanas. "Terima kasih, Sierra! Kalau bukan karena kau, semua ini tidak akan terwujud.""Tidak, Ibu! Tidak! Aku sendiri tidak akan bisa mewujudkannya kalau tidak ada Ibu yang membuat roti dan kue-kue yang lezat. Ibu pemeran utamanya. Toko ini milik Ibu." Sierra terus tertawa senang dan Lidya pun memeluk kedua anaknya lagi. "Kau lihat, Rosella? Ini bagus sekali! Mulai besok, kau bisa duduk di sud
"Bersulang!"Marco mengajak keluarga Sierra makan malam bersama sekaligus merayakan pembukaan toko roti milik Lidya. Dan semua orang pun mengangkat gelasnya malam itu. "Selamat sekali lagi atas pembukaan yang begitu meriah, Tante Lidya!""Terima kasih semua." "Haha, aku juga senang sekali bisa berkenalan dengan keluarga Tenta. Bahkan Ric sangat menyukai Julio. Lihatlah mereka sangat cocok!"Marco mengedikkan kepalanya pada kedua anak kecil yang duduk berdua dan terus terkekeh tanpa henti itu. "Haha, Tante juga bersyukur karena mereka cocok.""Tentu saja! Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini, Tante. Pasti pertemuan kita sudah diatur dan kuharap kita bisa benar-benar menjadi keluarga ke depannya." Marco melirik ke arah Valdo yang sedang duduk di samping Sierra. Valdo hanya tertawa pelan karena begitu mengerti maksud dari Marco, sedangkan Sierra mulai salah tingkah. Tentu saja ia juga mengerti maksud Marco, namun apa Sierra harus berhubungan dengan Valdo karena itu? Karen
"Ayo, Julio, cepat, kita harus mengantar Grandma ke toko!" seru Sierra pagi itu. "Sebentar, Aunty!" teriak Julio keras. Valdo yang sudah siap dan baru saja keluar dari kamarnya pun tersenyum menatap Sierra. "Sierra, bukankah hari ini kau berencana membawa Rosella ke dokter? Bawalah Rosella, biar aku yang menemani Tante Lidya dan Julio.""Eh, apa itu tidak merepotkanmu, Valdo?""Sama sekali tidak, Sierra. Aku di sini juga menganggur dan tidak melakukan apa pun. Aku sedang liburan sekarang.""Haha, seharusnya kau bisa liburan di tempat yang lebih menyenangkan, Valdo, sungguh.""Tidak, Sierra. Berlibur di sini sangat menyenangkan bagiku, bisa tinggal bersama dengan keluargamu dan melakukan banyak hal bersama. Ini menyenangkan!" Valdo menatap Sierra tulus dan Sierra hanya bisa tersenyum menatap Valdo. Tidak diragukan lagi kalau Valdo sangat baik hati. Semakin lama Sierra bersama Valdo, Sierra akan semakin berhutang budi pada Valdo dan Sierra tidak mau. Tapi mustahil juga menjauh dari
"Wah, keren, Grandma! Rotinya bisa jadi besar kalau dimasukkan ke sana!" pekik Julio saat melihat langsung proses pemanggangan roti di ruang baking. "Itu namanya dipanggang, Julio.""Dipanggang itu diapakan, Grandma?""Hmm, seperti dimasak agar rotinya matang, tapi caranya dipanggang. Awas, Sayang! Jangan terlalu dekat, itu panas sekali!" Lidya menarik lembut cucunya dan Julio pun menurut. "Sekarang kita bawa keluar rotinya!""Grandma, Julio yang menyusun ya di kaca!" pinta Julio. "Baik, Sayang! Julio keluar duluan, nanti Grandma akan membawa bakinya!" Julio mengangguk dan langsung berlari keluar dengan gaya superman. Sesekali Julio terkikik sebelum ia kembali ke etalase roti tempat Lidya akan menyusun rotinya dan Julio pun langsung membantu dengan sigap. Sementara Valdo sendiri yang tadinya berada di dalam toko roti terlihat sudah keluar ke depan toko untuk menerima teleponnya. Valdo masih bicara serius di telepon saat tanpa sengaja matanya menangkap sebuah mobil dengan model
"Apa ada masalah penting, Valdo? Apa kau harus pulang? Kau menelepon di luar lama sekali.""Tidak ada! Jangan khawatir! Tapi apa sudah selesai semua? Ada yang bisa kubantu?""Syukurlah kalau begitu! Tidak ada, Valdo. Sudah selesai semua. Pagi ini lumayan, sudah ada beberapa pembeli. Tante senang sekali!" Lidya tersenyum sumringah. "Syukurlah, Tante! Aku ikut senang mendengarnya."Lidya tersenyum dan terus menatap Valdo sebelum ia mengatakan sesuatu yang membuat Valdo tertegun. "Valdo, Tante tahu kau menyukai Sierra kan? Tante menyukaimu, Valdo. Maksud Tante ... tentu saja Tante tidak bisa memaksa Sierra harus bersama siapa, Tante mau membebaskan dia memilih pria yang terbaik untuknya, hanya dia yang bisa merasakannya, bukankah begitu?""Tapi Tante jujur menyukaimu, Valdo. Mau kau menjadi kekasih atau sahabat Sierra, Tante berharap hubungan kita bisa panjang bahkan selamanya. Kau adalah salah satu pria terbaik yang pernah Tante kenal dalam hidup Tante."Lidya menangkup tangan Valdo d
Dua minggu berlalu dan toko roti Lidya mulai sangat ramai. Setiap hari selalu ada yang memborong rotinya walau tidak semua. Selain itu, pengunjung yang pernah belanja di sana pun kembali lagi dan terus melakukan repeat order. Di luar pengunjung biasa, mendadak Lidya juga kebanjiran order dari perusahaan dan mereka pun mengira Marco yang membantunya. "Apa Valdo sudah pulang?""Iya, dia hanya menginap dua malam," jawab Sierra saat Bri datang berkunjung ke toko rotinya sore itu. "Oh, haha, baguslah! Wah, toko ini makin hari makin ramai ya, aku senang sekali!""Iya, Kak! Ini semua juga berkat promosi darimu.""Haha, aku hanya membantu semampuku saja.""Oh ya, kami juga kebanjiran order dari perusahaan, sampaikan terima kasihku pada Kak Marco ya!"Bri mengernyit mendengar ucapan Sierra. "Eh? Kebajiran order dari perusahaan mana? Apa hubungannya dengan Marco?""Itu ... ada banyak perusahaan yang mendadak order untuk acara mereka. Bukan hanya satu kali tapi mereka selalu repeat order. Di
Bastian benar-benar mengalami perubahan yang sangat banyak sejak bertemu Sierra. Sebelum mengenal Sierra, Bastian sangat dingin dan temperamen. Sejak berhubungan dengan Sierra, Bastian mulai melembut. Dan sejak menemukan Sierra lagi, mendadak Bastian menjadi pria yang sangat manis. Sekarang pun Bastian menjadi makin sabar, Bastian selalu bekerja di pagi sampai sore hari, setelah itu, ia akan berdiam di mobilnya dan menatap toko Lidya's Bakery sampai malam menjelang. Bastian akan kembali pulang ke apartemen setelah Lidya's Bakery tutup dan setelah memastikan Sierra pulang dengan aman sampai ke rumahnya. Sama seperti saat ini, saat Bastian terus tersenyum menatap Sierra dan Bri yang sedang mengobrol. "Wanita pemilik channel itu, siapa namanya?""Brigitta, Bos. Brigitta Alora. Dia juga istri dari Marco Harrison Sena, Bos konstruksi itu. Sebenarnya bukan hanya konstruksi, tapi dia adalah pimpinan dari Harrison Group yang berpusat di Amerika, perusahaannya sangat besar, Bos. Dan kelua